Penyanyi Sia Tak Ingin Pura-Pura Lagi Setelah Akui Memiliki Spektrum Autisme

Walaupun sudah berbicara tentang masa pemulihannya sebelumnya, ini adalah kali pertama Sia mengungkap didiagnosis autisme yang ia miliki kepada publik.

oleh Fitri SyarifahLiputan6.com diperbarui 08 Jun 2023, 10:00 WIB
Penyanyi Sia (Kevin Winter/Getty Images/AFP)

Liputan6.com, Jakarta Sia ungkap kondisi spektrum autisme yang ia alami melalui episode terbaru podcast Rob Has a Podcast.

Penyanyi berusia 47 tahun itu mengungkap bahwa ia sedang dalam proses pemulihan dari kondisi spektrum autisme.

"Aku ada dalam spektrum autisme, dan aku sedang dalam proses pemulihan atau apapun itu. Ada banyak hal yang terjadi," kata Sia, seperti melansir People.

Walaupun sudah berbicara tentang masa pemulihannya sebelumnya, ini adalah kali pertama Sia mengungkap didiagnosis autisme yang ia miliki kepada publik.

"Sudah selama 45 tahun, aku merasa seperti harus berpura-pura menjadi seperti manusia biasa," kata Sia, yang baru saja menikah dengan Dan Bernard bulan Mei kemarin.

Pelantun lagu Chandelier itu mengaku bahwa ia baru menjadi diri yang sebenarnya selama dua terakhir.

"Namun, baru dalam dua tahun terakhir ini, aku benar-benar menjadi diriku yang sebenarnya,” jelasnya.

Dengan adanya kondisi ini, Sia mengatakan bahwa ia bisa merasakan apa yang Wiger rasakan dengan ADHD.

Dalam podcast tersebut, Sia berbicara terbuka tentang perasaannya selama beberapa tahun terakhir ini.

"Tidak ada yang benar-benar dapat mengenal dan mencintaimu ketika kamu menyimpan banyak rahasia dan hidup dalam rasa malu," ujarnya.

Sia mengaku bahwa setelah membagikan rahasia terdalamnya, dalam hal ini adalah spektrum autisme, untuk pertama kalinya dia merasa hidup tanpa berpura-pura.

"Saat kita akhirnya duduk di ruangan yang penuh dengan orang asing dan berbagi rahasia terdalam, paling gelap, paling memalukan, dan semua orang ikut tertawa bersama. Kita merasa tidak rendah diri untuk pertama kalinya dalam hidup, dan merasa dilihat sebagai diri yang sebenarnya untuk pertama kalinya. Baru kita bisa mulai hidup di dunia ini tanpa berpura-pura menjadi apa pun,” jelas Sia. (Tiara Laninda)

 


Menjadi Produser Film Bertemakan Autisme

Sia sebelumnya menuai kritik pada 2021. Ia membuat film yang penggambaran karakter autisme namun penggambarannya dianggap canggung.

Kritikus juga mengecam adegan kontroversial di mana karakter Ziegler ditahan dalam posisi telungkup selama episode stimulasi berlebihan. Namun, dia kemudian mengeluarkan serangkaian permintaan maaf di Twitter sebelum menghapus akunnya.

“Saya berencana untuk menghapus adegan itu.Ini adalah tanggung jawab saya, penelitian yang saya lakukan jelas tidak cukup menyeluruh, tidak cukup luas,” katanya.

Pada saat itu, Sia tidak menyinggung dirinya sendiri sebagai neuroatipikal.

Di podcast, Sia juga membahas perjuangannya melawan kecanduan dan pemulihan alkohol.

"Saya pikir salah satu hal terbesar adalah tidak ada yang bisa mengenal dan mencintai Anda ketika Anda dipenuhi dengan rahasia dan hidup dalam rasa malu," katanya.

“Untuk pertama kalinya dalam hidup, saya merasa tahu siapa kita sebenarnya dan tidak berpura-pura menjadi apa pun.”


Jumlah Penyandang Autis Meningkat di Indonesia

Data dari Kementerian Kesehatan pada 2021 melaporkan, jumlah anak di Indonesia yang menderita autis angkanya meningkat drastis hingga mencapai sekitar 2,4 juta. Dari data tersebut diperkirakan jumlah penderita autisme mengalami peningkatan 500 orang setiap tahunnya. 

Berkaitan dengan hal tersebut, Dr Imaculata pun mengamati kenaikan jumlah siswa yang mengidap autis ini di sekolahnya. Ketika baru  didirikan pada 2000, siswa dengan penderita gangguan spektrum autis hanya berjumlah lima orang, kemudian jumlah siswanya terus meningkat. Bahkan sampai 2021, ada sekitar 600 anak autis yang masuk daftar waiting list untuk bisa masuk sekolah tersebut.

Pada 2000, tercatat  perbandingan  anak autis di Indonesia adalah 1:500. Artinya, setiap 500 anak terdapat satu anak penyandang autisme. Empat tahun kemudian, (mantan) Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari menyatakan jumlah anak penyandang autis naik jadi 475 ribu. 

Kemudian pada 2006, jumlah anak penyandang autis di Indonesia adalah 1:150, artinya setiap 150 anak terdapat satu anak autis. Itu artinya, jumlah penderita autis naik 300% hanya dalam waktu enam tahun. Jika diurai lebih luas lagi dengan mengacu pada jumlah anak Indonesia pada 2012 sebanyak 52 juta, maka jumlah anak autis  pada 2012 sebanyak 532.200 anak.

Jika pertambahan anak autis tiap tahun sebesar 53.220 anak dan tiap hari ditemukan kasus baru sebanyak 147 anak, maka dalam 10 tahun jumlahnya mencapai 529.200. Dari penghitungan itulah diketahui bahwa pada 2021 jumlah anak yang menyandang autis angkanya meningkat menjadi 2,4 juta.

Infografis Penjelasan Cuaca Panas Melanda Wilayah Indonesia. (Liputan6.com/Trieyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya