Liputan6.com, Jakarta - Harga batu bara termal global diprediksi di kisaran USD 200 atau Rp 2,9 juta per ton. Prediksi harga batu bara tersebut lebih rendah dari rekor harga batu bara tertinggi pada 2022.
Hal itu berdasarkan analis dan pejabat industri. Koreksi harga batu bara tersebut seiring meningkatnya pasokan memberikan kelonggaran bagi konsumen yang diguncang oleh volatilitas tahun lalu.
Advertisement
Dikutip dari Financial Post, Jumat, 26 Mei 2023, analis prediksi indeks batu bara Newcastle yang merupakan patokan akan berada rata-rata USD 175-USD 212 per ton. Harga batu bara itu lebih tinggi dari rata-rata USD 86 selama 10 tahun sebelum perang Rusia-Ukraina pecah pada 2022, tetapi turun lebih dari 50 persen dari level tertinggi pada September 2022 di USD 440.
Head of Corporate Communication PT Adaro Energy Indonesia Tbk, Febriati Nadira menuturkan, harga batu bara tidak dapat diprediksi dan bergerak mengikuti siklusnya.
"Kami akan tetap fokus pada segala sesuatu yang dapat kami kontrol seperti kontrol operasional untuk memastikan pencapaian target perusahaan dan efisiensi biaya,” ujar Febriati, saat dihubungi Liputan6.com lewat pesan singkat, ditulis Minggu (4/6/2023).
Selain itu, ia mengatakan pihaknya akan terus mengikuti perkembangan pasar dengan tetap menjalankan kegiatan operasional sesuai rencana di tambang-tambang milik perusahaan dengan fokus untuk mempertahankan marjin yang sehat dan kontinuitas pasokan ke pelanggan.
"Adaro optimis dengan prospek pertumbuhan ke depan terutama didukung oleh pertumbuhan permintaan di wilayah Asia Tenggara termasuk Indonesia dan Asia Selatan,” kata dia.
Perempuan yang akrab disapa Ira ini menambahkan, Adaro terus berupaya mengembangkan dan mendiversifikasi bisnis di luar batu bara.
“Neraca yang sehat, serta profitabilitas yang kuat memungkinkan Adaro mempercepat proyek transformasi perusahaan dan membangun Adaro yang lebih besar dan lebih ramah lingkungan,” kata dia.
Harga Batu Bara Diproyeksi Tembus USD 200 pada 2023, Ini Pemicunya
Sebelumnya, harga batu bara termal global tahun ini diperkirakan akan mencapai kisaran USD 200 atau setara Rp2,9 juta per ton.
Angka ini lebih kecil setengah dari rekor harga batu bara tertinggi pada 2022, menurut analis dan pejabat industri, dengan meningkatnya pasokan memberikan kelonggaran bagi konsumen yang diguncang oleh volatilitas tahun lalu.
Melansir Financial Post, Jumat (26/5/2023) analis memperkirakan indeks batu bara Newcastle, yang merupakan patokan, akan berada rata-rata USD 175-USD 212 per ton tahun ini.
Angka tersebut lebih tinggi dari rata-rata USD 86 selama sepuluh tahun sebelum perang Rusia-Ukraina pecah pada 2022, tetapi turun lebih dari 50 persen dari level tertinggi pada September 2022 di USD 440.
Tahun lalu, sanksi Barat terhadap Rusia mendorong pembeli Eropa membayar mahal untuk bahan bakar pembangkit listriknya, memicu lonjakan inflasi secara global. Rusia adalah pemasok batu bara dan gas alam terbesar di Eropa sebelum perang.
Namun, harga batu bara diperkirakan akan mencapai kisaran yang lebih ketat tahun ini, membantu utilitas dan pengguna lain merencanakan pembelian bahan bakar dengan lebih baik, mengurangi tekanan pada ekonomi yang berjuang meredam inflasi tinggi.
Harga bahan bakar biasanya mencakup lebih dari setengah total biaya pembangkitan listrik.
Kepala eksekutif perusahaan analitik DBX Commodities yang berbasis di London, Alexandre Claude, mengatakan bahwa dia memperkirakan volatilitas yang lebih rendah pada 2023 dibandingkan dengan tahun 2022. Hal itu dikarenakan arus perdagangan telah stabil setelah "kejutan energi" yang terjadi menyusul invasi di Ukraina.
Advertisement
Prediksi Terkini soal Ekspor Batu Bara Global
Adapun Argus Consulting yang memperkirakan ekspor batubara global akan naik 4,4 persen tahun ini, dengan impor ditetapkan naik 5 persen.
China terlihat meningkatkan impor batu bara sebesar 11 persen, dengan ekspor Australia naik 9,4 persen setelah menurun selama tiga tahun berturut-turut.
Juli Ndlovu, ketua Asosiasi Batubara Dunia (WCA) dan kepala eksekutif Sumber Daya Thungela Afrika Selatan, mengatakan peran "tidak proporsional" Eropa dalam menentukan harga batu bara telah berakhir.
“Ke depan … apa yang terjadi dengan China dan India adalah yang akan mendorong fundamental energi, karena di situlah pertumbuhan dan permintaan energi,"kata Ndlovu.
Harga Batu Bara
Pada hari Senin, harga batu bara Newcastle sedikit berada di atas USD 159 per ton secara free-on-board, di ujung bawah kisaran $159-$179 yang telah dipertahankannya selama kuartal saat ini dan jauh dari kisaran USD 180-$403 di pasar.
"Kami memperkirakan harga batu bara termasuk tolAk ukur Newcastle akan tetap didukung sebagian besar karena biaya tunai (produksi) yang lebih tinggi untuk penambang batu bara,” kata Claude dari DBX, menjelaskan mengapa harga kemungkinan tidak kembali ke tingkat pra-invasi, pra-pandemi.
Advertisement