Liputan6.com, Jakarta - Klik situs web resor mewah mana pun di Maladewa dan Anda mungkin akan menemukan seluruh halaman yang menyoroti komitmennya terhadap keberlanjutan dan kredensial "hijau". Istilah pengelolaan limbah hingga penggunaan energi surya bukanlah jargon pemasaran pariwisata yang biasa.
Mengutip laman CNN, Minggu, 11 Juni 2023, sebagai destinasi wisata, Maladewa bukanlah tujuan yang biasa sebagai negara dengan letak terendah di dunia. Sebanyak 99 persen perairannya dan lebih dari 1.000 pulau tersebar di 90.000 kilometer persegi.
Advertisement
Lebih dari 160 lebih resor di negara itu yang terletak di masing-masing pulau, menempatkan tanggung jawab terhadap lingkungan Maladewa yang rapuh. Tapi, apakah turis benar-benar peduli dengan kredibilitas resor yang berkelanjutan? Semakin banyak jawabannya adalah "ya," kata ahli biologi kelautan Samuel Dixon, yang telah bersama Fairmont Maldives, Sirru Fen Fushi, sejak sebelum dibuka lebih dari lima tahun lalu.
Sebagai manajer keberlanjutan resor mewah, dia mengawasi semua prakarsa yang terinspirasi lingkungan dari properti dengan 120 vila. Ia bertanggung jawab melindungi terumbu karang sepanjang 9 kilometer hingga menerapkan strategi hemat energi yang canggih.
"Kami sekarang melihat peningkatan besar jumlah wisatawan yang sadar lingkungan, khususnya di pasar perhotelan mewah," katanya.
Ia memerhatikan bahwa ada lebih banyak penyelidikan tentang beberapa pekerjaan yang dilakukannya di Maladewa, baik tentang restorasi karang, konservasi penyu, daur ulang, atau penggunaan energi dan tenaga surya. Ia menyambung, "Untuk membuat lebih banyak tamu terlibat, saya berpikir bahwa kita sedang menuju masa depan di mana ada panggilan yang lebih besar untuk industri perhotelan yang lebih berkelanjutan."
Tantangan Limbah Sampah Plastik
Dixon mengawasi pemasangan fasilitas baru di resor, Sustainability Lab yang menawarkan kursi baris depan kepada tamu untuk salah satu tantangan terbesar yang dihadapi Maladewa yaitu sampah plastik. Dibuka pada awal 2022, fasilitas ini adalah pusat pertama dari jenisnya di negara ini.
Terletak hanya beberapa langkah dari dermaga kedatangan resor di dalam bangunan yang terbuat dari kontainer pengiriman daur ulang. Diisi dengan mesin khusus yang mengubah sampah plastik menjadi suvenir, furnitur, dan persediaan pesanan untuk sekolah setempat.
Laboratorium juga mendaur ulang "jaring hantu" yang dibuang oleh kapal penangkap ikan dan sangat berbahaya bagi penyu dengan mengepangnya menjadi gelang dan label bagasi. Tempat sampah besar berisi berbagai warna potongan plastik kecil berjejer di rak, siap dimasukkan ke dalam mesin industri dan dilebur menjadi berbagai bentuk dan ukuran.
Warna dominan biru berkat banyaknya tutup botol air plastik. Dixon mengatakan plastik itu bersumber dari berbagai tempat. Ada kemasan yang disertakan dengan persediaan makanan mingguan. Mereka juga mengumpulkan sampah plastik dari hotel tetangga dan sekolah setempat.
Advertisement
Pengolahan Sampah di Maldives
Tentunya laut menyediakan persediaan material yang tak ada habisnya. "Sayangnya, itu adalah hadiah yang terus diberikan setiap hari," katanya tentang lautan.
"Kami membuang antara tiga hingga lima kilogram sampah di pagi hari hanya dari resor ini, dan sekitar satu hingga dua kilogramnya adalah plastik. Jadi, kami mengumpulkannya dan melakukan perjalanan ke pulau tak berpenghuni lainnya juga," sebut Dixon.
Plastik terlebih dahulu dicuci untuk menghilangkan kotoran atau residu. Kemudian, diparut menjadi pelet kecil yang dapat digunakan dengan dua cara. Ada extruder untuk melelehkannya dan mengubahnya menjadi cetakan 3D untuk membuat kura-kura suvenir, pengait karabiner, dan penggaris sekolah.
Ada juga mesin press yang akan meratakan plastik menjadi lembaran yang bisa digunakan “persis seperti kayu,” kata Dixon. Tim pertukangan resor menggunakannya untuk membuat furnitur, yang dapat dipesan tamu dan dikirim pulang.
Meskipun jumlah plastik yang diproses kecil dalam skema besar, Dixon mengatakan penting untuk mengingatkan pengunjung tentang masalah yang dihadapi Maladewa sambil juga bekerja dengan masyarakat setempat untuk mengatasi tantangan tersebut.
Industri Perhotelan di Maldives Sadari Apek Keberlanjutan
"Saya pikir apa yang luar biasa tentang membawa ini ke dalam industri perhotelan, dan khususnya di lokasi seperti Maladewa, yang merupakan lokasi surga yang sangat indah, apakah itu benar-benar membawanya ke garis depan pikiran para tamu," katanya.
Ia melanjutkan, "Para tamu sebenarnya tidak hanya mendengar kata-kata, 'oh, hotel ini mendaur ulang plastik,' mereka bisa datang dan mereka bisa melihatnya. Mereka dapat memvisualisasikannya. Mereka sebenarnya bisa menjadi bagian dari proses. Dan kami mencoba membuatnya semenyenangkan mungkin.”
Sebagai hasil dari upaya mereka, Sustainability Lab adalah salah satu dari sedikit tempat di pulau resor di mana para tamu akan benar-benar melihat banyak plastik. Tidak ada botol air plastik, hanya gelas dan sementara para tamu masing-masing diberikan botol air yang dapat digunakan kembali.
Turis sudah mengerti untuk mengisi airnya sendiri di salah satu stasiun air di sekitar pulau dan dibawa pulang sebagai oleh-oleh. Bahkan, pasta gigi di dalam perlengkapan gigi tersedia dalam kemasan kertas kecil.
Advertisement