Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno melawat ke Uzbekistan sejak Selasa, 6 Juni 2023. Beragam agenda telah dijadwalkan selama kunjungan kerja itu, termasuk mempromosikan potensi wisata kesehatan di Indonesia dan menemui Menteri Pariwisata dan Kebudayaan Uzbekistan.
Advertisement
Bertemu dengan pimpinan Human Lab and Medical, Eldor Tashpulatov dan Farhan Kurnia, Sandiaga yang didampingi Duta Besar Republik Indonesia untuk Uzbekistan merangkap Republik Kyrgyzstan, Sunaryo Kartadinata, memaparkan besarnya potensi wisata kesehatan di Indonesia.
Salah satu yang ditawarkan adalah soal kemudahan investasi, merujuk MoU antara Kementerian Kesehatan dan Kemenparekraf dalam program wisata kesehatan. Menurut Sandi, tercatat dua juta warga Indonesia berobat ke luar negeri dengan nilai transaksi mencapai Rp165 triliun atau setara USD 11 miliar per tahun. Itu merupakan peluang bagi investor untuk menyediakan layanan kesehatan berkelas dunia.
"Kita baru mendapatkan komitmen dari Human Lab & Medical untuk mendukung ekosistem pariwisata berbasis kesehatan. Mereka akan membuka investasinya di Indonesia karena kita sekarang sedang membidik wisata berbasis kesehatan," kata Sandi dalam rilis yang diterima Liputan6.com, Rabu (7/6/2023).
Investasi tersebut diharapkan bisa menciptakan lapangan kerja yang lebih banyak demi target penciptaan 4,4 juta lapangan kerja baru dan berkualitas pada 2023. Selain itu, ia berharap kehadiran Human Lab and Medical dapat mendorong pertumbuhan wisata kesehatan di Indonesia sesuai kampanye 'Sehat dan Bugar di Indonesia Aja'.
Ia juga menyebut wisata kesehatan global tumbuh sebesar 10,8 persen dalam empat tahun terakhir. Nilai transaksi dalam ekosistem wisata kesehatan global diproyeksi terus bertumbuh, yakni USD 33,60 miliar pada 2023 naik menjadi sebesar USD 45,22 miliar pada 2025.
Kunjungi Masjid yang Pernah Disinggahi Sukarno
Agenda Sandiaga di Uzbekistan berlanjut dengan mengunjungi Masjid Tilla Syeikh di Kota Tashkent. Bersata Dubes Sunaryo, dia berkeliling melihat masjid yang terletak di Komplek Hazrat Imam. Masjid itu dibangun sejak pertengahan abad ke-19, tepatnya pada masa kepemimpinan Khudoyor Khan pada 1845--1867.
Masjid tersebut memiliki dua mihrab yang terletak di bagian depan masjid. Mihrab pertama dibangun pada 1890, dan mihrab kedua dibangun pada 1902. Tak hanya bangunan masjid, menara tinggi masih menjulang kokoh dan seluruh ornamen dan kaligrafi yang terukir di setiap dinding masjid sangat terawat.
Menurut Sandi, kondisi tersebut masih serupa ketika dikunjungi Presiden ke-1 Republik Indonesia Sukarno pada 1956. Sukarno melawat untuk memenuhi undangan pemimpin Uni Soviet, Nikita Kruschev ke Moskow.
Bung Karno pun menyatakan kesediaannya untuk datang dengan syarat Kruschev membantunya menemukan makam Imam Bukhari yang diyakini berada di wilayah Uni Soviet. Harapan pun menjadi kenyataan.
Makam seorang perawi Nabi Muhammad SAW yang amat termasyhur itu pun ditemukan di Desa Hartang, 25 kilometer dari Samarkand, Uzbekistan. Makam yang semula berupa semak belukar itu pun dipugar oleh Pemerintah Soviet dan dibangun Komplek Mausoleum Imam Bukhori.
"Ini mesjid tempat Bapak Proklamasi, Sukarno pernah salat ketika berkunjung ke Uni Soviet. Di masjid ini, Bapak Sukarno menginisiasi pencarian makam Iman Bukhori yang akhirnya ditemukan di Samarkhan, Uzbekistan," ujar Sandi.
Advertisement
Rencana Bangun Prasasti Sukarno
Sandi menilai kisah Sukarno tersebut menjadi bukti erat persahabatan Indonesia dengan sejumlah negara Eropa Timur. Ia berencana jejak peninggalan salah satu proklamator itu diabadikan lewat prasasti. Menurutnya, hal itu tak hanya akan semakin mengeratkan hubungan baik antar-kedua negara, tetapi juga mendorong lebih banyak warga Uzbekistan datang berkunjung ke Indonesia atau sebaliknya.
"Saya meminta bantuan kepada Pak Dubes dan Bapak Wapres yang rencananya akan datang ke Uzbekistan beberapa minggu ke depan untuk membuat prasasti sang presiden, sebagai salah satu jejak sang presiden yang waktu itu mengunjungi Uni Sovyet," kata Sandi.
Rencana itu kembali disampaikan Sandi saat menemui Menteri Budaya dan Pariwisata Uzbekistan Ozodbek Nazarbekov Ahmadovich. Menurut Sandi, ia dan pihak Uzbekistan menyepakati beberapa rencana kerja ke depan. Salah satu kerja sama tersebut, kata Sandiaga, adalah pembuatan prasasti Presiden RI pertama Indonesia yakni Soekarno di salah satu masjid yang sempat disinggahi Bung Karno. Menurut dia, usulan itu direspons positif oleh Menteri Pariwisata Uzbekistan.
Saling Bertukar Topi
Dalam pertemuan itu, antara Sandiaga dan Menbudpar Uzbekistan saling bertukar topi sebagai tanda semakin meningkatkan kerja sama bilateral antar-dua negara dalam bidang pariwisata. Sandiaga Uno memberikan kopiah khas Indonesia kepada Menteri Pariwisata Uzbekistan tersebut. Sebaliknya, Ozodbek memberikan Sandi sebuah topi khas Uzbekistan.
"Alhamdulillah tadi kita sudah menyelesaikan pertemuan bilateral dengan Menteri Pariwisata Uzbekistan didampingi Pak Dubes dan Pak Deputi serta Pak Direktur," ujar Sandiaga Uno.
Pertemuan itu juga membahas soal pertukaran budaya dan peningkatan kerja sama bidang pariwisata serta ekonomi kreatif antara Indonesia dan Uzbekistan. "Dan bagaimana wisata religi di mana Indonesia sekarang menjadi destinasi pariwisata halal di dunia bisa mengembangkan kerja sama dengan Uzbekistan," ucap Sandi.
Sementara itu, Duta Besar Republik Indonesia untuk Uzbekistan merangkap Republik Kyrgyzstan, Sunaryo Kartadinata menyebutkan kunjungan Sandiaga Uno tersebut sungguh memberikan dorongan bagi pihaknya di KBRI Tashkent untuk meningkatkan dalam konteks pariwisata atau kunjungan dari Uzbekistan ke Indonesia.
"Di sisi lain tentu nilai-nilai historis tadi ini juga bisa mengindahkan hubungan kita dengan Uzbekistan. Insya Allah KBRI akan menindaklanjuti termasuk juga persiapan-persiapan untuk UN WTO pada bulan Oktober yang akan datang," ujar Sunaryo.
Advertisement