Mengintip Peran EPC Sebagai Lokomotif Penggerak Gerbong Industri Nasional

Perusahaan EPC Nasional diibaratkan sebagai lokomotif penggerak gerbong industri nasional, karena di dalam pengerjaan proyek, selalu melibatkan ratusan bahkan ribuan industri seperti sub kontraktor maupun vendor dan perusahaan penunjang lainnya.

oleh Septian Deny diperbarui 10 Jun 2023, 19:30 WIB
Perusahaan EPC Nasional diibaratkan sebagai lokomotif penggerak gerbong industri nasional, karena di dalam pengerjaan proyek, selalu melibatkan ratusan bahkan ribuan industri seperti sub kontraktor maupun vendor dan perusahaan penunjang lainnya. (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta Perusahaan EPC (Engineering, Procurement and Construction) Nasional, seperti halnya PT Rekayasa Industri (Rekind), punya peran yang sangat strategis, terutama dalam menunjang pergerakan industri di tanah air.

Perusahaan EPC Nasional diibaratkan sebagai lokomotif penggerak gerbong industri nasional, karena di dalam pengerjaan proyek, selalu melibatkan ratusan bahkan ribuan industri seperti sub kontraktor maupun vendor dan perusahaan penunjang lainnya.

Hal itu ditegaskan Yusairi, Direktur Operasi dan Teknologi/Pengembangan Rekind, terkait diskusi Peran Penting Jasa Rancang Bangun (EPC) untuk Mendukung Pembangunan Industri Nasional oleh Forum Wartawan Industri.

“Dengan menunjuk serta membuat aturan sesuai porsi lebih besar kepada perusahaan EPC Nasional, secara otomatis akan menggerakkan industri-industri di sektor hilir,” tambah Yusairi.

Namun demikian, lanjutnya, peran strategis perusahaan EPC Nasional ini bisa berjalan maksimal guna menunjang pembangunan nasional, asalkan ada pemberlakuan aturan dasar, khususnya mengenai Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) yang seragam untuk semua sektor industri.

“Peningkatan TKDN baru akan berhasil jika mendapat dukungan dari semua pihak. Tidak hanya pemilik proyek, EPC contractor dan para praktrisi industri di dalam negeri, tapi semua pihak harus diorkestrasi untuk bisa menuju pada satu titik yang sama. Tanpa itu semua, usaha yang dilakukan akan sulit untuk bisa dicapai keberhasilannya,” tandas Alumnus Teknik Mesin Institut Teknologi Bandung (ITB) ’84 tersebut.

Diakui Yusairi, kehadiran Rekind selaku perusahaan EPC Nasional selama 42 Tahun, tidak hanya berperan menggerakkan sektor industri, tapi juga bisa menopang pemerintah dalam menekan angka Capex (Capital Expenditure – Pengeluaran Belanja Modal) sebesar 10% - 30% di bawah harga yang ditawarkan perusahan EPC kompetitor (asing), khususnya dalam pengerjaan proyek-proyek strategis nasional.

“Ketika kami masuk ke industri minyak dan gas, serta petrokimia, harga yang kami tawarkan pada saat itu terpaut 10% hingga 30% lebih murah dibanding EPC Company asing yang selama ini mengerjakan proyek-proyek industri migas dan petrokimia di Indonesia,” ujar pria yang berpengalaman lebih dari 30 tahun di bidang manajemen proyek, terutama dalam bisnis EPC.

 

 


Menekan Angka Capex

Diskusi Peran Penting Jasa Rancang Bangun (EPC) untuk Mendukung Pembangunan Industri Nasional oleh Forum Wartawan Industri.

Dalam setiap pengerjaan proyek, Rekind juga mampu membukukan nilai kandungan TKDN sebesar 35% - 50%. Meskipun diakuinya, ada beberapa proyek yang TKDN-nya di atas 70% bahkan 80%, jauh melampai komitmen di kontrak.

“Namun demikian, pencapaian TKDN ini ditentukan oleh berbagai faktor, tergantung dari jenis proyek, teknologi dan maturitas teknologi serta kemampuan industri di dalam negeri,” tambah Yusairi meyakinkan.

Upaya Rekind meningkatkan nilai TKDN, sudah dimulai sejak pembuatan proposal proyek, desain perekayasaan awal (Front End Engineering Design/FEED) hingga pelaksanaan pembangunan atau konstruksi proyek.

Bahkan dalam pengadaan barang dan jasa, Rekind selaku kontraktor kerap menetapkan batasan nilai TKDN yang harus dipenuhi oleh setiap vendor dan/atau sub kontraktor di dalam kontrak pekerjaannya masing-masing.


Percepat Hilirisasi, Pemerintah Diminta Perkuat Bisnis Rekind

Gedung kantor PT Rekayasa Industri (Rekind)

Sebelumnya, PT Rekayasa Industri (Rekind) dinilai menjadi salah satu perusahaan yang memiliki peran luar biasa  dalam upaya mengiringi pembangunan di Indonesia.

Tokoh Industri Kimia Indonesia, Wardijasa menegaskan, bahkan lewat pengalamannya selama 41 tahun di bidang Engineering, Procurement dan Construction (EPC) dan kemampuan yang dimilikinya, Rekind adalah mitra yang cocok bagi pemerintah dalam menciptakan hilirisasi.

Program hilirisasi atau downstreaming merupakan langkah yang sangat efektif untuk mengembangkan produk-produk memiliki nilai jual yang lebih tinggi.

Selain itu, program ini diyakini bisa membuka lapangan pekerjaan yang luas di daerah-daerah pusat industri program tersebut berjalan. Presiden Joko Widodo telah menggariskan, pemerintah akan terus mendorong program hilirisasi industri dengan mengurangi ekspor bahan mentah atau raw material. Kebijakan tersebut diambil guna meningkatkan nilai tambah di sektor industri.

Menurut Wardijasa, dengan berbekal kompetensi dan pengalamannya, Rekind juga bisa diarahkan untuk pembangunan pabrik yang mampu mengubah bahan mentah (raw material) dari tambang, agro, hutan dan lainnya, menjadi barang siap pakai.

“Perjuangan dan peran Rekind yang tumbuh dari cita-cita bangsa Indonesia untuk memiliki engineering–construction company ini harus diperbesar untuk bersinergi dengan pemerintah melalui hilirisasi, sehingga mampu mengekspor barang siap pakai yang akan memberikan nilai tambah bagi Indonesia. Inilah nilai dan tujuan dari hilirisasi tersebut. Kita harus melihatnya ini jauh ke depan, ” katanya kepada wartawan, Rabu (12/4/2023).


Pabrik Pupuk

Gedung kantor pusat PT Rekayasa Industri (Rekind)

Pria yang pernah berkarier di bidang akademis, industri dan pemerintahan itu berpendapat bahwa, Rekind hadir melalui usaha untuk memberikan solusi sesuai dengan kebutuhan bangsa. Ketika negara menginginkan sektor pertanian yang tangguh, Anak Perusahaan PT Pupuk Indonesia (Persero) itu berusaha keras untuk bisa mendirikan pabrik pupuk.

Hadirnya gedung-gedung tinggi di kota-kota besar serta diwujudkannya ribuan kilometer jalan, karena pabrik semennya juga dibangun oleh Rekind.

Rumah-rumah bersinar terang karena Rekind turut andil menambah daya melalui perannya dalam membangun pembangkit-pembangkit tenaga listrik. Rekind juga berkontribusi menyiapkan bensin tanpa timbal bagi kendaraan bermotor di Indonesia.

Tidak kalah membanggakan, perusahaan EPC milik pemerintah ini juga pernah membangun pipa gas bawah laut melalui proyek South Sumatra West Java (SSWJ) 2 Gas Pipe Line Project sepanjang 168 kilometer. Melalui pemasangan pipa ini mampu mengalirkan gas dari wilayah Sumatra Selatan ke Provinsi Jawa Barat dan meningkatkan peran industri-industri di Pulau Jawa.

Putra-putri terbaik Rekind juga terus menganalisis potensi sumber daya alam dan sumber daya energi yang melimpah di Indonesia, satu di antaranya Rekind menawarkan solusi pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) yang dikenal ramah lingkungan.

Jejak Rekind dalam proyek yang juga dikenal dengan istilah geothermal itu bisa dilihat di beberapa wilayah di Indonesia. Di antaranya, proyek geothermal Lahendong 1-6, di Sulawesi Utara, masing - masing sebesar 20 Megawatt (MW).

Proyek ini sangat dibutuhkan oleh industri dan masyarakat. Ada juga proyek panas bumi Wayang Windu 1-2, di Pengalengan, Jawa Barat, masing-masing kapasitasnya 110 MW. Selain itu Rekind juga membangun dan mengembangkan proyek geothermal Kamojang 4-6, di Garut, Jawa Barat, yang masing-masing berkapasitas 60 MW. Di Lampung Rekind juga membangun dan mengembangkan proyek Ulubelu 1-4 dengan kapasitas masing-masing sebesar 55 MW.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya