Liputan6.com, Jakarta Kurs Dolar AS ke Rupiah belum mengalami perubahan signifikan sejak pekan lalu. Menurut informasi dari laman resmi Bank Indonesia, pada Senin (5/6/2023) kurs jual USD berada di Rp 15.078,01 juga kurs belinya sebesar Rp 14.927,99.
Sementara kurs jual Poundsterling Inggris hari ini ada di Rp 18.639,44 dan kurs beli Rp 18.452,49. Mata uang Euro hari ini memiliki kurs jual Rp 16.098,79 dengan kurs beli Rp 15.932,64.
Advertisement
Kurs jual dolar Australia sebesar Rp 9.766,03 dan kurs beli Rp 9.665,87.
Beralih ke mata uang negara kawasan ekonomi besar di Asia, kurs jual Yen Jepang hari ini berada di Rp 10.789,27 per 100 Yen dan kurs beli Rp 10.681,16 per 100 Yen. Di sisi lain, Kurs jual Yuan China sebesar Rp 2.121,15 diikuti kurs beli Rp 2.099,90.
Kurs jual Won Korea Selatan hari ini Rp 11,37 dengan kurs beli Rp 11,25 per Won yang keduanya terus berubah naik dan turun sejak hari sebelumnya. Kurs jual dolar Hong Kong hari ini dipatok Rp 1.925,01 serta kurs beli sebesar Rp 1.905,81.
Sementara di negara kawasan Asia Tenggara hari ini, untuk dolar Singapura (SGD) memiliki kurs jual Rp 11.131,79 dan kurs beli Rp 11.016,97 juga Ringgit Malaysia dengan kurs jual Rp 3.263,64 dan kurs beli Rp 3.226,28.
Kurs jual Peso Filipina hari ini berada di Rp 268,53 dan kurs beli Rp 265,76 juga Thailand dengan kurs jualnya Rp 434,02 dan kurs belinya Rp 429,58 per Baht.
Rupiah Perkasa Lawan USD Hari Ini, Inflasi Jadi Penopang
Sebelumnya, kurs rupiah pada pembukaan perdagangan Senin 5 Juni 2023 menguat 0,66 persen atau 100 poin menjadi Rp14.894 per USD dari sebelumnya Rp14.994 per USD.
Analis senior Lukman Leong menyatakan penguatan rupiah dipengaruhi antisipasi investor terkait data inflasi Indonesia pada Mei 2023, yang diperkirakan akan kembali lebih rendah.
"Dolar AS sebenarnya masih rebound menguat secara umum setelah data tenaga kerja AS NFP (nonfarm payrolls), yang lebih kuat memicu kenaikan imbal hasil obligasi AS dan ekspektasi tingkat suku bunga The Fed yang lebih tinggi," kata dia dikutip dari Antara, Senin (5/6/2023).
Selain itu, data inflasi diperkirakan akan kembali turun dan kian mendekati target Bank Indonesia, sehingga bisa mendukung pertumbuhan ekonomi.
"Indeks dolar AS pada umumnya naik, dolar AS menguat terhadap hampir semua mata uang, kecuali rupiah," ucap Lukman.
Sementara itu, menurut analis Bank Woori Saudara (BWS) Rully Nova, penguatan rupiah terhadap dolar AS pada pembukaan perdagangan pagi ini disebabkan faktor eksternal, yakni kesepakatan senat AS terkait debt-ceilling Pemerintah AS menjadi rancangan undang-undang (RUU) dan data pengangguran AS pada Mei 2023 yang memburuk.
Adapun faktor domestik yang mendorong penguatan rupiah adalah ekspektasi pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 yang tinggi di level 5,7 persen.
"(Faktor lainnya adalah) laju inflasi Mei (2023) diperkirakan masih pada level yang rendah," ungkapnya.
Advertisement
Tenang, Bank Indonesia Yakin Rupiah Makin Perkasa di 2023
Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, memprediksi nilai tukar rupiah akan menguat tahun ini. Hal itu didukung oleh pertumbuhan ekonomi yang menunjukkan kinerja positif.
"Kami meyakini nilai tukar Rupiah akan menguat karena faktor fundamental semuanya memberikan justifikasi dasar bahwa nilai tukar Rupiah akan menguat," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Laporan Transparansi dan Akuntabilitas Bank Indonesia (LTABI) 2022, Senin (30/1/2023).
Dia menyampaikan, pada tahun 2022, Bank Indonesia memperkirakan perekonomian Indonesia bisa tumbuh bias ke atas dalam kisaran 4,5 sampai 5,3 persen. Bahkan BI optimis tahun 2022 bisa tumbuh paling tidak di kisaran 5,2 persen.
Mengutip data BPS, secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari s.d Desember 2022 mencapai USD291,98 miliar atau naik 26,07 persen dibanding periode yang sama pada tahun 2021.
Kemudian, inflasi yang terjadi di Indonesia juga turun lebih cepat dari perkiraan, dari 6,5 persen menjadi 5,51 persen. Sedangkan negara lain inflasinya masih di atas 8 persen. Stabilitas nilai tukar rupiah juga mengalami penguatan, transaksi berjalan surplus, kredit tumbuh 11,1 persen, dan masih banyak hal lainnya yang tumbuh cemerlang.
Hal itulah yang menjadi dasar optimisme Bank Indonesia bahwa kurs rupiah 2023 diyakini akan menguat. Disamping itu, Bank Indonesia juga memprediksi transaksi berjalan akan seimbang dan neraca pembayaran akan surplus, demikian dengan aliran modal diproyeksi akan mengalir deras.
"Untuk itu, pertumbuhan tinggi, inflasi rendah neraca pembayaran surplus dan prospek ekonomi yang baik, itu mendasarkan keyakinan kami bahwa rupiah akan menguat setelah tentu saja gejolak Global ini semakin mereda," ujarnya.