Liputan6.com, Jakarta - SCAD (Spontaneous Coronery Artery Dissection) adalah kondisi kritis secara medis yang terjadi ketika ada robekan atau pecahnya pembuluh darah jantung. Dalam banyak kasus itu menyebabkan aritmia dan kematian mendadak.
Sesuai laporan kesehatan SCAD menyerang wanita muda, kebanyakan berusia 40-an dan 50-an. Namun, serangan jantung yang disebabkan SCAD berbeda dengan serangan jantung yang terjadi karena aterosklerosis.
Advertisement
Apa yang terjadi saat terserang SCAD?
Melansir dari Times of India, Selasa (6/6/2023), dinding arteri berlapis tiga. Ketika salah satu lapisan arteri pecah, aliran darah melambat atau darah melewati celah tersebut dan terjebak di dalam lapisan dinding.
Darah yang terjebak membentuk tonjolan dan menghalangi aliran darah ke jantung yang menyebabkan serangan jantung.
SCAD jarang terjadi tapi mengancam jiwa karena gejalanya sulit dikenali. Pasien sering tidak memiliki faktor risiko penyakit yang khas.
Gejala SCAD
Sesuai MayoClinic, gejala umum yang terkait dengan SCAD adalah nyeri dada, detak jantung yang cepat, nyeri pada tungkai dan rahang, kesulitan bernapas, berkeringat, kelelahan ekstrem, mual dan pusing.
The American Heart Association memasukkan nyeri atau tekanan dada, sesak napas, banyak berkeringat, dan pusing dalam daftar gejala SCAD.
Pasien SCAD memiliki risiko tinggi untuk kambuh
The American Heart Association mengatakan pasien SCAD memiliki risiko kekambuhan yang tinggi dan menyarankan untuk menjaga risiko umum jantung seperti tekanan darah tinggi, merokok atau koletserol tinggi bisa membantu.
SCAD bisa terjadi pada orang-orang bahkan setelah prosedur pengobatan berhasil.
Penelitian baru telah mengidentifikasi 16 gen yang meningkatkan risiko SCAD pada wanita
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh National Institute for Health and Care Research (NIHR) Leicester Biomedical Research Center (BRC) dan Universite Paris Cite berhasil mengidentifikasi 16 gen yang meningkatkan risiko serangan jantung pada wanita.
"Penelitian ini menegaskan bahwa ada banyak gen yang terlibat dalam menentukan risiko seseorang mengalami SCAD," ANI mengutip perkataan Dr David Adlam, Associate Professor of Acute and Interventional Cardiology di University of Leicester, dan penulis utama studi tersebut.
"Gen-gen ini memberi kita wawasan kunci pertama tentang penyebab yang mendasari penyakit ini dan memberikan penyelidikan baru, yang kami harap akan memandu pendekatan pengobatan baru di masa depan," lanjutnya.
Advertisement
Faktor risikonya
Karena lebih banyak memengaruhi wanita, jenis kelamin jelas merupakan faktor risiko penting untuk SCAD.
Displasia fibromuskular, pertumbuhan sel yang tidak teratur di dinding arteri, merupakan faktor risiko besar lainnya yang menyebabkan SCAD.
Telah ditemukan bahwa wanita lebih mungkin mengembangkan displasia fibromuskular daripada pria yang membuat mereka lebih rentan untuk mengembangkan SCAD.