Liputan6.com, Jakarta PT Pertamina (Persero) berhasil mengantongi laba sebesar Rp 56 triliun di 2022 dengan pendapatan mencapai Rp 1.263 triliun. Ini diikuti dengan rasio belanja produk dalam negeri Pertamina yang mencapai 60 persen hingga adanya peningkatan produksi minyak dan gas bumi (migas).
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menyampaikan pihaknya mengalokasikan sekitar USD 1,5 miliar untuk pemenuhan tingkat komponen dalam negeri (TKDN). Angka ini lebih tinggi dari target yang dipatok oleh perseroan.
Advertisement
“Saya mengapresiasi TKDN dalam proses bisnis Pertamina. TKDN ini bertujuan meningkatkan industri dalam negeri, jadi dampak multiplier effectnya sangat besar,” ujarnya pada Media Briefing Capaian Kinerja Pertamina, di Grha Pertamina, Jakarta, ditulis Rabu (7/6/2023).
Tak hanya itu, produksi atau lifting migas juga mencatatkan pertumbuhan di tahun yang sama dengan 15 persen lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Angkanya, mencapai 837 ribu barel setara minyak bumi per hari (mboepd) dibanding lifting tahun lalu 728 mboepd.
Nicke menguraikan, bertumbuhnya kinerja upstream ini ditopang oleh kegiatan investasi dan pemanfaatan teknologi. Dimana dapat mencapai rasio kesuksesan dalam kegiatan pengeboran hulu dan memicu optimalisasi produksi. Produksi migas tahun ini naik 8 persen menjadi 967 mboepd.
"Di Hulu ada 65 blok dengan 27.000 sumur, kita monitor setiap hari produksinya, 27.000 ini kita lakukan gak mungkin kalau tanpa teknologi dan digitalisasi integrated hulu-hilir," ujarnya.
"2022 pengeboran sumur baru yang dilakukan oleh Pertamina group itu 700, 500 ada di Rokan ini gak mungkin perencanaanya tanpa digitalisasi karena untuk membuat itu tahapannya panjang sebelumnya, kalau tidak peralatan bisa tabrakan di lapangan, karena lapangan sumurnya juga berdekatan ini adalah hasil dari digitalisasi sehingga jadi penegas untuk menambah," beber Nicke.
BBM Satu Harga
Operational excellence juga terlihat pada usaha hilir. Ketersediaan (availability) dan akses (accessibility) terhadap produk BBM kepada masyarakat meningkat, dengan coverage nasional 98 persen melalui berbagai program seperti BBM Satu Harga, Pertashop dan One Village One Outlet (OVOO).
Nicke menambahkan, distribusi energi melalui program BBM Satu Harga dengan membangun lembaga penyalur BBM di wilayah, tertinggal, terdepan dan terluar (3T).
Hingga akhir 2022, program yang telah dimulai pada tahun 2017 dan bertujuan mendukung Pemerintah dalam mewujudkan energi berkeadilan ini telah mencapai 413 titik lembaga penyalur. Khusus tahun 2022, terjadi penambahan dari 92 titik BBM Satu Harga di daerah 3T.
Penyaluran BBM yang mengedepankan prinsip ketersediaan dan keterjangkauan juga dikembangkan Pertamina melalui OVOO. Pengembangan outlet BBM ramah lingkungan yang dikenal dengan Pertamina Shop (Pertashop) ini terus berlanjut untuk menjangkau wilayah pedesaan yang jauh dari SPBU, dan di akhir tahun 2022 telah mencapai 6.152 Titik Pertashop.
Selain BBM ramah lingkungan, melalui program OVOO Pertamina juga membangun agen LPG untuk menyalurkan energi gas tabung. Hingga akhir 2022, jumlah outlet yang beroperasi sebanyak 64.277 titik. Program ini diharapkan dapat memudahkan masyarakat untuk mendapatkan tabung gas, khususnya LPG Bersubsidi.
Advertisement
Perluas Sambungan Gas Alam
Selanjutnya, Dalam rangka meningkatkan penggunaan gas alam di sektor rumah tangga, Pertamina juga memperluas sambungan gas rumah tangga, dimana di tahun 2022 telah dibangun 384.000 Sambungan Rumah Tangga (SRT) baru.
Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan sosial di pelosok Nusantara, Pertamina juga meningkatkan TKDN, dengan proporsi hingga 60 persen senilai USD 1,5 miliar. TKDN ini melibatkan lebih dari 5.600 manufaktur lokal/nasional dan sekitar 82 ribu tenaga kerja lokal dan nasional.
Pertamina sebagai perusahaan pemimpin di bidang transisi energi, berkomitmen dalam mendukung target Net Zero Emission 2060 dengan terus mendorong program-program yang berdampak langsung pada capaian Sustainable Development Goals (SDGs). Seluruh upaya tersebut sejalan dengan penerapan Environmental, Social & Governance (ESG) di seluruh lini bisnis dan operasi Pertamina.
Terbesar Sepanjang Sejarah Pertamina
PT Pertamina (Persero) berhasil mencatatkan pendapatan sebesar USD 84,89 miliar atau setara Rp 1.263 triliun di tahun 2022. Pendapatan ini disebut menjadi yang terbesar sepanjang sejarah berdirinya perseroan.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menerangkan, tahun 2022 ditutup secara cemerlang. Dari pendapatan sebesar itu, perseroan mampu mencatatkan laba sebesar USD 3,81 miliar atau setara Rp 56 triliun.
"Tahun 2022 bisa kita tutup dengan kinerja yang tertinggi sepanjang sejarah Pertamina. Kita bisa membukukan keuntungan 3,81 billion US Dollar, ekuivalen Rp 56 triliun, revenue meningkat 48 persen menjadi 85 billion US Dollar, jadi ini sekitar sepertiganya dari APBN. Ebitda juga mengalami peningkatan 47 persen," bebernya dan Media Briefing Capaian Kinerja Pertamina, di Grha Pertamina, Selasa (6/6/2023).
Advertisement