Cerita Buruh Angkut Jagung di Sulsel Gapai Impian Jadi Anggota Polisi

Tak mudah baginya untuk bisa melalui seluruh tahapan seleksi penerimaan anggota polisi.

oleh Fauzan diperbarui 03 Jun 2023, 22:00 WIB
Hikmawansa, buruh angkut jagung yang kini jadi anggota Polri (Liputan6.com/Fauzan)

Liputan6.com, Jakarta Hikmawansa, seorang buruh angkut bibit jagung di Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan (Sulsel), berhasil menggapai mimpinya menjadi abdi negara. Ia lolos sebagai Bintara Polri usai mengikuti seleksi penerimaan polri

Saat ini, Hikmawansa tengah menjalani pendidikan di Sekolah Polisi Negara (SPN) Batua. Sudah sekitar empat bulan lebih, ia ditempa di sekolah kedinasan Polri di Jalan Urip Sumoharjo, Kota Makassar, Sulsel, itu. 

"Alhamdulillah, saat ini saya sedang jalani pendidikan di SPN Batua Makassar," kata Hikmawansa kepada wartawan, Sabtu (3/6/2023). 

Tentu tak mudah baginya untuk dapat lolos menjadi abdi negara di Kepolisian. Kata dia ada banyak tantangan dan rintangan yang dihadapinya. Tetapi dengan semangat dan kegigihan, dia pun mampu lolos seleksi. 

Jika tidak ada arang melintang, Wawan begitu ia disapa, bakal dilantik sebagai anggota Polri pada 6 Juli 2023 mendatang.


Yatim Sejak Kecil dan Jadi Buruh

Hikmawansa adalah anak bungsu dari tiga bersaudara pasangan Nawir Daeng Nai dan Juliati. Ayahnya meninggal kala usianya baru menginjak 9 tahun, 

Saat ia duduk dibangku kelas 3 SD, Wawan begitu ia disapa, sudah menjadi anak yatim piatu. Sejak saat itulah, kehidupan Wawan mulai berubah. 

Beda dengan anak seusianya, Wawan pada usia 9 tahun itu, sudah membantu ibunya untuk mencari nafkah demi menyambung hidupnya. Bukan bermain, tapi Ia berjualan kue tradisional. 

"Jadi setelah bapak saya meninggal, ibu saya jualan kue untuk kebutuhan keluarga, saya juga ikut bantu-bantu jualan," beber dia. 

Hari-hari penuh perjuangan itu dijalaninya hingga tamat sekolah menengah pertama (SMP). Saat menginjak bangku sekolah menengah atas (SMA), ia terpaksa bekerja di orang lain menjadi kulih angkut bibit jagung. 

Setiap kali menjadi buruh angkut, Wawan mendapatkan upah Rp50 ribu. Uang itulah ditabung demi meraih cita-citanya menjadi anggota Polri. 

"Sampai sekarang masih ada celenganku, dari toples wafer. Pulang angkat jagung biasa dapat Rp50 ribu, saya simpan disitu," ujar Wawan. 

"Alhamdulillah pas saya buka waktu mau mendaftar ada Rp 2 juta lebih isinya, itulah yang saya pakai untuk urus-urus berkas," sambungnya.

 


Sedih Tak Disaksikan Sang Ayah

Wawan mengaku merasa sangat sedih saat masuk pendidikan. Dia tak kuasa menahan air matanya ketika melihat temannya yang lain ditemani ayah-ibunya ke SPN Batua. 

"Saat itu, saya menangis karena (siswa) yang lain diantar sama bapaknya waktu pertama masuk di sini (SPN), sementara saya hanya ditemani kakak," ucap Wawan dengan mata berkaca-kaca. 

Meski tanpa ayah, Wawan mengaku tetap semangat menjalani pendidikan. Ini semua juga tidak lain untuk membahagiakan ibu dan kedua kakaknya. Sebab, Wawan ialah pengganti ayahnya sebagai kepala keluarga 

"Andaikan bapak saya masih ada, saya yakin dia bangga lihat saya sekarang ini," tandasnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya