Liputan6.com, Kendari Demonstrasi warga di lahan PT Antam Desa Mandiodo Kecamatan Molawe Konawe Utara, dikawal ketat personel kepolisian dan TNI, Senin (5/6/2023). Aksi tak terkontrol demonstran, menimbulkan korban luka-luka dari pihak warga dan polisi.
Diketahui, dua orang demonstran, mengalami luka-luka pada bagian wajah dan kepala. Penyebabnya, terkena selongsong gas air mata. Belasan lainnya, sempat mengalami sesak napas akibat menghirup asap gas air mata.
Sedangkan tiga orang dari pihak kepolisian, ikut mengalami luka-luka akibat terkena lemparan batu dan terbentur tameng baja saat mendapat lemparan batu dari demonstran. Banyak juga diantara personil kepolisian mengalami sesak napas akibat terkena gas air mata.
Baca Juga
Advertisement
Kapolres Konawe Utara AKBP Priyo Utomo menyatakan, demonstrasi warga terkait tuntutan agar PT Antam membuka kembali aktivitas dan melibatkan pengusaha lokal di wilayah lahan Blok Mandiodo Konawe Utara. Diketahui, selama ini tidak ada aktivitas tambang nikel sehingga menyebabkan banyak warga kehilangan mata pencaharian.
"Ini merupakan lanjutan aksi sebelumnya pada Februari lalu, tuntutan mereka masih sama," ujar Priyo Utomo.
Terkait tindakan polisi melepas puluhan tembakan gas air mata ke arah demonstran, menurut Priyo sebagai bentuk peringatan. Saat itu, menurutnya, ada sejumlah oknum warga tidak terkontrol dan berupaya memancing situasi memanas.
"Kami menurunkan sebanyak 300 personil pengamanan, back up dari Brimob dan Polda Sultra untuk mengamankan aset negara di PT Antam," ujar Priyo.
Saat ditanya mengenai penyebab munculnya demonstragsi warga di Blok Mandiodo, Priyo menduga, protes warga muncul akibat berhentinya aktivitas perusahaan lokal di lahan PT Antam. Akibatnya, warga lokal yang menggantungkan hidupnya dari operasi pertambangan nikel, berhenti bekerja.
Tuntutan Warga
Diketahui, demonstrasi warga di lahan PT Antam, Senin (5/6/2023, menuntut pihak PT Antam agar kembali membuka operasi pertambangan di Blok Mandiodo. Warga menuntut agar Mandiodo tidak sekedar menjadi lahan tidur.
Sebelumnya, ada 10 perusahaan lokal yang bekerjasama dengan PT Antam. Perusahaan sebanyak ini, mempekerjakan ratusan warga lokal. Namun, sejak Oktober 2022, PT Antam secara sepihak menghentikan kerjasama dan menutup aktivitas di lokasi blok Mandiodo.
Koordinator massa, Jefri menyatakan, PT Antam malah masih membuka operasi pertambangan di wilayah IUP lain yakni Blok Tapunopaka. Wilayah ini, diketahui berada sekitar 30 kilometer dari lokasi Blok Mandiodo.
"Wilayah Blok Tapunopaka malah masih melakukan pengapalan ore nikel, namun Mandiodo malah tidak ada aktivitas, sehingga warga merasakan dampaknya akibat tak punya pekerjaan," ujar Jefri.
Dia mengatakan, akibat berhentinya operasi perusahaan PT Antam, sebanyak 30 karyawan dari PT Antam mengalami PHK. Selain itu, ratusan pekerja lainnya yang sebelumnya bekerja di 10 perusahaan lokal yang bekerjasama dan beroperasi di lahan PT Antam, kini sudah tidak memiliki pekerjaan lagi.
"Kami menuntut PT Antam membuka kembali aktivitas pertambangan yang melibatkan pengusaha lokal sehingga warga bisa bekerja kembali," kata Jefri.
Kata dia, alasan PT Antam menghentikan operasi perusahaan karena ada permasalahan dengan lahan masyarakat. Namun, kenyataannya, tidak ada konflik di lapangan terkait lahan masyarakat.
"Sudah 7 tahun masyarakat dijanji agar bisa bekerja kembali namun sampai hari ini tidak ada aktivitas sama sekali," kata Jefri.
Diketahui, ratusan warga peserta demonstrasi berasal dari empat wilayah lingkar tambang dan enam kecamatan di sekitarnya. Keempat Desa lingkar tambang di lokasi PT Antam yakni, Desa Mowundo, Mandiodo, Tapuemea dan Tapunggaya. Enam kecamatan lain yakni, Sawa, Lembo, Lasolo, Molawe, Andowia, Asera.
Advertisement
Aksi Mogok Makan di Kantor PT Antam
Warga Konawe Utara, menyatakan akan menginap di lokasi kantor PT Antam hingga tuntutan mereka dijawab pihak perusahaan. Warga menyatakan, hanya membutuhkan pernyataan sikap perusahaan untuk mengizinkan kembali beroperasinya warga dan pengusaha lokal di lahan IUP PT Antam blok Mandiodo.
Elsa, salah seorang warga menyatakan, sudah beresepakat dengan warga lainnya untuk mendirikan tenda darurat di lokasi kantor perusahaan. Mereka juga akan melakukan mogok makan terhitung sejak Senin (5/6/2023) hingga tuntutan mereka terpenuhi.
"Kami tak akan tinggalkan tempat sampai PT Antam menandatangani surat pernyataan untuk membuka kembali izin operasi pertambangan bagi pengusaha lokal di Mandiodo," ujar Elsa.
Menurut Elsa, ratusan warga terkena PHK akibat PT Antam menutup aktivitas di IUP Blok Mandiodo. Saat ini, mereka hanya bekerja serabutan untuk memyambung hidup.
"Tingkat kriminalitas juga meningkat di Mandiodo, akibat banyaknya warga yang kehilangan pekerjaan," ujar Elsa.
Jawaban Pihak PT Antam
Saat aksi demonstrasi warga, tidak ada aktivitas kantor di PT Antam Blok Mandiodo. Diketahui, semua karyawan yang tinggal di penginapan kantor, sudah meninggalkan lokasi sejak Minggu (4/6/2023) malam.
Kepala Asisten Keamanan PT Antam Mayor Kav Tantan menyatakan, saat ini mengerti keluh kesah warga setempat. Dia sudah mengetahui dan mendapat informasi banyaknya warga yang kehilangan pekerjaan akibat berhentinya aktivitas perusahaan.
"Namun, terkait hal ini saya tidak bisa menjanjikan apa-apa kepada kalian, yang saya akan lakukan, melaporkan hal ini kepada atasan di Mabes TNI Jakarta agar segera ditindaklanjuti untuk dilaporkan ke pihak PT Antam," ujarnya.
Dia berupaya meyakinkan warga, perusahaan akan mengambil sikap terbaik terkait tuntutan warga. Namun, pihaknya menyatakan, saat ini belum ada komunikasi dengan perusahaan.
"Secepatnya kami akan laporkan tuntutan warga hari ini," ujar Tantan.
Advertisement