Liputan6.com, Jakarta - Saat ini banyak wisatawan dari mancanegara ingin melakukan perjalanan dan hidup seperti penduduk setempat, berbaur dalam budaya, tradisi, dan bahasa suatu destinasi. Salah satu contohnya adalah desa wisata yang makin ramai didatangi wisatawan. Kehadiran wisatawan ini, dapat menumbuhkembangkan desa wisata dengan basis ekonomi kreatif yang diharapkan mampu mengangkat identitas lokal.
Hasil riset pasar yang dikutip dari Centre for the Promotion of Imports from developing countries menyebutkan, orang Eropa juga cenderung menghabiskan banyak uang: rata-rata sekitar 2.000 pound sterling untuk liburan musim panas mereka. Mereka memilih untuk menikmati homestay, mendukung bisnis lokal dan masyarakat setempat yang dikunjungi.
Advertisement
"Telah terjadi pergeseran menuju ingin melihat sisi 'nyata' dari tujuan yang mereka kunjungi. Wisatawan banyak mendatangi Desa Wisata, menikmati kehidupan masyarakatnya, alamnya yang hijau, budayanya. Mereka belajar tentang lingkungan dengan meminimalkan dampak negatif dan, berkontribusi secara finansial atau lainnya atau biasa disebut sebagai eko wisata," terang Myra Sari, CEO Negeriku.
Dalam beberapa tahun terakhir, permintaan untuk ekowisata telah berkembang pesat. Sektor ekowisata dianggap sebagai segmen dengan pertumbuhan tercepat di dalamnya industri pariwisata dunia.
Terkait hal itu, NEGERIKU --sebuah organisasi yang berbasis di Belanda, akan menggelar pameran Desa Wisata dan UMKM Indonesia di Belanda bertajuk "Discovering The Magnificence of Indonesia Expo" dengan tema Promoting Green Tourism Villages and Small to Medium Enterprises in Europe.
Acara ini bagian dari memasarkan pariwisata Indonesia sebagai salah satu destinasi utama di kawasan Asia Tenggara untuk pasar Eropa. Sekaligus mensupport program-program wisata pemberdayaan masyarakat Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Kabaparekraf).
Desa Wisata Naik Kelas
Menurutnya, pameran wisata ini juga untuk salah satu cara mendongkrak jumlah wisatawan manca negara (wisman) ke Indonesia dan menjadi jendela utama Pariwisata Indonesia bagi penduduk di 19 negara di Eropa.
Tahun 2023 ini target wisman ke Indonesia diperkirakan mencapai 8,5 juta kunjungan. Sementara jumlah wisman dari Januari- April 2023 sudah mencapai 1,32 juta kunjungan.
"Pameran pertama di Eropa yang fokus ke Desa wisata atau targetnya membantu mempromosikan Desa wisata di pasar Eropa dan memotivasi Desa wisata Indonesia naik kelas ke tingkat dunia, kenapa di Belanda karena turis Belanda adalah salah satu turis Eropa yang paling banyak melakukan perjalanan ke desa2 wisata atau community based tourism," ucapnya.
Pameran pariwisata di Belanda ini berlangsung di Amsterdam, Belanda, pada 24 - 26 November 2023. Nantinya acara pameran ini akan diisi oleh 50 booth yang berisi gambaran desa wisata, makanan, handicraft, pakaian dan produksi UMKM Indonesia. Ditampilkan juga beragam acara hiburan, seperti pertunjukan tarian tradisional Indonesia, musik-musik tradisional Indonesia yang akan dimainkan oleh pelajar Eropa dan Indonesia di Eropa.
Advertisement
Mendongkrak Jumlah Wisatawan
Myra pun berharap pameran yang diprediksi bakal didatangi 20.000 pengunjung ini, dapat menjadi kalendar rutin tahunan kementerian pariwisata dan UNWTO.
Sementara itu, Deputi Bidang Pemasaran Kemenparekraf Ni Made Ayu Marthini menjelaskan ada program flagship Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) di mana desa wisata dari berbagai daerah dikurasi untuk dipilih yang terbaik.
“Dikurasi dengan berbagai kriteria, seperti menarik, bersih, punya juga handy craft. desa wisata ini menjadi salah satu elemen penting dari sustainable tourism, karena langsung dari masyarakat,” kata dia. Menurutnya, pameran wisata ini juga untuk salah satu cara mendongkrak jumlah wisatawan manca negara (wisman) ke Indonesia.
Tahun 2023 ini target wisman ke Indonesia diperkirakan mencapai 8,5 juta kunjungan. Sementara jumlah wisman dari Januari- April 2023 sudah mencapai 1,32 juta kunjungan.
Indonesia memiliki 74 ribu desa. Namun dari jumlah tersebut baru ada sekitar 4.000 desa wisata. Untuk itu, Martini mengajak semua pihat untuk turut serta mengembang desa di berbagai daerah untuk bisa menjadi desa wisata.