Simak Cara Beli Saham bagi Investor

Investasi saham merupakan salah satu instrumen investasi yang cukup populer saat ini. Hal ini ditunjukkan dari investor saham dan surat berharga lainnya mencapai 4,65 juta hingga April 2023. Tertarik untuk investasi saham?

oleh Elga Nurmutia diperbarui 06 Jun 2023, 15:43 WIB
Saham dinilai menjadi salah satu instrumen investasi yang cukup menggiurkan bagi pemula. Lantaran, saham merupakan produk investasi yang berpotensi memberikan keuntungan besar bagi para investor.(Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Saham dinilai menjadi salah satu instrumen investasi yang cukup menggiurkan bagi pemula. Lantaran, saham merupakan produk investasi yang berpotensi memberikan keuntungan besar bagi para investor.

Dengan demikian, cara membeli saham bagi pemula menjadi hal penting sebelum melakukan investasi. Ini mengingat, sejumlah orang yang tidak menghiraukan cara membeli saham bagi pemula ini dan akhirnya gagal alias rugi. 

Menarik untuk diketahui, berikut ini Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber mengenai cara beli saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) ditulis Selasa (6/6/2023).

1. Pelajari Ilmu Investasi Saham

Perlu diingat setiap investasi memiliki risiko bagi masyarakat. Karena itu, masyarakat perlu belajar untuk memperoleh keuntungan dari investasi saham yang optimal. 

Misalnya, mempelajari dan memahami apa itu saham serta bagaimana mekanisme saham tersebut dapat dijalankan. Selain itu, harus mengetahui tentang keuntungan maupun risiko yang ada jika melakukan investasi saham agar lebih siap menghadapinya. 

Bahkan, investor atau calon investor juga bisa membaca laporan keuangan milik perusahaan yang sahamnya tercatat di BEI (emiten) untuk menjadikan pertimbangan dalam membeli sahamnya.

2. Tentukan Sekuritas 

Dalam membeli saham perlu menentukan sekuritas mana yang akan dipilih ketika melakukan pembukaan rekening serta transaksi. Perusahaan sekuritas tersebut akan menjadi perantara investor dalam melakukan jual beli saham.

Dengan begitu, pastikan Anda memilih perusahaan sekuritas yang sudah terdaftar di BEI dan berkompeten. Tak hanya itu, investor juga harus memahami terkait layanan dan biaya yang biasanya ditetapkan oleh perusahaan sekuritas.


3.Pilih Saham yang Prospektif

Pengunjung melintasi layar pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (10/2). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Selanjutnya, jika Anda sudah menentukan sekuritas dan membuka rekening bisa langsung memilih saham. Dalam investasi saham harus memilih saham yang prospektif alias berpotensi memberikan keuntungan ke depannya.

Selain bisa menghasilkan keuntungan, saham itu juga harus memiliki risiko yang rendah. Kondisi terkait risiko saham pun dapat Anda lihat dari kondisi perusahaannya, grafik harga saham emiten, serta Anda juga bisa meminta masukan dari analis perusahaan sekuritas yang telah dipilih.

4.Beli Saham

Untuk pembelian saham, investor harus menyiapkan dana sesuai harga saham dan membayar biaya transaksi untuk perusahaan sekuritas (fee broker). Sedangkan untuk penjualan saham, total dana yang didapat investor adalah nilai sesuai harga jual saham dikurangi biaya transaksi dan PPh.

Biaya transaksi tersebut berbeda-beda di setiap perusahaan sekuritas, tetapi umumnya 0,2—0,3 persen dari nilai transaksi pembelian saham (termasuk PPN) dan ditambah PPh 0.1 persen khusus untuk transaksi penjualan saham.

5.Pantau Kondisi Bursa Saham

Setelah melakukan empat langka di atas, terakhir Anda perlu memantau kondisi bursa saham. Sebab, biasanya perdagangan saham di bursa akan berkaitan dengan kondisi ekonomi, politik, keamanan, maupun faktor lainnya. Maka sebab itu, penting bagi investor untuk selalu memantau kondisi bursa saham secara berkala.

Di samping itu, investor harus mencermati pergerakan harga sahamnya, apakah naik atau turun. Hal itu dilakukan agar investor bisa menghasilkan keuntungan dari investasi saham, karena investor akan mengetahui kapan waktu yang tepat untuk membeli atau menjual saham agar mendapatkan keuntungan yang optimal.


