Harga Telur Melambung Imbas Biaya Pakan, Kemendag Pikir-Pikir Beri Subsidi

Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Isy Karim mengungkapkan, opsi pemberian subsidi demi menurunkan harga telur bisa menjadi pilihan.

oleh Liputan6.com diperbarui 08 Jun 2023, 18:46 WIB
Telur hasil panen di sebuah peternakan ayam petelur di Gunung Sindur, Bogor, Jawa Barat, Selasa (6/6/2023). Kementerian Perdagangan disebut tengah menggodok solusi agar bisa menurunkan harga telur ayam itu di pasaran.(merdeka.com/Arie Basuki)
Liputan6.com, Jakarta Harga telur ayam melambung hingga Rp 30.000-32.000 per kilogram (kg) imbas kenaikan biaya pakan. Kementerian Perdagangan disebut tengah menggodok solusi agar bisa menurunkan harga telur ayam itu di pasaran.
 
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Isy Karim mengungkapkan, opsi pemberian subsidi demi menurunkan harga telur bisa menjadi pilihan. Kendati begitu, keputusan finalnya masih akan diambil dalam rapat koordinasi terbatas (Rakortas).
 
"Pak Menteri kemarin menyampaikan kita sedang mempelajari apakah nanti akan diambil intervensi untuk melakukan seperti tahun kemarin melakukan bantuan pakan ayam petelur berupa jagung, dan kita lihat nanti  karena kan akan diputuskan di rakortas nanti," ujarnya saat ditemui di Kementerian Perdagangan, Kamis (8/6/2023).
 
Informasi, dalam beberapa waktu belakangan, harga jual telur mencapai Rp 30-32 ribu di tingkat konsumen. Ini dinilai karena ada kenaikan harga pakan seperti jagung yang terpantai bertengger di angka Rp 6.000-6.500 per kilogram yang dibeli peternak.
 
Isy mengakui kalau harga pakan ini jadi pengaruh utama tingginya harga jual telur ayam di pasaran. Perlu dicatat, biasanya, di tingkat konsumen telur ayam bisa dijual di angka Rp 25.000-27.000 per kilogram, artinya ada kenaikan hingga Rp 5.000 per kilogram.
 
"Jadi kalau terkait dengan harga telur, harga telur itu sebenarnya kena kenaikan karena harga pakan," kata dia.
 
"Harga pakan yang cukup tinggi dalam dua bulan terakhir, kenaikan harga pakan sudah hampir tiga kali. Jadi ini yang melibatkan kenaikan harga telur ayam," imbuhnya.
 
 

 


Turun Bulan Depan

Peternak menyortir telur seusai dipanen di sebuah peternakan ayam petelur di Gunung Sindur, Bogor, Jawa Barat, Selasa (6/6/2023). (merdeka.com/Arie Basuki)
Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi memastikan harga telur ayam akan turun bulan depan. Hal ini dipastikan lantaran di beberapa daerah di Indonesia mulai panen jagung, yang menjadi bahan baku utama pakan untuk ternak, khususnya ayam petelur.
 
"Sekitar satu bulan ke depan harga telur ayam turun. Seiring panen jagung di Medan, Lampung, Sumbawa, Sulawesi, ini akan berdampak pada penurunan harga pakan ternak," ujar Arief ditemui usai menghadiri peringati Hari Kemanan Pangan Sedunia di Bogor, Jawa Barat, dikutiip Kamis (8/6/2023).
 
Harga jagung di tingkat peternak terakhir di atas Rp 6000 - Rp 6500 ribu per kg, namun seiringnya panen dibeberapa wilayah tentunya harga jagung akan berangsur turun.
 
"Di Sumbawa sudah Rp 4800 per kg, di beberapa tempat juga sudah mendekati Rp 5,500 per kg. Jadi harga telur ayam secara berkala akan ikut turun mulai di tingkat peternak hingga pasaran," ucapnya.
 
 

Harga Acuan

Peternak memberi pakan ayam petelur di Gunung Sindur, Bogor, Jawa Barat, Selasa (6/6/2023). (merdeka.com/Arie Basuki)
 
Arief memastikan harga telur ayam akan turun sesuai harga acuan penjualan (AHP) yaitu dikisaran Rp 27 ribu - Rp 30 ribu per kilogramnya.
 
"Hari ini kita cek harga telur masih dikisaran Rp 30 ribu - Rp 32 ribu per kg. Harga telur ayam turun dikisaran Rp 27 ribu- Rp 30 ribu per kg masih wajar," kata dia.
 
Arief mengungkap alasan harga telur ayam tidak bisa kembali normal seperti tahun lalu yaitu dikisaran harga Rp 22 ribu per kg. Ia menerangkan, pemerintah ingin peternak ayam dan petani jagung mendapatkan harga yang wajar.
 
"Perintah Pak Presiden membentuk harga wajar mulai ditingkat petani, peternak, nelayan, penggiling sampai ke konsumen. Wajarnya itu keuntungan yang didapat di daerah sentra produksi berdasarkan penghitungan atau harga pokok produksi kemudian margin," terangnya.
 
 

Subsidi Kurang Tepat

Pekerja memilih telur ayam di salah satu agen di Jakarta. (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)
Sebelumnya, rencana pemerintah untuk memberikan subsidi jagung dalam merespon kenaikan harga telur dinilai tak jadi kebijakan tepat untuk menekan harga telur di pasaran. Pasalnya, dampak subsidi jagung pada harga telur baru terlihat setelah periode masa tanam jagung.
 
"Skema subsidi ini jika dilakukan, dampaknya baru dapat dirasakan setelah 80-110 hari masa tanam jagung. Selama periode tersebut, harga telur akan cenderung tetap tinggi dan bahkan berpotensi terus naik," ujar Peneliti Center for Indonesian Studies (CIPS), Mukhammad Faisol Amir dalam keterangan tertulis, Kamis (25/5/2023).
 
Berdasarkan data PIHPS, harga telur ayam ras segar mencapai Rp 31.900 per kg pada 24 Mei 2023. Pada bulan sebelumnya, 17 April 2023, harga telur ayam masih berada di Rp 29.900 per kg. Data ini menunjukkan kenaikan harga telur ayam mencapai 6,7 persen dalam lima pekan terakhir.
 
Selain dampak terhadap harga telur yang tidak langsung dirasakan masyarakat, Faisol menambahkan, skema subsidi jagung juga berpotensi menimbulkan persoalan baru. Kelebihan pasok atau oversupply jagung disebut justru akan merugikan petani saat masa panen.
 
Ia melanjutkan, beberapa hal yang juga membuat kebijakan ini sulit dilakukan adalah penentuan skema subsidi dan durasi pemberian subsidi. Jika subsidi jagung diberikan terlalu lama, lagi-lagi akan berpotensi menimbulkan oversupply.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya