Liputan6.com, Jakarta - Plastik telah memberikan manfaat luar biasa bagi manusia sejak ditemukan lebih dari 100 tahun yang lalu. Kemudahan dan kepraktisan adalah salah satu dari banyak manfaat plastik.
Terlebih lagi, plastik memang merupakan bahan yang ringan, tahan lama, mudah dibentuk, dan serbaguna. Keunggulan ini membuatnya menjadi pilihan yang sangat praktis dalam berbagai aplikasi sehari-hari, mulai dari kemasan makanan dan minuman, alat-alat rumah tangga, hingga komponen kendaraan dan peralatan medis.
Advertisement
Namun, sejak penemuan plastik, manusia telah menjadi tergantung padanya. Akhirnya, pertumbuhan produksi plastik menjadi tinggi. Umur hidup plastik yang mencapai 1.000 tahun pun merusak ekosistem di seluruh dunia. Terlebih lagi, usaha daur ulang plastik juga masih kurang daripada tingkat produksinya.
Di tengah-tengah permasalahan plastik ini, Greenhope muncul dan menawarkan solusi ramah lingkungan terbaik. Greenhope adalah perusahaan teknologi hijau yang berbasis di Indonesia. Perusahaan ini memiliki misi untuk mendesain ulang plastik melalui teknologi berbasis biodegradasi yang efektif.
Para pendiri perusahaan telah mendapatkan paten untuk dua merek, yaitu Oxium dan Ecoplas. Oxium adalah aditif biodegradable. Sedangkan, Ecoplas adalah plastik biodegradable berbasis singkong. Berkat kedua teknologi hijau yang ramah lingkungan ini, Greenhope bekerja sama dengan pemerintah global, merek, dan produsen untuk menciptakan konsumsi plastik yang aman dan berkelanjutan.
Pasalnya, inovasi dari Greenhope ini berhasil menghadirkan plastik yang mampu terdegradasi secara alami dalam 2-5 tahun. Dengan demikian, dunia tidak perlu lagi menunggu 1000 tahun untuk menguraikan selembar plastik.
Masalah limbah plastik harus diatasi dengan 4R. "Pendekatan kita perlu lebih berorientasi pada ekologi, bukan ego," kata para pendiri Greenhope, Sabtu (10/6/2023).
Mereka menyatakan bahwa problem plastik tidak bisa hanya diatasi dengan solusi lama karena mungkin sudah tidak relevan untuk semua orang. Bagi Greenhope, 3R, yaitu reduce (mengurangi), reuse (menggunakan ulang), recycle (mendaur ulang), kurang lah efektif.
Terlebih lagi, saat ini, sebagian besar plastik tidak dapat didaur ulang. Inilah yang kemudian mengakibatkan plastik memenuhi area tempat pembuangan sampah hingga perairan. Entah di perairan, tempat pembuangan sampah, atau di tempat pembakaran, plastik tetap menimbulkan masalah keberlanjutan lainnya.
"Kami menemukan bahwa kami membutuhkan setidaknya 4R; mengurangi, menggunakan ulang, mendaur ulang, dan memulihkan atau mengembalikan ke bumi," ujar Arsika Ahmad (Head of Sales and Marketing Greenhope) mengenai produk patennya yang biodegradable.4R merupakan konsep yang berguna dalam pengelolaan limbah dengan prinsip-prinsip utama: Reduce (Mengurangi), Reuse (Menggunakan kembali), Recycle (Mendaur ulang), dan Recover (Memulihkan).
Konsep ini bertujuan untuk mengurangi jumlah limbah plastik masyarakat. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut tentang setiap prinsip 4R:Reduce (Mengurangi): Prinsip ini berfokus pada mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan dengan mengurangi penggunaan barang-barang sekali pakai atau bahan yang sulit terurai.Reuse (Menggunakan kembali): Prinsip ini mengacu pada penggunaan kembali barang-barang yang masih berfungsi sebelum akhirnya menjadi limbah. Hal ini dapat kita lakukan dengan mendonasikan atau menjual barang bekas, memperbaiki barang yang rusak, atau menggunakan kembali kemasan atau wadah plastik.
Recycle (Mendaur ulang): Prinsip ini melibatkan proses mengubah limbah menjadi bahan baku baru yang dapat kita gunakan kembali. Daur ulang berawal dari memisahkan dan mengumpulkan limbah yang dapat didaur ulang, seperti kertas, plastik, kaca, logam, dan sebagainya. Limbah kemudian diproses menjadi bahan baku baru untuk mengurangi ketergantungan pada sumber daya alam yang terbatas.
Kembali ke Bumi
Retrun to earth (Kembali ke bumi): Prinsip ini melibatkan pengambilan energi atau sumber daya lainnya dari limbah yang tidak dapat didaur ulang. Hal ini melibatkan proses dimana plastik di design agar mudah terurai sepenuhnya dan aman bagi lingkungan serta tidak meninggalkan toksin dan mikroplastik.
Dengan menerapkan konsep 4R ini, kita dapat mengurangi dampak negatif limbah terhadap lingkungan dan mengoptimalkan penggunaan sumber daya alam. Dalam hal ini, pendekatan yang paling diutamakan adalah mengurangi limbah sebanyak mungkin dan memprioritaskan penggunaan kembali atau daur ulang sebagai alternatif yang lebih berkelanjutan daripada pembuangan akhir.
Solusi Terbaik Greenhope untuk Masalah PlastikSolusi dari Greenhope jelas lebih baik karena akhirnya masyarakat bisa mendapatkan manfaat dari bahan plastik yang ramah lingkungan dan dapat terdegradasi dengan cepat. Untuk mencapai tingkat adopsi yang masif, Greenhope memulainya dengan memberikan edukasi pada masyarkat.
"Kami perlu menjaga keseimbangan tiga hal saat ini, yaitu keterjangkauan agar dapat diadopsi secara ekonomis oleh masyarakat lokal, fungsionalitas sesuai kebutuhan, dan efektivitas lingkungan untuk sumber daya terbarukan, dengan jejak karbon yang lebih rendah dan mudah terdekomposisi pada akhir siklus hidupnya," jelas Arsika.
Greenhope telah menghabiskan bertahun-tahun untuk melakukan penelitian, pengembangan, pendaftaran paten, dan produksi bahan lokal Indonesia untuk menciptakan plastik berbasis bio atau biodegradable yang dapat menggantikan plastik konvensional. Sejak itu, solusi-solusi ini telah dipatenkan di Amerika Serikat, Singapura, dan Indonesia, serta telah menerima pengakuan internasional atas inovasinya.
Greenhope bukan hanya menghadirkan solusi berkelanjutan untuk permasalahan plastik, tetapi juga berperan dalam mengubah paradigma dan memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya penggunaan plastik yang ramah lingkungan. Dengan inisiatif mereka, diharapkan akan terjadi pergeseran menuju penggunaan plastik yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan di masa depan, sehingga dapat melindungi ekosistem dan alam yang kita cintai.
Advertisement