Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia Pasifik anjlok pada perdagangan Selasa, (6/6/2023). Pergerakan bursa saham Asia Pasifik tersebut mengikuti bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street yang lesu setelah indeks S&P 500 hapus kenaikan sebelumnya.
Dikutip dari CNBC, Chief Market Strategis Carson Group, Ryan Detrick, menuturkan, pasar menarik nafas setelah menguat pada Jumat pekan lalu.
Advertisement
Di Australia, indeks ASX 200 melemah 0,35 persen jelang keputusan suku bangk sentral Australia. Reserve Bank of Australia akan mempertahankan suku bunga di 3,85 persen, menurut jajak pendapat Reuters.
Di Jepang, indeks Nikkei 225 masih diperdagangkan di atas angka 32.000, meski turun 0,64 persen. Indeks Topix melemah 0,62 persen.
Indeks Nikkei mencapai posisi diperdagangkan pada level ini terakhir saat berada di tengah gelembung ekonomi periode 1986-1991 saat harga real estate dan harga saham menguat pesat. Indeks Nikkei mencapai level tertinggi sepanjang masa di atas 38.900 pada Desember 1989. Adapun bursa saham Korea Selatan libur.
Indeks Hang Seng Hong Kong berpotensi melemah seiring kontrak berjangka di 19.071 dibandingkan penutupan 19.108. Semalam di Amerika Serikat, wall street kompak tertekan. Indeks S&P 500 merosot 0,2 persen. Indeks Nasdaq tergelincir 0,09 persen dan indeks Dow Jones terpangkas 0,59 persen.
Sementara itu, saham Apple melemah 0,8 persen setelah sentuh level tertinggi pada awal sesi perdagangan. Produsen iPhone tersebut pada Senin, 5 Juni 2023 meluncurkan headset virtual reality dan banyak pembaruan perangkat lunak di Worldwide Developers Conference tahunannya.
Penutupan Bursa Saham Asia pada 5 Juni 2023
Sebelumnya, bursa saham Asia Pasifik sebagian besar menguat setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menandatangani undang-undang plafon utang AS yang memungkinkan AS untuk mencegah gagal bayar atas kewajiban keuangan pada akhir pekan.
Dikutip dari CNBC, Senin, 5 Juni 2023, kompromi RUU plafon utang melewati Senat dengan suara 63-36 pada Kamis malam, 1 Juni 2023, memenangkan dukungan yang cukup dari kedua belah pihak untuk mengatasi ambang batas 60 suara majelis.
Pada Rabu, 31 Mei 2023, itu melewati DPR setelah 72 jam dengan suara 314-117. Sementara itu, di bursa Asia Pasifik, indeks Nikkei 225 melonjak 2,2 persen ke posisi 32.000 untuk pertama kalinya sejak 1990 ke posisi 32.217,43. Indeks Topix mendaki 1,7 persen ke posisi 2.219,97.
Di sisi lain, harga minyak berjangka menguat seiring keputusan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) untuk memangkas produksi minyak 1 juta barel per hari.
Indeks Kospi Korea Selatan naik tipis 0,54 persen ke posisi 2.615,41 dan memperpanjang reli pada Jumat pekan lalu. Indeks Kosdaq mendaki 0,26 persen ke posisi 870,28.
Di Australia, indeks ASX 200 naik 1 persen ke posisi 7.216,3 dan mencatat kenaikan hari ketiga berturut-turut, menjelang keputusan suku bunga bank sentral Australia.
Indeks Hang Seng Hong Kong menguat 0,88 persen dan melanjutkan reli dari kenaikan 4 persen. Bursa saham China bervariasi pada awal pekan ini. Indeks Shanghai naik tipis menjadi 3.232,44. Indeks Shenzhen melemah 0,48 persen ke posisi 10.946,08.
Advertisement
Penutupan Wall Street pada 5 Juni 2023
Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah pada perdagangan saham Senin, 5 Juni 2023. Indeks S&P 500 tergelincir dan menghapus kenaikan sebelumnya yang membawa indeks ke level tertinggi harian dalam sembilan bulan.
Dikutip dari CNBC, Selasa (6/6/2023), indeks S&P 500 merosot 0,2 persen ke posisi 4.273,79. Indeks Nasdaq tergelincir 0,09 persen ke posisi 13.229,43. Indeks Dow Jones susut 199,90 poin atau 0,59 persen terbenam 0,59 persen ke posisi 33.562,86.
Di sisi lain, saham Apple susut 0,8 persen dari posisi tertinggi sepanjang masa pada awal sesi perdagangan. Produsen iPhone meluncurkan headset realitas virtual yang sangat dinantikan dan banyak pembaruan perangkat lunak di Worldwide Developers Conference tahunan.
Saham Intel melemah 4,6 persen seiring Apple mengungkapkan chip baru. Sedangkan Nvidia kembali menarik kekhawatiran valuasi setelah lonjakan baru-baru ini.
Di sisi lain, JPMorgan Chase dan Goldman Sachs berjuang di tengah berita regulator sedang mempertimbangkan menaikkan persyaratan modal di bank besar.
“Pasar menarik nafas setelh reli pada Jumat,” ujar Chief Market Strategist Carson Group, Ryan Detrick, seperti dikutip dari Yahoo Finance.
“Ini adalah berita yang sangat loyo, yang bukan merupakan hal yang buruk karena kami menggabungkan beberapa dari keuntungan besar yang kami miliki baru-baru ini,” ia menambahkan.
Kekhawatiran di Pasar Masih Ada
Pada pekan lalu, saham menguat di tengah laporan pekerjaan pada Mei yang memberi isyarat kepada beberapa investor kalau resesi yang telah lama diantisipasi mungkin tidak lagi terjadi pada ekonomi atau setidaknya didorong hingga 2024. Selain itu, pengesahan tagihan plafon utang juga meningkatkan sentimen pasar.
“Apa yang dilakukan pasar, saya pikir tepat, tetapi ada hal-hal yang belum kita ketahui dan masalah besarnya adalah the Fed,” ujar Mohamed El-Erian kepada CNBC.
Ekonom Allianz mencatat sementara utang besar dan ketakutan perbankan telah menghilang. Apa yang terjadi selanjutnya bergantung pada target the Federal Reserve untuk menurunkan inflasi. “Pasar akan terlihat cukup murah jika bank sentral mengakui bahwa 2 persen adalah target yang salah,” ujar dia.
Terlepas dari pergerakan baru-baru ini, kekhawatiran tetap ada selama reli sempit pasar saham pada 2023 dipimpin segelintir saham teknologi.
“Kami pikir selama ekonomi terus berjalan dan tidak menunjukkan tanda-tanda resesi yang sejauh ini belum, pasar lainnya dapat mengatasi ketinggalan, dan kita akan melihat beberapa sektor lainnya,” ujar Chief Invesment Officer Independent Advisor Alliance, Chris Zaccarelli.
Advertisement