27 Ribu Lapangan Pekerjaan Tercipta dari Proyek Pengembangan Pesawat KF-21 Boramae Indonesia-Korea Selatan

Proyek kerja sama pengembangan pesawat KF-21 Boramae yang melibatkan Indonesia dan Korea Selatan mampu menciptakan lebih dari 27 ribu lapangan pekerjaan yang menguntungkan secara ekonomi.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 07 Jun 2023, 16:25 WIB
(Depan ke belakang) Model skala pesawat tempur KF-21 yang sedang dalam pengembangan, pesawat tempur ringan FA-50, pesawat latih KT-1 dan pesawat lain yang diproduksi oleh Korea Aerospace Industries (KAI) dipamerkan pada Singapore Airshow 2022, Singapura, Selasa (15/2/2022). (ROSLAN RAHMAN/AFP)

Liputan6.com, Busan - Proyek kerja sama pengembangan pesawat KF-21 Boramae yang melibatkan Indonesia dan Korea Selatan mampu menciptakan lebih dari 27 ribu lapangan pekerjaan yang menguntungkan secara ekonomi.

Hal ini disampaikan oleh Senior Manager and Chief KFX Joint Development Management Team, Lee Sung Il saat menyampaikan pemaparannya kepada 13 jurnalis Indonesia yang terpilih dalam program Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea Batch 2 yang diselenggarakan oleg Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) bersama Korea Foundation.

"Dari sisi ekonomi, Indonesia dapat keuntungan. Pasalnya, ada 27 ribu pekerjaan yang tersedia dalam kesepakatan ini," ujar Lee Sung-il, di Kantor Korea Aerospace Industry, Sacheon, Korea Selatan, Jumat (2/6/2023).

Menurutnya, Indonesia juga akan mendapatkan keuntungan besar yaitu US$ 10 miliar.

Tak hanya keuntungan itu saja, ada sejumlah pendapatan lain yang dihasilkan yaitu Efek Riak Teknologi sebesar US$ 1,9 miliar.

Di satu sisi, Lee Sung Il juga berharap agar Indonesia melanjutkan komitmennya terhadap proyek KF-21 Boramae ini.

“Kami harap pemerintah Indonesia bisa segera membayar dan terus berkomitmen dengan proyek ini,” kata Lee.

Seperti diketahui Indonesia turut ambil bagian dalam pengembangan pesawat tempur KFX/IFX bersama Korea Selatan (Korsel) dengan nama resmi KF-21 Boramae.


Total Investasi Rp100 Triliun

Presiden Korea Selatan Moon Jae- In saat peluncuran protipe KF-21 KFX/IFX 9 April 2021. (Republic of Korea Embassy Jakarta)

Total investasi dari proyek ini tercatat mencapai 8,8 triliun Won atau setara dengan Rp100 triliun. Dalam skema join ini, 20 persen pembayarannya dari Indonesia, 60 persen dari pemerintah Korsel dan 20 persen dari perusahaan pembuat pesawat, Korea Aerospace Industries (KAI).

Namun, Indonesia belum membayar lagi sejak Januari 2019 dan baru kembali membayar pada November 2022

Sementara itu, dikutip dari Korea Joongang Daily, Indonesia disebut akan memberitahu Korsel soal pembayaran lanjutan tersebut pada akhir bulan Juni 2023 ini.

“Indonesia memberitahu soal rencana pembayaran selanjutnya ini setelah terakhir membayar untuk proyek KF-21 pada November lalu, pertama kalinya dalam hampir 4 tahun,” ungkap Menteri Administrasi Program Akuisisi Pertahanan Korsel, Eom Dong Hwan.

Proyek KFX/IFX ini sendiri telah dimulai sejak 2015 dan dijadwalkan bakal rampung pada 2026.

“Untuk memastikan rencana pembayaran berjalan dengan normal bulan ini, kepala proyek kami dijadwalkan akan segera mengunjungi Indonesia untuk melakukan pembicaraan dengan pihak terkait soal rinciannya,” ucap Eom lagi.

“Kami berencana untuk menindaklanjuti ini agar tidak mengganggu pengembangan dari KF-21,” lanjut dia.

Seorang pilot TNI Angkatan Udara, Kolonel Sugiyanto, pertama kali mencoba menerbangkan prototype nomor 4 KF-21 pada 16 Mei 2023 kemarin, dari Pangkalan Udara Sacheon, Korsel.

Penerbangan tandem ini diawaki oleh pilot KAI Jim Tae Bom yang duduk di kursi depan dan Kolonel Sugiyanto duduk di kursi belakang untuk menguji sistem komunikasi, navigasi dan identifikasi pesawat ini, dengan didampingi jet F-16 milik Angkatan Udara Korsel.


Seputar Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea

Indonesian Next Generation Journalist Network (FPCI)

Tahun ini, Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) bersama Korea Foundation kembali menyelenggarakan Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea Batch 2, setelah sukses di tahun sebelumnya.

Program ini merupakan wadah bagi jurnalis profesional di Indonesia untuk mendapatkan wawasan yang lebih mendalam tentang hubungan Indonesia-Korea yang masih kurang terjamah karena keterbatasan akses informasi.

Pada pembukaan dan workshop pertama Founder and Chairman of FPCI, Dino Patti Djalal menyampaikan sambutannya secara virtual.

Dino Patti Djalal menyambut ke-13 jurnalis terpilih dalam program tahun ini.

"Program ini terselenggara atas kerja sama FPCI bersama Korea Foundation. Tujuan utama program ini adalah membangun kemitraan strategis antara Indonesia-Korea lewat level people to people," kata Dino Patti Djalal, Jumat (26/8/2022).

"Indonesia dan Korea punya potensi luar biasa dan hubungan dekat. Ini jadi kesempatan luar biasa bagi jurnalis Indonesia tahu lebih dalam soal Korea. Ini akan jadi program yang menyenangkan. Nantinya para jurnalis akan mengunjungi Korea, dan peserta tahun sebelumnya telah mengunjungi Korea Selatan."

"Sekali lagi saya ucapkan selamat kepada jurnalis yang terpilih," ujar Dino Patti Djalal.

Hasil Utama KTT Korea Utara-Korea Selatan adalah Perang Korea Berakhir (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya