Liputan6.com, Jakarta- Indonesia menjadi salah saru pengguna terbesar TikTok, beragam informasi pun tersebar lewat platform media sosial tersebut, salah satunya adalah seputar pemiluhan umum (pemilu) yang akan diselenggarakan pada 2024.
Menanggapi kondisi tersebut, Assistant Professor of Communication Studies College of Arts and Sciences Northern State University Nuurrianti Jalli mengatakan, para peneliti dan organisasi masyarakat sipil harus mulai mengawasi potensi dampak TikTok di Indonesia, karena negara ini akan menyelenggarakan pemilu dan pemilihan presiden pada Februari 2024. Penelitian lain juga menemukan bahwa TikTok berperan dalam memfasilitasi penyebaran ujaran kebencian dan disinformasi.
Advertisement
"Oleh karena itu, penelitian terkait potensi dampak TikTok terhadap opini publik Indonesia. Sementara itu, publik juga harus menekan TikTok untuk meningkatkan sistem pengawasannya," kata Nuurrianti, dikutip dari theconversation, Senin (12/5/2023).
Nuurrianti mengungkapkan, Indonesia merupakan negara multikultural dengan berbagai kelompok etnis dan agama, munculnya ujaran kebencian etnoreligius serta misinformasi dan disinformasi di ranah digital telah muncul sebagai masalah yang mendesak.
"Propaganda etnoreligius, termasuk ujaran kebencian, misinformasi, dan disinformasi, tidak dapat dimungkiri telah tersebar luas di berbagai platform media sosial," tuturnya.
Dia melanjutkan, kini TikTok telah mengalami pertumbuhan yang luar biasa dan semakin populer, terutama di kalangan anak muda di Asia Tenggara. Hal menggarisbawahi perannya yang signifikan dalam membentuk opini dan perilaku publik.
TikTok yang merancang algoritme untuk menunjukkan kepada pengguna, konten berdasarkan minat mereka, menciptakan ruang gema yang semakin memperkuat kepercayaan dan bias yang ada. Format video pendek TikTok memiliki tantangan yang berbeda dibandingkan dengan platform berbasis teks tradisional.
Durasi video yang terbatas menyulitkan untuk adanya pemberian konteks dan pengecekan fakta atas informasi yang disajikan, menjadikannya lahan subur bagi penyebaran ujaran kebencian dan misinformasi.
"Fitur-fitur TikTok yang berbeda dan memiliki pengaruh yang luas di Indonesia membuatnya menjadi layak untuk mendapatkan perhatian lebih," ucapnya.
Jadi Tempat Kembang Berkembang Biak Tentara Siber
Menurut Nuurrianti TikTok berpotensi menjadi tempat berkembang biak bagi para aktor politik dan cyberarmies (tentara siber) jika tidak ada pengawasan yang tepat oleh pihak yang berwenang, para peneliti dan organisasi masyarakat sipil.
Cyberarmies adalah kelompok individu yang terorganisasi yang terlibat dalam aktivitas siber yang terkoordinasi, sering kali dengan tujuan mempengaruhi opini publik, mengganggu komunikasi online, atau melakukan perang siber.
Dalam hal ini, aktor politik menggunakan cyberarmies untuk menyebarkan propaganda etnoreligius, yang semakin memperparah ketegangan dan perpecahan.
"Hal ini terlihat jelas selama pemilu Malaysia 2022, ketika narasi berbahaya beredar dengan cepat di platform tersebut, sementara intervensi TikTok terbukti tidak cukup untuk mengekang penyebarannya," imbuhnya.
Advertisement
Tentang Cek Fakta Liputan6.com
Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.
Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi partner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.
Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.
Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.