Ingin Punya Saham Panjang Umur?Begini Caranya

Pialang tengah mengecek Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Jakarta, Kamis (9/9/2021). IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore ditutup menguat 42,2 poin atau 0,7 persen ke posisi 6.068,22 dipicu aksi beli oleh investor asing. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, investasi menjadi salah satu kegiatan penting dalam kehidupan masyarakat. Ini mengingat investasi yang dilakukan dengan benar bakal memberikan keuntungan di masa depan.

Namun, perlu diingat setiap investasi memiliki risiko bagi masyarakat. Maka dari itu, masyarakat perlu belajar berinvestasi dengan mengenali perusahaan yang berpotensi panjang umur alias tahan lama. 

Mengutip laman Instagram Bursa Efek Indonesia, Senin (5/6/2023), dalam memilih saham untuk berinvestasi, penting untuk memilih perusahaan yang memiliki keunggulan dalam bersaing dengan para kompetitornya, hal ini akan menentukan apakah perusahaan tersebut dapat bertahan dalam jangka panjang atau tidak.

Adapun, salah satu ciri perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif ini yaitu perusahaan yang GPM-nya tinggi. Lantas, apa itu GPM?

GPM atau Gross Profit Margin adalah alat ukur untuk melihat seberapa efektif dan efisien perusahaan menggunakan sumber dayanya untuk menghasilkan laba. 

Perusahaan dengan gross profit marginyang lebih tinggi artinya mampu mengendalikan biaya dan memaksimalkan keuntungan mereka dengan lebih baik.

Contoh Perhitungan GPM

Misal, berdasarkan laporan laba rugi terbaru perusahaan PT. ABCD mencatatkan: Penjualan Bersih = Rp75 miliar. Harga Pokok Penjualan = Rp68 miliar. Maka GPM PT. ABCD yaitu, GPM = (Penjualan bersih - HPP) / Penjualan Bersih = Rp75 miliar - Rp68 miliar /Rp75 miliar = 0.0933 atau 9,33 persen.

Artinya, 90,67 persen dari keuntungan perusahaan digunakan untuk biaya produksi produk dan 9,33 persen untuk biaya lain-lain dan laba bersih perusahaan.

Selain itu, investor juga bisa membandingkan GPM perusahaan tersebut dari tahun ke tahun. Lalu, bandingkan juga dengan GPM perusahaan kompetitornya untuk mengetahui perusahaan mana yang lebih unggul.

Dengan demikian, perusahaan dengan nilai GPM yang lebih unggul dibanding para pesaingnya berpotensi memiliki umur yang panjang dan dapat terus bertumbuh sehingga perusahaan ini cocok untuk dijadikan pilihan investasi bagi investor maupun calon investor.

 

 


5 Emiten Naik Kelas ke Papan Utama BEI, Siapakah Itu?

Layar yang menampilkan informasi pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (8/6/2020). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 1,34% ke level 5.014,08 pada pembukaan perdagangan sesi I, Senin (8/6). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) mengumumkan daftar emiten atau perusahaan tercatat yang mengalami perpindahan papan dari papan pengembangan ke papan utama. Perubahan penempatan papan pencatatan tersebut berlaku sejak 31 Mei 2023.

Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia, Jumat (26/5/2023), terdapat lima emiten yang naik kelas dari papan pengembangan ke papan utama.

Adapun kelima emiten tersebut, yakni PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS), PT Mega Manunggal Property Tbk (MMLP), PT Sarana Meditama Metropolitan Tbk (SAME), PT Golden Eagle Energy Tbk (SMMT), PT Perintis Triniti Properti Tbk (TRIN).

"Kami sampaikan bahwa berdasarkan ketentuan tersebut Bursa berwenang untuk melakukan penilaian atas pemenuhan persyaratan dan perpindahan papan yang dilakukan setiap Mei dan November," tulis Manajemen BEI, dikutip Jumat (26/5/2023).

Selain itu, BEI juga memindahkan sejumlah emiten dari papan utama ke papan pengembangan, yakni PT Hero Supermarket Tbk (HERO) PT City Retail Developments Tbk (NIRO), dan PT Famon Awal Bros Sedaya Tbk (PRAY).

"Jika terdapat hal atau peristiwa tertentu yang terjadi pada perusahaan tercatat sebelum tanggal efektif perpindahan papan, Bursa berwenang melakukan perubahan atas pengumuman ini," tulisnya.

Infografis Ekonomi RI Jauh Lebih Baik dari Negara Lain (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya