Bank Dunia Ramal Ekonomi Global Tumbuh 2,1 Persen di 2023

Angka itu menandai kenaikan dari perkiraan 1,7 persen yang dikeluarkan pada bulan Januari, tetapi masih di bawah tingkat pertumbuhan 2022 sebesar 3,1 persen.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 07 Jun 2023, 11:41 WIB
Kantor Pusat Bank Dunia atau World Bank. Dok World Bank

Liputan6.com, Jakarta Bank Dunia menaikkan prospek pertumbuhan ekonomi global di 2023 karena Amerika Serikat, China, dan negara ekonomi besar lainnya bertahan dari krisis, meski masih menghadapi kenaikan suku bunga yang tinggi.

Melansir US News, Rabu (7/6/2023) Bank Dunia dalam laporan Prospek Ekonomi Global terbarunya mengatakan bahwa PDB atau pertumbuhan ekonomi global diproyeksi akan tumbuh 2,1 persen tahun ini.

Angka itu menandai kenaikan dari perkiraan 1,7 persen yang dikeluarkan pada bulan Januari, tetapi masih di bawah tingkat pertumbuhan 2022 sebesar 3,1 persen.

Sementara untuk tahun 2024, Bank Dunia memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi global menjadi 2,4 persen dari 2,7 persen pada Januari.

Pemangkasan ini imbas dari efek perlambatan dari pengetatan moneter bank sentral, serta kondisi kredit yang lebih ketat yang mengurangi investasi bisnis dan residensial.

Bank Dunia menyebut, faktor-faktor ini akan memperlambat pertumbuhan lebih lanjut pada paruh kedua tahun 2023 dan memasuki tahun 2024.

Kepala Ekonom Bank Dunia, Indermit Gill memberikan pandangan suram pada perkiraan baru, mengatakan bahwa 2023 masih akan menandai salah satu tahun pertumbuhan paling lambat untuk negara maju dalam lima dekade terakhir.

Dia juga memprediksi, dua pertiga negara berkembang akan melihat pertumbuhan yang lebih rendah daripada tahun 2022, menghadapi kemunduran besar pada pemulihan pandemi dan pengentasan kemiskinan serta meningkatnya kesulitan utang.

"Bahkan hingga akhir tahun depan, sepertiga negara berkembang tidak akan mengalahkan tingkat pendapatan per kapita yang mereka miliki pada akhir 2019," ungkap Gill kepada wartawan.

"Itu lima tahun yang terbuang untuk hampir sepertiga negara di dunia," ujar Ekonom World Bank atau Bank Dunia.

 


Bank Dunia Proyeksi Ekonomi AS Tumbuh 1,1 Persen di 2023

Logo Bank Dunia.

Bank Dunia memproyeksi pertumbuhan ekonomi AS untuk tahun 2023 sebesar 1,1 persen, lebih dari dua kali lipat dari perkiraan 0,5 persen pada bulan Januari.

Sementara pertumbuhan ekonomi China diperkirakan akan naik menjadi 5,6 persen, dibandingkan dengan perkiraan 4,3 persen pada bulan Januari setelah pertumbuhan yang berkurang akibat COVID sebesar 3 persen pada tahun 2022 .

Bank Dunia juga memangkas separuh perkiraan pertumbuhan AS 2024 sebelumnya menjadi 0,8 persen, dan memangkas perkiraan China sebesar 0,4 poin persentase menjadi 4,6 persen.

Adapun Zona euro yang mendapat perkiraan kenaikan menjadi pertumbuhan 0,4 persen untuk tahun 2023 dari prospek datar di bulan Januari, namun perkiraan untuk tahun depan juga sedikit terpangkas.


Ekonomi Indonesia Tumbuh 5,03 Persen, Sri Mulyani: Ini Sangat Langka

"Kondisi kesehatan dan kesinambungan fiskal juga perlu terus diperkuat guna menghasilkan kebijakan fiskal yang kredibel dan mampu menjadi jangkar stabilitas ekonomi makro," ujar Sri dalam Rapat Paripurna di Gedung Nusantara II,Senayan, Jakarta, Selasa (30/5/2023). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkap Indonesia tengah mengalami momen langka. Utamanya dengan capaian kinerja perekonomian yang positif di tengah kondisi pelemahan ekonomi global.

Menurut catatannya, ekonomi Indonesia mampu bertahan tumbuh di angka 5,03 persen di kuartal I-2023. Ini yang membuat Indonesia menjadi perhatian seluruh negara di dunia.

"Meskipun kita juga melihat bulan Mei ini sudah sedikit menurun, namun ini adalah situasi yang sangat langka. Sebagian besar negara-negara yang selama ini pertumbuhan ekonominya baik, mereka dihadapkan pada perlemahan pertumbuhan ekonomi dan demand-nya juga melemah atau kontraktif," ujar Sri Mulyani dalam Bisnis Indonesia Gree Forum 2023, Selasa (6/6/2023).

Capaian ekonomi tadi diperkuat juga oleh kemampuan Indonesia mengendalikan tingkat inflasi. Salah satu kesuksesan pengendalian inflasi yang dibeberkan Sri Mulyani adalah pada momen Lebaran 2023 lalu.

Dia mengakui, biasanya terjadi lonjakan inflasi yang cukup tinggi. Namun, untuk tahun ini, dia melihat upaya stabilisasi harga yang berpengaruh pada inflasi cukup berhasil.

"Secara musiman biasanya demand-nya sangat tinggi dan itu bisa mendukung atau menciptakan dorongan terhadap kenaikan harga dan di sisi nilai tukar kita juga melihat Indonesia relatif stabil nilai tukar rata-rata rupiah tahun lalu terdepresiasinya 3,9 persen, seperti Malaysia yang 6,2 persen depresiasinya atau India Rupee yang turun 6,4 persen," paparnya.

"Kinerja perekonomian Indonesia yang membaik, inflasi yang rendah, nilai tukar yang relatif stabil dan tentu prospek ekonomi yang masih positif, kita mampu untuk menarik capital inflow, baik di capital market pasar saham maupun di surat berharga dan dalam bentuk foreign direct investment," sambungnya.


Inflasi Mei 2023

Pedagang beraktivitas di salah satu pasar tradisional di Jakarta, Rabu (26/10/2022). Realisasi inflasi tersebut lebih rendah dari perkiraan sebelumnya sejalan dengan dampak penyesuaian harga BBM terhadap kenaikan inflasi kelompok pangan bergejolak dan inflasi kelompok harga diatur Pemerintah yang tidak sebesar prakiraan awal. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Diberitakan sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, inflasi Mei 2023 secara bulanan atau month to month (mtm) sebesar 0,09 persen. Sehingga inflasi tahunan atau year on year (YoY) dibanding Mei 2022 sebesar 4,00 persen, sementara inflasi tahun kalender atau year to date 1,10 persen.

Angka tersebut lebih rendah dibandingkan catatan inflasi April 2023. Kala itu, inflasi bulanan tercatat sebesar 0,33 persen, dengan inflasi tahunan mencapai 4,33 persen.

"Jika dilihat secara series, inflasi Mei 2023 secara bulan ke bulan lebih rendah dibandingkan inflasi bulan sebelumnya, sebesar 4,33 persen. Juga lebih rendah dibanding inflasi di bulan yang sama tahun lalu, Mei 2022 sebesar 0,40 persen," jelas Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini, Senin (5/6/2023).

Pudji menyampaikan, penyumbang inflasi bulanan tertinggi Mei 2023 adalah kelompok makanan, minuman dan tembakau dengan kontribusi sebesar 0,48 persen dan andilnya 0,13 persen.

"Tapi, inflasi kelompok makanan, minuman dan tembakau tersebut diredam oleh deflasi pada kelompok pakaian dan alas kaki, serta transportasi," imbuhnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya