El Nino Bikin Produksi Padi Anjlok hingga 5 Juta Ton

Diperkirakan, El Nino akan berlanjung sepanjang tahun. Alhasil, fenomena ini akan berdampak pada turunnya produksi padi yang menjadi makanan pokok mayoritas masyarakat di Indonesia.

oleh Liputan6.com diperbarui 05 Jun 2023, 14:10 WIB
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Bappenas, Suharso Monoarfa menyebut dampak perubahan ikim di Indonesia sudah semakin nyata. El Nino yang merupakan fenomena pemanasan suhu muka laut di atas kondisi normal yang terjadi di Samudera Pasifik juga sudah terlihat. Ilustrasi kekeringan. (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Bappenas, Suharso Monoarfa menyebut dampak perubahan ikim di Indonesia sudah semakin nyata. El Nino yang merupakan fenomena pemanasan suhu muka laut di atas kondisi normal yang terjadi di Samudera Pasifik juga sudah terlihat. 

Suharso Monoarfa melanjutkan, dampak perubahan iklim dan fenomena El Nino sudah terlihat nyata saat ini dengan contooh suhu di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, sudah naik 0,9 derajat celcius.

“Di Kabupaten Berau ini sudah naik 0,9 derajat celccius,” kata Suharso dalam Rapat Kerja (Raker) dengan Komisi XI di Komplek Parlemen, Jakarta Pusat, Senin (5/6/2023).

Suharso menyebut fenomena El Nino ini pun akan beradadi puncaknya mulai Juli 2023. “Ini akan dimulai bulan depan dan turun sebentar dan naik kembali,” kata dia.

Diperkirakan, El Nino akan berlanjung sepanjang tahun. Alhasil, fenomena ini akan berdampak pada turunnya produksi padi yang menjadi makanan pokok mayoritas masyarakat di Indonesia.

“Berdasarkan data yang kita miliki 1990-2020, ada peurunan produksi padi setiap kejadian El Nino,” kata dia.

Tak tanggung penurunan produksi akibat El Nino ini bisa mengurangi 1 juta sampai 5 juta ton padi. Semua bergantung pada lamanya fenomena El Nino berlangsung.

“Ini bevairasi 1-5 juta ton tergantung enititas elnino ini dampaknya harus diantisipasi dari jauh sebelumnya,” kata dia.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com


Siasat Mendag Hadapi El Nino, Impor Beras Ikut Masuk Opsi

Pekerja saat mengangkut karung berisi beras yang belum terpakai di Gudang Bulog Divisi Regional DKI Jakarta, Kelapa Gading, Kamis (18/3/2021). Dirut Perum Bulog Budi Waseso menegaskan tahun ini Indonesia tidak akan mengimpor beras. (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Sebelumnya, potensi kekeringan dari fenomena El Nino yang berlagsung pada Juni 2023 diperkirakan akan berdampak besar.

Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan menyiapkan berbagai upaya untuk menghadapi dampak El Nino termasuk kemungkinan impor beras agar stok di dalam negeri mencukupi.

Dia memastikan telah melakukan upaya antarpemerintah (G to G) untuk menjaga ketersediaan beras agar dapat memenuhi kebutuhan nasional di tengah cuaca panas saat ini dan El Nino pada Juni 2023 yang dapat menurunkan produksi pangan.

“Beras kita harus G to G (antarpemerintah) memesan barang dari sekarang, agar itu menjadi stok kita sehingga nanti kalau kita kurang, itu tersedia. Begitu juga hasil pertanian lainnya,” kata Zulhas melansir Antara, Selasa (23/5/2023).

Terkait impor beras, akan diberlakukan jika pada saatnya memang diperlukan untuk menjaga stok nasional. '"Iya, kalau diperlukan," ujar dia.

Di Malaysia, fenomena El Nino yang memicu kekeringan telah menjadi salah satu penyebab “panic buying” masyarakat terhadap air minum.

“Menyikapi El Nino ini, yang seperti Malaysia saja sudah rebutan air minum. Di India juga suasana panas, yang juga ada beberapa perubahan kita ikuti perkembangannya. Di China juga gitu ya,” ujar Zulhas.

 


Pengendalian Inflasi

Aktivitas pekerja saat melakukan bongkar muat beras impor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (16/12/2022). Perum Bulog mendatangkan 5.000 ton beras impor asal Vietnam guna menambah cadangan beras pemerintah (CBP) yang akan digunakan untuk operasi pasar. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Sementara itu, Menteri Dalam Negeri Muhammad Tito Karnavian juga mengingatkan pemerintah daerah agar mewaspadai fenomena El Nino sehingga pengendalian inflasi tidak terganggu.

Menurut Tito, sejumlah lembaga memprediksi Indonesia bakal mengalami fenomena cuaca yang dapat mengakibatkan kekeringan dan berkurangnya sumber air bersih di beberapa wilayah itu.

Kementerian Pertanian (Kementan) membentuk gugus tugas dalam menghadapi El Nino yang diprediksi terjadi sekitar Juni dan semakin intens pada Agustus nanti.

”Saya meminta untuk dibentuk gugus tugas di setiap wilayah. Kita semua harus duduk bersama untuk merumuskan semuanya, dimulai dari pemetaan wilayah, konsep kelembagaan, hingga rencana aksinya,” ungkap Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo.

 

Infografis Deretan Wilayah Indonesia Terancam Kekeringan Parah dan Terdampak El Nino. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya