Liputan6.com, Jakarta - Sama seperti manusia, kucing juga bisa alami trauma akibat pengalaman tertentu. Jika kucing mengalami situasi berbahaya atau merasa terancam, mereka bisa merasa takut, stres, dan cemas yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari mereka.
Namun bagaimana caranya mengetahui tanda-tanda kucing alami trauma?
Advertisement
Perilaku Agresif
Kucing yang mengalami peristiwa traumatis cenderung menunjukkan perilaku agresif.
Menurut dokter hewan Beverly Ho, ketika kucing merasa terancam, mereka akan merespons dengan berkelahi atau melarikan diri.
Jika mereka tidak dapat melarikan diri karena dibatasi, terjepit, atau terlalu dekat dengan bahaya yang ada, mereka akan menggunakan perilaku agresif untuk melindungi diri.
Kucing yang mengalami trauma juga akan terkena stres yang tinggi secara konstan. Hal ini dapat menyebabkan mereka menjadi tegang dan mudah terangsang.
Akibatnya, mereka mungkin akan bereaksi berlebihan terhadap ancaman yang sebenarnya tidak sebanding.
“Misalnya, ketika Anda mendekat untuk membelai kepala mereka, hal tersebut bisa membuat kucing menyerang Anda,” kata Ho, seperti melansir Cats.
Pola Tidur yang Berubah
Menurut Ho, anabul yang mengalami tingkat stres dan kecemasan yang tinggi umumnya mengalami gangguan tidur. Mereka cenderung merasa gelisah dan cemas.
Akibatnya, mereka sulit rileks untuk tidur dengan nyaman atau berjalan bolak-balik di malam hari.
Kurang Berinteraksi dengan Orang dan Hewan Peliharaan Lain
Ho menjelaskan bahwa kucing yang mengalami trauma emosional cenderung menjadi lebih pendiam dan kurang mau berinteraksi dengan orang atau hewan peliharaan lain di keluarga.
“Ketika Anda mencoba mengajak mereka bermain, respons yang diberikan mungkin sedikit,” ungkap Ho.
Menghabiskan Banyak Waktu untuk Bersembunyi
Kucing yang takut dan cemas cenderung menghabiskan banyak waktu untuk bersembunyi. Menurut Ho, hal ini membuat mereka merasa lebih aman dan nyaman.
“Mereka memiliki dorongan untuk melarikan diri dan bersembunyi sebagai respons alami untuk menjaga diri mereka dari bahaya,” kata Ho.
Bersembunyi adalah perilaku normal pada kucing, tetapi perlu diwaspadai jika perilaku tersebut menjadi berlebihan.
Jika kucing menghabiskan sebagian besar waktu dalam tempat persembunyian dan tidak merespons ketika di ajak keluar dengan lembut, kemungkinan mereka sedang mengalami tekanan emosional yang cukup besar.
Advertisement
Meningkatnya Kepedulian
Meskipun kebanyakan kucing menggunakan agresi sebagai mekanisme pertahanan, beberapa kucing lainnya yang mengalami stres emosional mungkin akan bertindak sebaliknya.
Ho mengungkap bahwa ada kucing yang menjadi lebih manja dan penuh kasih sayang setelah mengalami sesuatu yang membuat mereka terganggu.
“Mereka mungkin akan mencari perhatian Anda dan merasa sulit jika harus sendirian. Perilaku yang membutuhkan ini adalah cara mereka mencari dukungan dari Anda untuk merasa lebih aman,” Ho menjelaskan.
Suara yang Lebih Banyak
Kucing yang merasa stres dapat lebih sering mengeluarkan suara, bahkan terkadang berlebihan.
Meow-ing biasanya dianggap sebagai cara mereka berkomunikasi dengan manusia. Jika kucing semakin sering bersuara, itu bisa menjadi tanda bahwa mereka mencoba menyampaikan kesulitan kepada Anda.
Hilangnya Nafsu Makan dan Penurunan Berat Badan
Kucing yang mengalami trauma mungkin akan kurang tertarik untuk makan. Jika hal ini terus berlanjut, mereka akan kehilangan berat badan dan mengalami kondisi tubuh yang buruk.
Penting bagi kucing untuk tetap makan karena beberapa hari tanpa nafsu makan dapat menyebabkan penyakit hati berlemak (hepatic lipidosis), yang bisa berakibat fatal jika tidak diobati.
Buang Air di Tempat yang Tidak Pantas
Kucing merupakan hewan yang sangat suka bersih. Jika kucing terus-menerus buang air kecil atau besar di tempat yang tidak tepat di luar kotak pasir mereka, menurut Ho hal ini bisa menjadi tanda mereka sedang mengalami stres.
Penting untuk diingat bahwa kucing tidak pernah buang air di tempat yang tidak pantas di dalam rumah karena iseng atau sengaja membuat pemilik kesal. Hal ini bisa disebabkan oleh masalah medis atau masalah perilaku.
Advertisement