Liputan6.com, Jakarta - Transaksi digital banking semakin kokoh dalam menyokong fundamental kinerja perbankan nasional. Selain meningkatkan efisiensi layanan, digital banking terbukti mendorong pendapatan berbasis komisi atau fee-based income (FBI).
Salah satunya adalah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) atau BRI yang pada kuartal I 2023 mencatatkan pendapatan berbasis komisi dan biaya senilai Rp5,08 triliun atau tumbuh 11,5 persen secara tahunan (year on year/yoy).
Advertisement
Mengutip laporan kinerja BRI, kontribusi terbesar FBI berasal dari kanal digital. Sepanjang tiga bulan pertama tahun ini, kanal digital menyumbang sebesar 37 persen dari pendapatan berbasis komisi atau dengan nominal mencapai Rp1,83 triliun.
Founder Kurikulum Saham Alex Sukandar mengatakan, dalam jangka panjang FBI dari layanan digital akan terus meningkat dan berkontribusi secara signifikan terhadap kinerja bottom line. Hal ini seiring dengan pertumbuhan adopsi layanan digital di Indonesia.
“Masyarakat semakin terbiasa dengan transaksi melalui platform digital. Hal ini menciptakan peluang bagi bank-bank untuk menawarkan berbagai layanan fee-based melalui kanal digital, seperti pembayaran tagihan, transfer antar bank, pembelian produk keuangan, dan sebagainya,” kata Alex dalam keterangan resminya, Rabu (7/6/2023).
Selanjutnya, Alex menyebut, meningkatnya adopsi digital dimanfaatkan oleh bank seperti Bank Rakyat Indonesia untuk melahirkan inovasi. Misalnya, bank dapat memperkenalkan layanan pembayaran digital yang lebih canggih, seperti dompet digital, pembayaran menggunakan teknologi QR code, atau integrasi dengan e-commerce platform.
Jangkau Nasabah Potensial
Layanan digital juga memungkinkan bank untuk menjangkau nasabah potensial di wilayah yang lebih luas, mengingat BRI adalah bank di Indonesia dengan jaringan terluas hingga pelosok negeri.
Dengan adanya akses ke layanan digital, bank dapat menawarkan produk dan layanan fee-based kepada nasabah yang sebelumnya sulit dijangkau atau tidak dilayani oleh cabang fisik. Selain itu, Alex menyebut FBI dari kanal digital akan menjadi sumber pendapatan baru bagi bank.
“Secara karakteristik, FBI lebih dapat diandalkan dibandingkan dengan komisi dari penyaluran kredit karena komisi dari layanan digital terbilang kebal terhadap fluktuasi suku bunga,” kata dia.
Kendati demikian, Alex mengingatkan perubahan teknologi dan tren perilaku konsumen dapat memberikan tantangan baru bagi bank. Seperti menghadapi persaingan yang semakin ketat dan kebutuhan untuk beradaptasi dengan cepat.
“Oleh karena itu, bank perlu terus mengikuti tren digital, memperbarui strategi, dan berinvestasi dalam inovasi teknologi untuk memastikan posisi fee dari layanan digital tetap kuat terhadap bottom line di masa depan,” imbuhnya.
Advertisement
Peningkatan Layanan Digital
Dalam kesempatan lain, Direktur Digital dan IT BRI Arga M. Nugraha menambahkan bahwa peningkatan pelayanan digital terus diupayakan guna memberi kemudahan dan kepuasan kepada pelanggan yang berujung pada peningkatan volume transaksi BRI secara keseluruhan.
"Nasabah kami telah beralih dari transaksi berbasis kantor cabang ke saluran transaksi digital. Jumlahnya terus meningkat sejalan dengan perjalanan transformasi digital pelanggan. Kenyamanan nasabah menjadi unsur penting bagi BRI, dengan transformasi layanan di dalamnya,” imbuhnya.
Capaian BRI pada FBI memang seiring dengan kebiasaan nasabah yang telah berpindah dari layanan kantor cabang ke kanal digital.
"Per Maret 2023, emiten bersandi BBRI ini mencatat sebanyak 98,9 persen transaksi dilakukan nasabah melalui kanal digital. Artinya hanya 1,1 persen saja transaksi nasabah yang masih menggunakan cara konvensional," kata dia.
Kredit UMKM BRI Tembus Rp 989,6 Triliun pada Kuartal I 2023
Sebelumnya, di tengah pemulihan ekonomi dan gejolak ekonomi dunia PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) atau BRI mencatat pertumbuhan kredit di sektor UMKM.
Melansir keterangan resminya, Minggu (28/5/2023), pada kuartal I 2023, BRI mencatat penyaluran kredit segmen UMKM mencapai Rp 989,6 triliun, sehingga porsi kredit UMKM BRI telah mencapai 83,86 persen. Nilai tersebut meningkat dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 903,3 triliun.
Adapun total kredit BRI hingga kuartal I 2023 telah mencapai Rp1.180,1 triliun, naik dari total portofolio kredit BRI pada kurun waktu yang sama tahun lalu mencapai Rp1.075,9 triliun.
Untuk rinciannya, pertumbuhan kredit BRI disokong oleh segmen mikro dengan pertumbuhan mencapai 11,18 persen yoy. Pertumbuhan di segmen UMKM diikuti dengan pertumbuhan laba secara konsolidasian (BRI Group) sebesar 27,37 persen year on year (yoy) menjadi Rp15,56 triliun.
Adapun aset grup BRI tumbuh 10,46 persen yoy menjadi Rp 1.822,97 triliun. Terkait hal itu, anggota DPR RI Komisi XI Puteri Komarudin mengatakan, UMKM merupakan mesin utama bagi perekonomian nasional. Oleh karena itu, akses pembiayaan terhadap UMKM harus dibuka selebar-lebarnya agar dapat menciptakan lapangan usaha dan lapangan pekerjaan baru. Ia juga menilai dalam pemberdayaan UMKM peran bank sangat penting.
“Saat ini hanya BRI yang tercatat fokus menggarap kredit UMKM dan berhasil menyalurkan pembiayaan dalam porsi yang sangat besar. Sebagai banknya rakyat kecil, kami harap BRI senantiasa konsisten memberikan dukungan permodalan bagi pelaku UMKM," kata Puteri.
Menurut ia, BRI juga perlu didorong untuk dapat mengakselerasi bisnis UMKM agar dapat naik kelas. Hal itu dapat tercapai bila BRI secara konsisten memberikan pendampingan kepada nasabah dalam pengembangan produk hingga digitalisasi.
Advertisement