5 Penjelasan Ilmiah Kenapa Orang Jatuh Cinta Tampak Bodoh

Bukan tanpa alasan, ternyata ada juga penjelasan ilmiah tentang mengapa orang bisa terlihat bodoh saat jatuh cinta.

oleh Afifah Cinthia Pasha diperbarui 22 Jun 2023, 07:20 WIB
Ilustraasi foto Liputan 6

Liputan6.com, Jakarta Hampir setiap manusia pernah merasakan jatuh cinta. Jatuh cinta memang bisa bikin hati berbunga-bunga. Tak heran jika jatuh cinta bisa buat orang senyum-senyum sendiri dan bahagia sepanjang hari. Ketika jatuh cinta, kamu biasanya tidak bisa berhenti memikirkan sang pujaan hati.

Terkadang orang juga mau melakukan apa saja demi orang yang ia cintai. Karena itu, orang-orang menyebut bahwa cinta bisa membuat orang buta atau bahkan terlihat bodoh. Hal-hal tersebut lah yang sering disebut-sebut sebagai bucin atau budak cinta.

Bukan tanpa alasan, ternyata ada juga penjelasan ilmiah tentang mengapa orang bisa terlihat bodoh saat jatuh cinta. Hal ini juga di ungkapkan oleh Prof. Robin Dunbar yang merupakan ahli psikologi Universitas Oxford. Menurutnya jatuh cinta bisa menutup bagian rasional dari otak manusia.

Jatuh cinta memang membawa perubahan bagi seseorang, baik perubahan fisik maupun mental. Berikut 5 penjelasan ilmiah kenapa orang jatuh cinta bisa terlihat bodoh yang Liputan6.com lansir dari Psychology Today, Rabu (20/11/2019).


1. Pengaruh korteks frontal

Ilustraasi foto Liputan 6

Secara naluri, ketika seseorang sedang jatuh cinta, otak manusia akan terstimulasi untuk mengaktifkan sistem reproduksi. Hal ini dapat memicu korteks frontal, salah bagian otak manusia yang bertugas untuk membuat keputusan akan berhenti bekerja sementara.

Dengan berkurangnya fungsi kerja korteks frontal membuat seseorang tersebut akan sedikit "tumpul" dan sulit membuat keputusan logis berkenaan dengan apapun apalagi tentang sang pujaan hati.


2. Terganggunya fungsi kognitif

ilustrasi pasnagan/Photo by Dương Hữu on Unsplash

Saat sedang jatuh cinta, seseorang akan cenderung memikirkan sang pujaan hati terus-menerus. Hal ini membuat sebagian energi yang ia miliki habis untuk memikirkannya, sehingga kemampuan dalam fungsi kognitif seperti multitasking akan terganggu. Terganggunya fungsi kognitif ini pun berpengaruh terhadap berkurangnya fokus seseorang.


3. Meningkatnya produksi hormon dopamin

ilustrasi pasangan/copyright unsplash/Clarisse Meyer

Jatuh cinta juga membuat hormon dopamin meningkat tajam. Dopamin sendiri merupakan kunci seseorang yang menikmati rasa sakit sekaligus kepuasaan dalam waktu bersamaan.

Hormon ini dikaitkan dengan gairah, kecanduan, euforia, dan sifat-sifat pantang menyerah saat mengejar cinta. Sementara dopamin yang meningkat ikut mempengaruhi produksi serotonin, hormon yang memperbaiki suasana hati dan nafsu makan.

Dengan meningkatnya hormon ini secara drastis dapat membuat denyut jantung terasa lebih cepat dan gangguan kecemasan. Jika hal ini terus terjadi, seseorang tersebut akan merasa sangat gelisah dan membuat ia rela melakukan apa saja termasuk hal yang dipandang orang lain "bodoh" sekalipun.


4. Meningkatnya produksi hormon serotonin

ilustrasi cinta/Photo by Diego Rezende from Pexels

Selain meningkatnya produksi hormon Dopamin, jatuh cinta juga dapat memicu produksi hormon Serotonin. Kadar serotonin yang tinggi juga sering ditemukan pada orang yang mengalami gangguan obsesif-kompulsif. Itulah sebabnya cinta membuat kamu cemas dan gugup.

Sementara perasaan berdebar-debar dan keringat dingin disebabkan oleh hormon adrenalin. Hormon lain yang keluar saat jatuh cinta sama dengan ketika kamu ketakutan. Dalam kondisi seperti ini, seseorang yang jatuh cinta akan sangat sulit diajak bicara hal-hal di luar masalah percintaannya.


5. Naluri melangsungkan hidup

ilustrasi pasangan cinta/Photo by Jonathan Borba from Pexels

Meski banyak yang tidak setuju, tapi mereka tak bisa menyangkal bahwa jatuh cinta merupakan naluri biologis dalam tubuh manusia untuk berkembangbiak. Oleh sebab itu, ketika seseorang jatuh cinta dan mulai tertarik kepada pasangannya, tubuh manusia pun akan merespon dengan cepat.

Respon tersebut pun akan langsung merespon organ sensitif dalam tubuh untuk melangsungkan proses reproduksi. Karena itu, secara biologis otak manusia memang sudah dipersiapkan untuk jatuh cinta dan mempertahankan keberadaan spesiesnya.

Meskipun itu berarti cinta bisa membuat bodoh untuk sementara waktu. Akan tetapi, cinta memang tidak selalu berujung pada reproduksi.

Dalam banyak kasus, cinta hadir hanya untuk memenuhi kebutuhan emosional seseorang. Misalnya cinta orangtua pada anak, cinta sangat penting untuk memastikan anak berhasil bertahan hidup.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya