Mengenal Istilah Acaraki dalam Proses Pembuatan Jamu Indonesia

Istilah acaraki terkait proses pembuatan jamu Indonesia sendiri berasal dari prasasti Madhawapura.

oleh Asnida Riani diperbarui 04 Jun 2023, 07:00 WIB
Ilustrasi istilah acaraki dalam pembuatan jamu Indonesia. (dok.unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Dengan sejarah panjangnya, ragam istilah senantiasa menyertai eksistensi jamu Indonesia. Di antaranya, Anda mungkin pernah, atau belum pernah, mendengar kata "acaraki" disematkan dengan proses pembuatan jamu Nusantara.

Melansir laman Karya Kreatif Indonesia, Minggu (4/6/2023), istilah jamu berasal dari bahasa Jawa kuno, "jampi," yang berarti mantra maupun doa, dan "oesodo" yang berarti kesehatan. Sementara, istilah acaraki berasal dari prasasti Madhawapura.

Itu merupakan prasasti yang berisi catatan tentang profesi. Tertulis di dalamnya mengenai sebutan Abhasana bagi pembuat pakaian, Angawari sebagai pembuat kuali, dan Acaraki sebagai peracik jamu. Mengutip Jawa Pos, pipisan dan gandik disebut sebagai "senjata andalan" acaraki untuk meramu jamu di era Majapahit.

Karena pada abad 13--15 masehi bahannya serba sederhana dan manual, para acaraki memanfaatkan pipisan dan gandik untuk mengekstrak rempah, serta bahan jamu lain. Kasub Unit Koleksi Pusat Informasi Majapahit (PIM) Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XI Jatim Tommy Raditya D menerangkan, sejauh ini, terdapat sejumlah sumber kuno yang menggambarkan pentingnya jamu dan acaraki pada masa itu.

Saking penting, acaraki disebut sebagai profesi khusus, tercatat dalam Prasasti Madhawapura, Prasasti Balawi, Situs Liyangan, dan relief Candi Borobudur. Dari sejumlah sumber tersebut, tergambar bahwa jamu saat itu sudah diproduksi secara massal untuk menunjang kesehatan masyarakat era Kerajaan Majapahit.

Apalagi, masyarakat saat itu sudah memanfaatkan potensi rempah di tanah Majapahit, sehingga produk olahannya pun turut tergenjot di pasaran kala itu.


Kisah Jamu di Relief Candi Borobudur

Ilustrasi istilah acaraki dalam pembuatan jamu Indonesia tercatat di relief Candi Borobudur. (credit: @unsplash Steffen)

Mengutip laman Kemendikbud, 20 Januari 2023, ada pendapat bahwa pengetahuan mengenai obat-obatan di Indonesia telah ada sebelum masuknya pengaruh India. Disebutkan, sebelum orang-orang Indonesia dapat membaca dan menulis, sudah ada seorang pemimpin yang didampingi pendeta untuk menggelar sejumlah upacara, serta seorang dukun untuk hal magis dan obat-obatan.

Data relief, prasasti, dan naskah kesastraan pada zaman kuno juga menunjukkan adanya profesi di bidang kesehatan. Menurut data relief yang bisa diamati pada relief Karmawibhangga Candi Borobudur, terdapat panil yang menggambarkan adegan pertolongan terhadap orang sakit, rasa syukur dari kesembuhan sakit, pun proses kelahiran yang dilakukan dukun beranak.

Data artefaktual mengenai pengobatan di masa Jawa kuno pada relief berperan penting dalam seni bangunan candi, lantaran relief merupakan media visual yang memiliki beberapa fungsi. Inti filosofi penggambaran relief Candi Borobudur juga berisikan tuntunan atau pendidikan moral bagi kehidupan manusia.

Ungkapan unsur-unsur pada relief bisa memberikan petunjuk mengenai perkembangan budaya, teknik, seni, religi, keadaan sosial masa lalu, bahkan kesehatan masyarakat Jawa kuno. Relief Karmawibhangga panil 18 menggambarkan seorang laki-laki mendapat perawatan beberapa wanita.


Pengobatan pada Masyarakat Jawa Kuno

Ilustrasi istilah acaraki dalam pembuatan jamu Indonesia tercatat di relief Candi Borobudur. (Unsplash/alan bonnardeaux).

Ada yang memijat kepalanya maupun memegang tangan dan kakinya. Orang-orang di sekitarnya terlihat bersedih. Kemudian, ada kelanjutan adegan pada panil 19 dengan beberapa orang sedang memberi pertolongan pada laki-laki yang sedang sakit.

Ada yang memijat kepalanya, menggosok perut dan dadanya, serta membawa obat. Di sampingnya terdapat adegan yang memperlihatkan suasana bersyukur atas kesembuhan seseorang. Pada panil 78 juga, terdapat adegan yang sama, yaitu seorang wanita sedang memegang lengan laki-laki yang sedang sakit.

Sementara, adegan yang lain memperlihatkan beberapa orang sedang mengobati dua orang laki-laki sakit kepala dengan memegang kepalanya. Lalu, pada panil 3, terdapat adegan proses kelahiran, tampak seorang wanita hamil sedang dibantu beberapa wanita, di antaranya diduga sebagai seorang dukun beranak.

Relief kelahiran juga terdapat di Candi Brahma kompleks Candi Prambanan. Proses kelahiran tersebut digambarkan dibantu seorang wanita yang dianggap sebagai dukun beranak. Data prasasti tidak langsung menyebut tentang masalah kesehatan, melainkan hanya nama-nama profesi yang dapat dihubungkan dengan kesehatan.


Profesi yang Berhubungan dengan Proses Penyembuhan

Ilustrasi istilah acaraki dalam pembuatan jamu Indonesia tercatat di relief Candi Borobudur. (Unsplash/snowscat).

Dari data arkeologi yang ada, terdapat banyak profesi yang berhubungan dengan proses penyembuhan dalam masyarakat Jawa kuno. Profesi kesehatan tersebut antara lain walyan, kdi, tuha nambi, wli tamba, janggan, padadah, mamimami, dan acaraki.

Pengobatan secara magis di zaman kuno dilakukan dengan membaca mantera-mantera yang dianggap mempunyai kekuatan qaib. Pembacaan mantera-mantera ini ditujukan pada kekuatan dewa-dewa atau kekuatan lain yang menguasai dunia.

Pengobatan secara keagamaan biasanya dilakukan dalam bentuk upacara ritual dengan melarung sesajian di laut, diikuti doa-doa agar penyakit yang diderita seseorang sembuh. Pengobatan secara fisik dipraktikkan dengan pemijatan atau pengurutan yang dilakukan padadah.

Pengobatan dengan bentuk pijat biasanya menggunakan ramuan yang dilumatka, kemudian dioleskan pada anggota badan yang "salah uratnya." Pemijatan dilakukan menggunakan minyak atau ramuan lain untuk memudahkan prosesnya.

Pengobatan juga dilakukan dengan cara memberikan obat-obatan terbuat dari bahan alami, terutama tumbuhan yang diketahui mempunyai khasiat tertentu untuk mengembalikan keseimbangan dalam tubuh.

Infografis jamu populer di Indonesia. (Dok: Liputan6.com Tim Grafis)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya