Inspirasi Destinasi Liburan Dalam Negeri Anti-Mainstream di Gebyar Wisata Nasional Expo 2023, Ada Trip Lihat Lukisan Manusia Purba

Gebyar Wisata Nasional Expo 2023 menghadirkan 45 daerah yang menawarkan berbagai destinasi wisata yang masih jarang diketahui oleh wisatawan nusantara.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 09 Jun 2023, 08:02 WIB
Suasana di pameran Gebyar Wisata Nasional Expo di SMESCO yang berlangsung pada 8--11 Juni 2023. (dok. Liputan6.com/Dinny Mutiah)

Liputan6.com, Jakarta - Tak ada yang akan menyangkal kekayaan alam Indonesia berkontribusi besar terhadap sektor pariwisata dalam negeri. Selalu ada tempat baru atau yang jarang diketahui untuk dikunjungi dan Gebyar Wisata Nasional Expo berusaha mewadahi keingintahuan warga tentang destinasi wisata yang unik di Nusantara.

Salah satu yang menarik perhatian adalah stan Kabupaten Kutai Timur yang berada di dekat panggung. Areanya cukup luas yang didekorasi dengan beberapa foto. Seorang perempuan penjaga menjelaskan bahwa foto itu diambil dari Karst Sangkulirang Mangkalihat. Kelompok karst itu membentang dari Kabupaten Kutai Timur hingga ke Kabupaten Berau.

Di salah satu foto terekam gambar cetakan tangan yang disebutnya adalah karya manusia purba. Mengutip laman resmi pemerintah Kutai Timur, selain lukisan tangan, ada juga gambar perahu dan berbagai jenis binatang di dinding-dinding gua dan konon telah ada sekitar 10.000 tahun sebelum masehi.

Menurut hasil penelitian, diperkirakan penyebaran rumpun manusia purba Austronesia diawali dari pegunungan karst Sangkulirang. Itu berarti Karst Sangkulirang Mangkalihat menjadi titik awal kemunculan manusia purba yang ada di Nusantara. "Ini masuknya sih wisata minat khusus ya mba. Banyak researcher dari Belanda yang datang ke sana karena memang perjalanannya jauh dan nggak mudah," kata penjaga itu kepada Liputan6.com, Kamis, 8 Juni 2023, seraya menyebut belum ada paket perjalanan yang dirancang khusus untuk ini.

Kutai Timur juga menawarkan kesempatan mengunjungi orangutan di habitat aslinya, yakni di Prevab Mentoko. Ia menjelaskan, terdapat sekitar 20 individu orangutan tinggal di kawasan konservasi yang bentuknya berupa delta. "Ini tuh benar-benar habitat alaminya, enggak sengaja dibuat. Bisa ke sana naik kapal untuk perjalanan sehari," katanya.

Atraksi lukisan manusia purba juga bisa ditemui di Fak-Fak, tepatnya di Situs Purbakala Tapurarang. Bedanya dengan di Kutai Timur, lukisan manusia purba itu berada di tebing di tepi laut. Mereka bahkan menawarkan paket satu hari perjalanan ke beberapa titik dengan harga Rp3 juta untuk 5--8 orang.

"Jadi, bisa sharing sama yang lain kalau mau lebih murah," kata seorang petugas berpromosi.

 


Peserta Pameran Lebih Sedikit dari Sebelum Pandemi

Suasana di pameran Gebyar Wisata Nasional Expo di SMESCO yang berlangsung pada 8--11 Juni 2023. (dok. Liputan6.com/Dinny Mutiah)

Presiden Direktur Wahyupromo Citra Sukur Saka selaku penyelenggara pameran menjelaskan bahwa pameran tersebut pada tahun ini hanya diikuti 45 daerah. Jumlahnya merosot drastis dibandingkan penyelenggaraan sebelum pandemi yang diikuti sekitar 200 peserta.

"Selain Covid, juga karena pengaruh ekonomi dunia yang diakibatkan perang Rusia dan Ukraina," kata Sukur dalam jumpa pers di Jakarta.

Lokasi pameran yang pindah dari Jakarta Convention Center ke SMESCO juga memengaruhi kapasitas peserta yang bisa ditampung. Sukur menjelaskan pemindahan itu disebabkan JCC sedang direnovasi untuk menyambut KTT ASEAN pada September 2023. 

"Walau kecil, tidak berarti buruk. Small is beautiful. Mengingat berapa sulitnya datang ke satu-satu kabupaten atau provinsi untuk mencari tahu destinasi, kita ada 45 di sini, bisa tentukan rencana perjalanan pada minggu-minggu mendatang," ucapnya.

Ia menjelaskan Gebyar Wisata Nasional Expo tahun ini merupakan penyelenggaraan ke-19 kali. Diinisiasi pada 2002 lalu, pameran wisata itu mengkhususkan diri pada potensi daerah wisata di seluruh Nusantara dalam upaya membangkitkan kembali pariwisata setelah Bom Bali dan konflik Poso.

"Kamis berinisiatif melakukan ini agar bagaimana masyarakat bisa kembali melakukan perjalanan wisata tanpa khawatir Bom Bali," ujarnya.


Dukung Pencapaian Target

Salah satu produk ekonomi kreatif yang ditawarkan di stand Kabupaten Siak. (dok. Liputan6.com/Dinny Mutiah)

Sukur mengakui perjalanan wisata di dalam negeri bisa jauh lebih mahal dibandingkan pelesir ke luar negeri. Karena itu, butuh banyak pihak berkolaborasi untuk mewujudkan perjalanan yang lebih terjangkau di dalam negeri. Apalagi, daerah-daerah di Indonesia memiliki aset kebudayaan yang jauh lebih menarik dan tidak dimiliki bangsa lain.

"Itu jadi pride bahwa kita punya budaya begitu banyak," ucapnya. Sukur menargetkan 10 ribu orang akan mengunjungi pameran yang berlangsung dari 8--11 Juni 2023 itu.

Sementara, Ni Made Ayu Marthini, Deputi Bidang Pemasaran Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) meyakini bahwa acara tersebut bisa membantu pencapaian target pergerakan wisatawan nusantara pada tahun ini sebesar 1,4 miliar pergerakan. Terlebih, banyak inovasi terjadi di masa pandemi.

"Banyak produk baru dan inovasi yang dihasilkan di masa krisis. Sekarang saatnya untuk menikmatinya," ujarnya.

Ia berharap tahun ini menjadi momen kebangkitan pariwisata dan ekonomi kreatif yang selama ini menjadi ujung tombak ekonomi Indonesia. Untuk itu, pemerintah pusat menyiapkan strategi 3si, yakni adaptasi, inovasi, dan kolaborasi, dalam mengampanyekan Bangga Berwisata di Indonesia Aja.

 


Makna 3-Si

Suasana di pameran Gebyar Wisata Nasional Expo di SMESCO yang berlangsung pada 8--11 Juni 2023. (dok. GWNE)

Si yang pertama, kata Made, diartikan bahwa adaptasi adalah sikap yang harus diambil pembuat kebijakan maupun pelaku pariwisata dan ekraf dalam menghadapi perubahan situasi. Kalau tidak beradaptasi, akan ketinggalan. 

"Kalau kita masih bawa dulu sebelum Covid, jualan produknya itu-itu aja, yang tidak mungkin dilirik... Kita harus tahu wisatawan nusantara itu senangnya apa. Yang ramai misalnya IKN, bisa diundang buat promosi, bikin itinerary yang menarik," kata Made.

Berikutnya adalah inovasi. Tanpa itu, pariwisata Indonesia akan sulit bersaing. Ia mencontohkan Bali yang sektor pariwisatanya sudah berusia 100 tahun. "Kalau diperhatikan, setiap tahun itu berubah. Dulu tariannya pakai kain biasa, sekarang kainnya berbeda, warnanya juga berbeda. Evolving. Jadi meski 100 tahun pun, orang enggak akan bosan," ucapnya.

Ketiga adalah kolaborasi atau juga bisa disebut dengan gotong-royong. "Daripada saling menyenggol, kita bersatu saling promosi. Misalnya setelah ke Belitung bisa ke Bangka. Setelah Lombok, bisa ke Sumbawa. Kolaborasinya bisa antar-swasta, kemitraan dengan pemerintah pusat dan pemerintah daerah," ujarnya.

Ia berharap populasi Indonesia yang mencapai 275 juta jiwa itu tidak hanya menjadi pasar untuk negara lain, tetapi juga jadi tuan rumah di negeri sendiri. "Yang penting surplus. Tamu asing yang datang lebih banyak ke Indonesia daripada ke luar negeri dan yang di dalam berputar di dalam negeri," kata Made.

 

Infografis Aturan Berwisata di Indonesia. (Dok: Tim Grafis/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya