Liputan6.com, Jakarta Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menagih janji semua negara besar yang akan membantu Indonesia menjalani transisi energi ke energi bersih. Menurutnya, proses peralihan pemanfaatan energi ini perlu dibarengi dengan upaya bersama-sama.
Dia menyebut, ini merupakan tindak lanjut dari diluncurkannya Energy Transition Mechanism (ETM) Country Platform pada momen Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali, tahun 2022 lalu.
Advertisement
"ETM ini kita luncurkan pada saat KTT G20 di Bali. Sejak itu kita terus kerja sama. Kita kolaborasi dengan climate investment fund, dan bermitra dengan Asian Development Bank dan World Bank Group. Mereka-mereka inilah yang terus kita tantang untuk menterjemahkan dan mengkonkretkan komitmen dunia yang selama ini selalu mengatakan 'oke kita semuanya mengenal tantangan climate change' dan oleh karena itu perlu komitmen semua pihak," ujarnya dalam Bisnis Indonesia Green Forum 2023, Selasa (6/6/2023).
Dalam prosesnya, kata Sri Mulyani, Indonesia juga dapat dukungan dari sejumlah pihak. Salah satunya hadir melalui Just Energy Transition Partnership (JETP). Melalui itu, Indonesia dijanjikan mendapat dukungan USD 20 miliar untuk transisi energi.
"Bahkan pada saat KTT G20 diumumkan komitmen 20 Billion USD ini yang terus akan kita lihat dari sisi konkretisasi komitmen tersebut," bebernya.
Melalui ETM Country Platform yang dipimpin oleh PT SMI ini, dia menyebut telah mengantongi sinyal positif dari berbagai negara. Seperti Amerika Serikat, Eropa, Jepang, China hingga Australia.
"Didalam platform ini seluruh negara-negara yang sangat besar seperti Amerika, Eropa, Jepang bahkan RRT, Australia, semuanya melihat komitmen Indonesia untuk bersungguh-sungguh namun tetap berhati-hati melaksanakan transisi energi," urainya.
Pengekspor Batu Bara Terbesar
Pada saat yang sama, Indonesia diakui sebagai negara dengan pengekspor terbanyak batu bara. Atas cadangan yang dimilikinya, Indonesia juga paling banyak menggunakan batu bara sebagai bahan pembangkit listriknya.
"Indoneisa adalah negara terbesar dengan ekspor batu bara, mereka juga tau bahwa Indonesia adalah negara yang memiliki batu bara yang banyak untuk energinya namun ini tidak menghalangi tekan Indonesia untuk menjalani transisi energi," tegasnya.
"Oleh karena itu, determinasi ini untuk menggambarkan bahwa ktia ingin melihat apakah dunia juga memiliki komitmen yang sama dan kemudian konsekuen dengan dukungan-dukungan dibidang financial dan technology-nya," pungkas Menkeu Sri Mulyani.
Advertisement
99 PLTU Ikut Perdagangan Karbon
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkap akan ada 99 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbasis batu bara yang berpotensi ikut perdagangan karbon tahun ini. Jumlah ini setara dengan 86 persen dari total PLTU Batu Bara yang beroperasi di Indonesia.
Skema yang dijalankan adalah emission trading system (ETS) yang sudah disusun sebelumnya. Bendahara Negara ini menyebut, perdagangan karbon jadi satu upaya untuk menurunkan tingkat emisi karbon, dengan dimulai dari sektor energi.
"Peraturan Menteri ESDM nomor 16/2022 sudah dikeluarkan untuk menetapkan hal itu. Pada tahun 2023 ini ada 99 PLTU berbasis coal yang berpotensi untuk mengikuti emission trading system atau ETS dimana total kapasitas dari PLTU tersebut adalah 33.565 MW," ujarnya dalam Bisnis Indonesia Green Forum 2023, Selasa (6/6/2023).
Sri Mulyani menilai, dengan porsi yang cukup besar ini akan berkontribusi pada upaya menurunkan emisi karbon kedepannya. Mengingat, sektor pembangkit listrik jadi salah satu target utama dalam menekan emisi karbon.
"Ini adalah kemajuan, karena berarti para PLTU ini memahami bahwa mereka menghasilkan energi yang dibutuhkan ekonomi dan masyarakat namun mereka juga menghasilkan CO2 yang memperburuk kondisi perubahan iklim dunia," kata dia.
"Oleh karena itu, secara bertahap untuk mampu memasukkan faktor CO2 ini adalah dengan mandatory carbon trading melalui emission trading system yang sudah ditetapkan pemerintah," sambungnya.
Menkeu Sri Mulyani mengatakan, upaya ini sejalan untuk mengejar target Nol Emisi Karbon atau Net Zero Emission di 2060 mendatang. Setelah diterapkan di sektor energi atau pembangkit listrik, baru perdagangan karbon selanjutnya akan menyasar sektor lain.
Skema Perdagangan Karbon
Lebih lanjut, Sri Mulyani mengungkap, 99 PLTU tadi akan melakukan perdagangan karbon secara tertutup. Artinya, transaksi dilakukan antar perusahaan PLTU.
Transaksi ini akan mengacu pada batas-batas emisi karbon yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Langkah ini dilakukan sambil menunggu bursa karbon untuk ditetapkan di Indonesia.
"Perdagangan karbon tersebut dilakukan secara langsung antara PLTU dimana mereka sudah ditetapkan berapa mandatory CO2 nya yang diperbolehkan," ungkapnya.
"Mereka melakukan transaksi dengan membuat atau berpartisipasi dalam aplikasi penghitungan dan pelaporan emisi ketenagalistriklah atau Apel Gatrik belum melalui bursa karbon yang akan di launch di capital msrket kita. Jadi ini adalah trading yang sifatnya tertutup antar para pelaku PLTU," kata Sri Mulyani menjelaskan.
Dia menegaskan saat ini sistem perdagangan karbon yang mandatory atau emission trading system baru diterapkan di sektor energi. Salah satu yang jadi perhatian adalah dampaknya terhadap ekonomi sosial masyarakat.
"Jangan lupa untuk melakukan transformasi energi ke hijau itu tidak semudah membalikkan tangan, meskipun tujuannya baik yaitu untuk meningkatkan perekonomian agar konsisten dengan komitmen, penurunan CO2 ini tetap harus dilakukan secara hati-hati karena sebuah perubahan pasti menimbulkan shock," bebernya.
Advertisement