Hotel Mewah Pakai Awan Buatan untuk Menghalau Cuaca Panas

Awan buatan di Hotel Chinzanso, Jepang ini sudah ada sejak 2020. Selain menghalau cuaca panas, keberadaannya juga bertujuan menambah indah pemandangan.

oleh Asnida Riani diperbarui 07 Jun 2023, 09:00 WIB
Hotel Chinzanso di Jepang menggunakan awan buatan untuk menghalau cuaca panas. (dok. Hotel Chinzanso)

Liputan6.com, Jakarta - Samudra awan buatan hotel mewah di jantung Tokyo, Jepang, kembali menyapa. Sejak 2020, Samudra Awan Tokyo, atau Tokyo Unkai dalam bahasa Jepang, melibatkan pemasangan nozel yang dirancang khusus, sehingga formasi awan buatan muncul di area taman cekung Hotel Chinzanso.

Taman ini juga dihiasi berbagai fitur yang terlihat alami, seperti lampion bambu. Terdapat pula jalan setapak dengan deretan sekitar 300 lonceng angin bergaya Edo Jepang yang tergantung di atas.

Untuk merayakan ulang tahun ke-70 hotel, objek wisata ini telah ditingkatkan jadi "Great Sea of Clouds" dengan menggunakan nozel lebih canggih yang dapat menghasilkan awan lebih asli, dikutip dari Japan Today, Selasa, 6 Juni 2023. Itu disebut menggunakan semprotan dua kali lebih banyak.

Samudra Awan biasa dibuat lima kali sepanjang hari, sedangkan Samudra Awan Besar muncul sekali di pagi hari dan dua kali di sore hari. Ini semua dilakukan antara 3 Juli dan 18 September 2023, menjadikannya bukan hanya fitur mempercantik lanskap, tapi juga menghalau cuaca panas selama bulan-bulan bersuhu tinggi.

Cuaca panas, bahkan gelombang panas, memang telah dilaporkan melanda Asia sejak setidaknya April 2023. Saat itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat puncak suhu tertinggi sempat mencapai 37,2 derajat celcius.

Suhu tertinggi ini terjadi di Ciputat, Tangerang Selatan. Hal ini juga diperburuk dengan kondisi polusi udara yang tercemar, lapor kanal Health Liputan6.com. Menurut dokter spesialis penyakit dalam Eka Hospital BSD, Rudy Kurniawan, kombinasi dari panasnya terik matahari dan polusi udara bisa menyebabkan beberapa masalah kesehatan.

 


Penyakit Saat Cuaca Panas Ekstrem

Ilustrasi cuaca panas, sinar matahari. (Image by Freepik)

Salah satu penyakit yang bisa terjadi pada cuaca panas ekstrem adalah dehidrasi. Kondisi ini dapat menyebabkan berbagai macam masalah kesehatan, seperti panas dalam, radang tenggorokan, demam tinggi, serta gangguan kesadaran.

"Namun, salah satu masalah kesehatan paling parah yang dapat disebabkan cuaca panas ekstrem adalah heat stroke," kata Rudy dalam keterangan pers, ditulis 30 April 2023.

Heat stroke adalah tahap akhir dan paling parah yang bisa terjadi akibat cuaca panas ekstrem. Karena itu, penting untuk mengenal ciri-ciri awal heat stroke. Sebelum heat stroke menyerang, biasanya orang akan mengalami heat exhaustion terlebih dahulu.

Ini ditandai dengan berkurangnya cairan, haus berlebihan, lemah, sakit kepala, dan kehilangan kesadaran. Dalam kondisi heat exhaustion, ada beberapa pertolongan pertama yang bisa dilakukan untuk mencegah serangan heat stroke menyerang, yakni:

  • Hubungi layanan darurat segera agar mereka bisa menuju lokasi penderita heat stroke/heat exhaustion secepatnya.
  • Bawa pasien ke ruangan dengan suhu lebih dingin.Lepaskan pakaian berlebih, seperti jaket, sepatu, kaus kaki, dan celana ketat tebal.
  • Kompres pasien dengan kain air dingin untuk membantu menurunkan suhu mereka.
  • Basahi muka, leher, lengan, dan paha kaki pasien dengan air es/air dingin.
  • Beri pasien air dingin untuk diminum.
  • Apabila kondisi pasien sudah terlalu parah, pertolongan pertama yang bisa diberikan adalah mengisi bathtub dengan air dingin untuk merendam tubuh pasien dan menurunkan suhu tubuhnya hingga bantuan medis datang.

Tidak Hanya di Darat

Ilustrasi Foto Terumbu Karang Mati (Pixabay)

Tidak hanya di darat, suhu laut global juga dilaporkan terus meningkat selama beberapa tahun terakhir. Fenomena itu tetap tercatat bahkan saat terjadi fenomena La Nina yang cenderung mendinginkan suhu laut di Samudra Pasifik. 

Melansir CNN, 6 April 2023, pada Januari 2023, para ilmuwan melaporkan bahwa suhu laut telah mencapai rekor terpanas selama empat tahun terakhir. Lalu, pada pertengahan Maret 2023, ahli iklim mencatat bahwa suhu permukaan laut global kini mencapai suhu tertingginya. 

Hal ini membuat para ahli khawatir tentang dampaknya, terutama saat muncul prediksi fenomena El Nino pada musim panas ini. El Nino dapat membawa dampak, seperti panas ekstrem, siklon tropis yang berbahaya, dan ancaman signifikan terhadap terumbu karang yang rapuh.

La Nina dan El Nino adalah fenomena alam di Samudra Pasifik tropis. La Nina ditandai dengan suhu lautan yang lebih dingin dari rata-rata, sedangkan El Nino adalah pemanasan suhu muka laut di atas rata-rata. Di Indonesia, El Nino dapat memicu terjadinya kondisi kekeringan. 


Transisi Dramatis

Ilustrasi kekeringan akibat el nino. (Istimewa)

Daniel Swain, seorang ilmuwan iklim dari University of California, Los Angeles, mengatakan sudah ada "transisi dramatis" dari La Nina ke El Nino yang terjadi di Pasifik tropis. Ahli iklim mengkhawatirkan dampak El Nino yang akan datang, mengingat adanya lapisan pemanasan global yang disebabkan aktivitas manusia.

Untuk pertama kali, El Nino dapat mendorong pemanasan global melewati 1,5 derajat celsius di atas tingkat pra-industri pada pertengahan hingga akhir abad ke-19. Dalam Perjanjian Iklim Paris, negara-negara berjanji membatasi pemanasan global di bawah 2 derajat, dan idealnya 1,5 derajat, dibandingkan suhu pra-industri.

Ilmuwan menganggap pemanasan 1,5 derajat sebagai titik kritis utama, dengan membawa kemungkinan banjir ekstrem, kekeringan, kebakaran hutan, dan kekurangan pangan yang dapat meningkat secara dramatis.

"Kita mungkin akan mengalami, pada 2024, tahun terhangat secara global," kata Josef Ludescher, seorang ilmuwan senior di Potsdam Institute for Climate Impact Research. Tahun terpanas yang tercatat saat ini adalah 2016, mengikuti El Nino yang sangat kuat. Dunia telah mengalami pemanasan global sekitar 1,2 derajat karena manusia terus membakar bahan bakar fosil dan menghasilkan polusi yang memanaskan planet.

Eropa mengalami musim panas terpanas pada 2022, dengan suhu lebih dari 40 derajat celcius, semenraea Pakistan dan India mengalami gelombang panas yang membakar, di mana sebagian wilayah mencapai lebih dari 49 derajat celcius. 

Infografis: Bumi Makin Panas, Apa Solusinya? (Liputan6.com / Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya