Liputan6.com, Samarinda Kalimantan Timur merupakan salah satu provinsi yang memiliki kawasan ekosistmem mangrove cukup luas. Dikutip dari laman KLHK, di tahun 2018, luas ekosistem mangrove di Kalimantan Timur mencapai 244.437,22 hektare.
Akan tetapi, dengan ekosistem mangrove yang cukup luas tersebut memiliki problematika sampah laut yang cukup kompleks. Untuk itu, Kalimantan Timur didapuk menjadi salah satu proyek Percontohan Sampah Plastik Terapung dan Hanyut di Mangrove.
Advertisement
Proyek tersebut dilakukan oleh konsultan lingkungan asal Jepang, Japan Nus Co. LTD (Janus). Dalam proyek ini, akan dilakukan kegiatan survei sampah laut di daerah mangrove.
Kepala Bidang Pengelolaan Sampah dan Limbah B3 DLH Kalimantan Timur, Rina Juliati menyebut bahwa Dinas Lingkungan Hidup (DLH) akan melakukan pendampingan saat survei dilakukan.
"Kemudian juga akan dilakukan rentetan aktivitas lain di antaranya seperti investigasi komposisi sampah laut di mangrove, penilaian dampak sampah laut terhadap mangrove, tingkat kematian mangrove muda, peningkatan kesadaran masyarakat, demonstrasi untuk membangun sistem pembersihan oleh berbagai entitas, serta menyusun pedoman pembersihan di kawasan mangrove," sebutnya.
Bisa Dilakukan di Wilayah Lain
Pemilihan Kaltim sebagai lokasi pilot project pengurangan sampah laut bukan tanpa dasar. Kalimantan Timur merupakan satu dari 9 provinsi prioritas disarankan oleh KLHK yang merupakan area kerja dari Badan Restorasi Gambut dan Mangrove Republik Indonesia (BRGM RI). Dengan rehabilitasi mangrove mencapai 600 ribu hektare.
Kesembilan provinsi itu di antaranya adalah Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Papua Barat, dan Papua. Adapun lokasi yang dipilih oleh Janus adalah Kaltim dan Sumatera Utara.
"Kami berharap kemungkinan proyek ini juga dapat diperluas di kabupaten lain yang memiliki kawasan mangrove dengan luasan cukup besar. Seperti di Kabupaten Berau, Kutai Kartanegara, dan Penajam Paser Utara," ujar Rina.
"Proyek percontohan ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas data informasi untuk penanganan sampah laut di wilayah mangrove. Sekaligus dapat mengurangi kuantitas sampah di laut dan kawasan mangrove, serta dapat menjadi pembelajaran di daerah lain," imbuhnya.
(*)
Advertisement