Menlu AS Antony Blinken Kunjungi Arab Saudi, Media Israel Ungkap Ada Diskusi Normalisasi Hubungan Diplomatik

Isu diplomasi Arab Saudi-Israel menjadi agenda yang dibawa oleh Menlu AS Antony Blinken.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 07 Jun 2023, 16:30 WIB
Pertemuan Menlu AS Antony Blinken dan Pangeran Arab Saudi Muhammad bin Salman (MbS). Dok: Twitter @SecBlinken

Liputan6.com, Jeddah - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken berkunjung ke Arab Saudi dan bertemu dengan putra mahkota Pangeran Mohammad bin Salman. Pertemuan ini terjadi setelah Saudi mengumumkan untuk memangkas produksi minyak.

Antony Blinken berkata ia datang untuk membahas berbagai isu, termasuk kontra-terorisme.

"Bertemu dengan Putra Mahkota Mohammed bin Salman untuk membahas prioritas-prioritas bersama, termasuk mengkontra terorisme melalui Koalisi D-ISIS, meraih perdamaian di Yaman, dan memperdalam kerja sama ekonomi dan ilmiah," ujar Blinken melalui Twitter resminya, Rabu (7/6/2023).

D-ISIS Coalition adalah Global Coalition to Defeat ISIS.

Menurut Arab News, Blinken akan berpartisipasi di pertemuan menteri US-Gulf Cooperation Council (GCC) dan menjadi broker gencatan senjata konflik Sudan. Diskusi gencatan senjata itu dilaksanakan di Jeddah.

Namun, media The Times of Israel menyorot bahwa ada diskusi soal normalisasi hubungan diplomatik antara Arab Saudi dan Israel.

Seorang pejabat AS memberitahu The Times of Israel bahwa diskusi topik itu terjadi. Kedua belah pihak juga setuju untuk melanjutkan percakapan tersebut. 

Blinken dan Pangeran MbS turut dilaporkan membahas pentingnya penguatan HAM dalam hubungan bilateral.

Media Israel itu menyebut Pangeran MbS sebagai "pemimpin de facto dari Arab Saudi".

Sebelumnya, Presiden AS Joe Biden mengkritik Arab Saudi karena pelanggaran HAM yang terjadi. Biden juga pernah menyorot pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi. CIA menyebut pembunuhan sang jurnalis merupakan arahan Pangeran MbS.

Setelah menjadi presiden, Joe Biden ternyata tetap berusaha dekat dengan Arab Saudi.


Harga Minyak Dunia Melonjak Usai Arab Saudi Janji Pangkas Produksi

Penguatan dolar dan produksi minyak Rusia serta ekspor Irak tinggi membuat harga minyak dunia merosot 5 persen.

Sebelumnya dilaporkan, harga minyak dunia naik penyusul keputusan Arab Saudi yang merupakan negara anggota OPEC untuk memangkas produksi 1 juta barel per hari.

Pada hari minggu, organisasi pengekspor minyak dan mitranya atau lebih dikenal dengan sebutan OPEC+ tidak mengubah rencana pengurangan produksi minyak untuk sisa waktu tahun ini untuk mempertahankan harga minyak dunia.

Namun, Arab Saudi yang merupakan pengekspor minyak utama dunia mengumumkan akan mengurangi produksi sukarela lebih lanjut yang akan diterapkan mulai Juli.

Kementerian Energi Arab Saudi dalam sebuah pernyataan menyatakan bahwa produksi minyak mentah negara tersebut akan turun menjadi 9 juta barel per hari dari sekitar 10 juta barel per hari.

Dengan pernyataan tersebut, kedua tolok ukur harga minyak mentah diperdagangkan lebih tinggi pada hari Senin.

Mengutip CNBC, Selasa (6/6), harga minyak mentah Brent berjangka yang merupakan patokan harga internasional diperdagangkan pada USD 76,57 per barel, naik 0,6 persen. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate berjangka AS berdiri di USD 72,03 per barel, naik lebih dari 0,4 persen.

OPEC+ memasok sekitar 40 persen minyak mentah dunia dan keputusan kebijakan mereka dapat berdampak signifikan pada harga.


Keputusan Arab Saudi

Ilustrasi Harga Minyak Dunia. Foto: AFP

Pada 3 April 2023, beberapa produsen minyak dunia yang masuk dalam kartel ini telah mengungkapkan penurunan produksi gabungan sebesar 1,66 juta barel per hari hingga akhir tahun ini. Banyak pengamat pasar, termasuk analis di Goldman Sachs, mengharapkan aliansi untuk mempertahankan output tidak berubah kali ini.

"Pasar tidak terlalu mengharapkan keputusan Saudi untuk memangkas produksi sebesar 1 juta barel per hari secara sepihak," kata presiden perusahaan analisis Rapidan Energy, Bob McNally.

“Ini sekali lagi menunjukkan bahwa Arab Saudi bersedia bertindak secara sepihak untuk menstabilkan harga minyak,” lanjut McNally.

Ia pun mencontohkan bahwa pada Januari 2021, Arab Saudi juga pernah secara sepihak memangkas produksi sebesar 1 juta barel per hari.

“Kami melihat defisit global yang besar terwujud pada paruh kedua tahun 2023 dan harga minyak mentah melebihi USD 100 tahun depan,” tambahnya.

Infografis Alasan Larangan Ekspor CPO dan Bahan Baku Minyak Goreng. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya