Investor Wait and See, Rupiah Hari Ini Melemah ke 14.878 per Dolar AS

Pada Selasa (13/6/2023), Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta melemah 0,10 persen atau 15 poin menjadi 14.878 per dolar AS dari sebelumnya 14.863 per dolar AS.

oleh Arthur Gideon diperbarui 13 Jun 2023, 10:45 WIB
Hari ini, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diperkirakan akan bergerak dalam kisaran sempit 14.800 per dolar AS hingga 14.900 per dolar AS. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada perdagangan antarbank pada Selasa pagi ini. Pelemahan rupiah diperkirakan akan bergerak terbatas pada perdagangan hari ini. 

Pada Selasa (13/6/2023), Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta melemah 0,10 persen atau 15 poin menjadi 14.878 per dolar AS dari sebelumnya 14.863 per dolar AS.

Analis Mata Uang Lukman Leong menyatakan, pelemahan rupiah bisa terjadi karena investor masih anxious dan cenderung wait and see menjelang data penting inflasi Amerika Serikat (AS) malam ini, dan Federal Open Market Committee (FOMC) besok.

"Namun, pelemahan rupiah akan terbatas dan mungkin bisa rebound di sesi kemudian, didukung oleh permintaan SBN (Surat Berharga Negara) yang masih kuat, tercermin dari imbal hasil obligasi Indonesia yg masih turun. Hari ini, rupiah diperkirakan akan bergerak dalam kisaran sempit 14.800 per dolar AS hingga 14.900 per dolar AS," kata dia dikutip dari Antara.

Menurut dia, inflasi utama di AS diperkirakan turun ke kisaran 4,1 persen year on year (yoy). The Fed sendiri diduga takkan menaikkan suku bunga pada besok.

 

"Rupiah berpotensi akan kembali menguat setelah kedua data tersebut (muncul)," ujar Lukman.

Melihat dari domestik, investor disebut akan mengantisipasi data perdagangan Indonesia yang diperkirakan akan kembali surplus besar 3 miliar dolar AS.

 


Menunggu Rapat FOMC

Teller menunjukkan mata uang rupiah di bank, Jakarta, Rabu (22/1/2020). Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan penguatan nilai tukar rupiah yang belakangan terjadi terhadap dolar Amerika Serikat sejalan dengan fundamental ekonomi Indonesia dan mekanisme pasar. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Senada, Analis ICDX Revandra Aritama menganggap sentimen pasar terkait rupiah vs dolar AS masih menunggu hasil rapat FOMC.

"Banyak kabar yang menyebut potensi The Fed untuk menahan nilai suku bunga cukup besar, mengingat nilai suku bunga saat ini cukup tinggi dan kondisi ekonomi internal AS yang dikabarkan kurang baik. Jika benar hasil rapat FOMC menahan nilai suku bunga, maka rupiah memiliki peluang untuk menguat cukup besar mengingat faktor fundamental ekonomi Indonesia cukup baik," kata Revandra.

Gubernur Bank Indonesia (BI) disebut juga telah menyebutkan faktor yang menyebabkan peluang rupiah menguat cukup besar, yaitu pertumbuhan ekonomi tanah air yang tinggi, inflasi yang terkendali, pembayaran cadangan devisa yang relatif rendah, dan imbal hasil obligasi dan aset keuangan yang menarik.

Infografis Beda Rupiah 1998 dengan 2018 terhadap Dolar AS. (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya