USD Runtuh di Jumat 9 Juni 2023, Rupiah Diprediksi Menguat ke Rp 14.890 Senin Depan

Rupiah dalam penutupan pasar pada Jumat ini menguat 55 poin, walaupun sebelumnya sempat menguat 60 poin di level Rp. 14.840.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 09 Jun 2023, 17:30 WIB
Teller tengah menghitung mata uang dolar AS di penukaran uang di Jakarta, Rabu (10/7/2019). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup stagnan di perdagangan pasar spot hari ini di angka Rp 14.125. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Indeks dolar Amerika Serikat atau USD terhadap rupiah melemah pada perdagangan Jumat (9/6/2023). Untuk perdagangan Senin depan, rupiah diperkirakan masih bergerak di dua arah.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi menjelaskan, USD beringsut lebih tinggi terhadap terhadapsejumlah mata uang utama lainnya setelah penurunan tajam sesi sebelumnya. Hal ini dikarenakan para pedagang mencari tempat berlindung yang aman menyusul data inflasi China yang lemah.

Sementara itu USD melemah terhadap rupiah hari ini, Nilai tukar rupiah dalam penutupan pasar akhir pekan ini menguat 55 poin, walaupun sebelumnya sempat menguat 60 poin dilevel Rp. 14.840 dari penutupan sebelumnya di level Rp 14.895.

"Sedangkan untuk perdagangan senen depan, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup menguat direntang Rp. 14.810- Rp. 14.890," kata Ibrahim dalam keterangan tertulis, Jumat (9/6/2023).

"Safe Haven Dollar Menerima Dorongan dari Data Tiongkok yang positif yaitu data nflasi konsumen China menyusut pada Mei dari bulan sebelumnya, sementara inflasi produsen turun pada laju tertajam dalam tujuh tahun," bebernya.

Dia melanjutkan, hal ini mengikuti serangkaian pembacaan ekonomi yang lemah dari China dalam dua pekan terakhir, di mana negara ekonomi terbesar kedua di dunia itu sedang berjuang untuk pulih dari pukulan COVID-19 terhadap ekonominya.

"Ini dapat mendorong pemerintah China untuk meluncurkan langkah-langkah yang lebih mendukung dalam beberapa bulan mendatang, tetapi ini kemungkinan akan semakin melemahkan yuan, demi keuntungan dolar," ungkap Ibrahim.

Namun, pemantulan di AS mata uang datang setelah kerugian besar dan kuat di sesi sebelumnya setelah data ketenagakerjaan yang lemah menunjukkan jeda dalam siklus kenaikan suku bunga The Fed selama setahun.

Adapun lonjakan pada jumlah warga AS yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran, mencapai ke level tertinggi  menurut data yang dirilis pada hari Kamis. Ibrahim juga melihat, pedagang akan mencari panduan menjelang pertemuan penetapan kebijakan Bank Sentral Eropa minggu depan, meskipun bank sentral diperkirakan akan menaikkan suku bunga sekali lagi.


Cadangan Devisa Berada di Posisi Rendah Dibandingkan April 2023

Teller tengah menghitung mata uang rupiah di penukaran uang di Jakarta, Junat (23/11). Nilai tukar dolar AS terpantau terus melemah terhadap rupiah hingga ke level Rp 14.504. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sementara itu, Bank Indonesia (BI) melaporkan posisi cadangan devisa pada akhir Mei menyusut dibanding bulan sebelumnya. Pada April lalu, cadangan devisa RI juga mengalami penurunan.

Bank sentral mencatat, posisi cadangan devisa nasional pada akhir Mei 2023 sebesar 139,3 miliar dollar AS. Posisi ini lebih rendah 4,9 miliar dollar AS dari April 2023 sebesar 144,2 miliar dollar AS.

"Salah satu penyebab penurunan cadangan devisa ialah kebutuhan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Dan antisipasi kebutuhan likuiditas valas perbankan sejalan dengan meningkatnya aktivitas perekonomian," ungkap Ibrahim.


Cadangan Devisa Masih Terjaga

Orang-orang menyeberang jalan dengan latar belakang gedung perkantoran di kawasan Sudirman, Jakarta, Rabu (16/12/2020). Pemprov DKI Jakarta akan mengikuti arahan Wakil Ketua Komite Penanganan Covid-19 Luhut Binsar Pandjaitan terkait pengetatan work from home (WFH). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Namun, Ibrahim memastikan, cadangan devisa tetap terjaga.

"Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,1 bulan impor atau 6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. posisi itu juga berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor," dia menjelaskan.

Selain itu, Bank Indonesia juga menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.

"Ke depan, Cadangan devisa tetap memadai, didukung oleh stabilitas dan prospek ekonomi yang terjaga. Hal ini seiring dengan berbagai respons kebijakan dalam menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan guna mendukung proses pemulihan ekonomi nasional," pungkas Ibrahim.

Infografis Beda Rupiah 1998 dengan 2018 terhadap Dolar AS. (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya