Top 3 Islami: Kenapa Tak Ada Habib di Ranah Minang?

Artikel tidak ada habib, atau jarang habib yang berdomisili di tanah Minang, Sumatera Barat memuncaki top 3 kanal Islami Liputan6.com

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 07 Jun 2023, 06:30 WIB
Desa Wisata Kampuang Minang Nagari Sumpu, Sumatera Barat. (Tangkapan Layar Jadesta/Desa Wisata Kampuang Minang Nagari Sumpu)

Liputan6.com, Jakarta - Topik habib atau keturunan Nabi Muhammad SAW memang selalu menarik perhatian. Itu termasuk kenapa tidak ada habib, atau jarang habib yang berdomisili di tanah Minang, Sumatera Barat.

Buya Arrazy Hasyim, mendapatkan pertanyaan dari salah satu jemaahnya. Lantas, dia menjelaskan berbagai penyebab, kenapa jarang ada habib di Sumatera Barat.

Artikel ini paling diminati dan memuncaki artikel atau menjadi Top 3 di kanal Islami Liputan6.com pada Selasa (6/6/2023). 

Sementara, dua artikel lain yang menuai perhatian adalah soal pesawat-pesawat yang terlambat atau menunda penerbangannya, dan bahkan mengubah kapasitas seat pesawat.

Kemenag memprotes dua maskapai yang sama-sama pelat merah, Garuda Indonesia dan Saudia Airlines.

Selengkapnya, mari simak top 3 Islami.

 

Simak Video Pilihan Ini:


1. Kenapa di Sumatera Barat Tidak Ada Habib? Buya Arrazy Ungkap Alasannya

Rumah gadang di Kawasan Saribu Rumah Gadang Solok Selatan, Sumatera Barat. (Liputan6.com/ Novia Harlina)

Gelar habib di Indonesia secara khusus dinisbatkan kepada laki-laki keturunan Rasulullah SAW. Mereka yang bergelar habib biasanya memiliki marga yang disematkan di belakang namanya, seperti Al-Attas, Assegaf, Al-Haddad, Alaydrus, Al-Habsyi, dan masih banyak lagi.

Gelar habib sudah tidak asing lagi di Indonesia. Meski demikian, tidak semua daerah di Indonesia dapat ditemukan orang yang bergelar habib. Salah satunya adalah Sumatera Barat. 

Tanah Minang ini disebut sebagai daerah yang tidak ada habib. Namun, bukan berarti tidak ada keturunan Rasulullah SAW di ranah Minang.

Fenomena tidak ditemukan habib di Sumatera Barat menjadi pertanyaan seorang jemaah yang mengikuti kajian Buya Arrazy Hasyim. Kepada Buya Arrazy, penanya itu membandingkan persebaran habib yang cenderung lebih banyak di Jawa dan Kalimantan.

“Kenapa setahu saya di Riau dan Sumatera Barat tidak diminati tinggal oleh para habaib? Mereka lebih cenderung pulau Jawa, Kalimantan. Jadi supaya jemaah jangan salah memahami, tolong diberi pencerahan tentang hal itu,” tanyanya dikutip dari tayangan YouTube Reporter Dakwah, Senin (5/6/2023).

“Kalau Riau sudah mulai, setiap kota sudah mulai ada. Saya udah ketemu beberapa,” jawabnya.

Selengkapnya baca di sini


2. Rugikan Jemaah Haji, Kemenag Protes Keras Saudia Airlines

Terminal 3 Internasional Soekarno Hatta, Cengkareng bakal semakin banyak dilewat wisatawan asal Arab Saudi.

Maskapai penerbangan Saudia Airlines kembali melakukan tindakan tidak profesional. Maskapai penerbangan plat merah Kerajaan Arab Saudi ini belakangan kerap melakukan perubahan kapasitas seat pesawat.

Direktur Pelayanan Haji Dalam Negeri Kemenag, Saiful Mujab mengatakan kebijakan Saudia Airlines itu sangat merugikan jemaah.

"Banyaknya perubahan kapasitas seat pesawat Saudia Airlines, ditambah dengan perubahan jadwal penerbangan, jelas berakibat pada jemaah, mulai dari terlambatnya proses visa hingga penempatan perhotelan di Madinah," tegas Saiful Mujab di Jakarta, dikutip dari laman Kemenag, Senin (5/6/2023).

"Ketidakprofesionalan ini jelas merugikan jemaah dan tidak sejalan dengan jargon Saudi untuk memuliakan jemaah haji," sambungnya.

Peristiwa perubahan kapasitas pesawat Saudia terjadi sejak awal fase pemberangkatan jemaah haji. Saat itu, jemaah kloter 2 embarkasi Jakarta - Bekasi (JKS 02), dijanjikan oleh Saudia Airlines akan diterbangkan dengan pesawat berkapasitas 480 orang.

Selengkapnya baca di sini


3. Pesawat Garuda dan Saudia Airlines Kerap Terlambat dan Ubah Jadwal, Ada Apa?

Pesawat Garuda berada di landasan pacu Terminal 3, Bandara Soekarno Hatta, Banten, Rabu (17/11/2021). Maskapai Garuda Indonesia akan menutup 97 rute penerbangannya secara bertahap hingga 2022 mendatang bersamaan dengan proses restrukturisasi yang tengah dilakukan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Keterlambatan penerbangan masih terus terjadi sampai hari ke-13 keberangkatan jemaah haji Indonesia ke Arab Saudi. Keterlambatan itu terjadi baik dalam penerbangan Garuda Indonesia maupun Saudia Airlines.

Direktur Pelayanan Haji Dalam Negeri Saiful Mujab meminta maskapai penerbangan untuk serius dalam memperhatikan kenyamanan jemaah haji. Hal itu ditunjukkan dengan sikap yang lebih kooperatif dan informatif.

“Maskapai, baik Saudia Airlines maupun Garuda Indonesia, harus lebih kooperarif dalam menginformasikan setiap perubahan atau keterlambatan penerbangan. Maskapai juga harus lebih solutif,” tegas Saiful Mujab di Jakarta, dalam rilis Kemenag, dikutip Senin (5/6/2023).

Tingkat perubahan dan keterlambatan jadwal penerbangan jemaah haji Indonesia tahun 2023 sudah cukup tinggi, angkanya lebih dari 15 kali keterlambatan atau perubahan jadwal. Padahal, saat ini masih dalam tahapan pemberangkatan gelombang pertama yang berlangsung dari 24 Mei sampai 7 Juni 2023.

“Masing-masing maskapai yang menempatkan perwakilannya di asrama haji, tidak hanya untuk menyiapkan jadwal, namun juga untuk menjelaskan dan meminta maaf ke jemaah bila ada perubahan jadwal penerbangan. Sebab, jadwal yang disepakati sebelumnya sudah disosialisasikan ke jemaah,” jelasnya.

Selengkapnya baca di sini

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya