Liputan6.com, Stockholm - Langkah besar dalam kemampuan praktis kedokteran, ketika prosedur transplantasi vena (pembuluh darah vena) perdana dari sel punca dilaporkan berhasil.
Tepat hari ini, 11 tahun yang lalu, ilmuwan Swedia melaporkan telah berhasil mentransplantasikan vena yang terbuat dari stem cells atai sel punca milik seorang gadis berusia 10 tahun ke dalam tubuhnya.
Advertisement
Ini membuktikan kemajuan atas kemampuan para dokter dalam menggunakan sel punca untuk menumbuhkan sel pengganti bagi jaringan yang rusak atau berpenyakit.
Melansir The Guardian, pada 14 Juni 2012, dituliskan bahwa tim yang dipimpin oleh Profesor Suchitra Sumitran-Holdgersson dari Universitas Gothenburg menggambarkan bagaimana gadis itu memiliki vena portal hepatik yang tersumbat.
Kelainan itu menyebabkan darah dari usus dan limpa terbawa ke hati.
Penyumbatan dapat menyebabkan komplikasi termasuk pendarahan internal, masalah perkembangan, bahkan kematian.
Perawatan yang biasa dilakukan untuk kondisi tersebut adalah membuang pembuluh darah yang tersumbat dan menggantinya dengan bagian pembuluh darah yang sehat dari bagian tubuh yang lain.
Tim yang dipimpin Professor Sumitran-Holdgersson malah memutuskan menumbuhkan pembuluh darah untuk sang gadis muda menggunakan sel punca sumsum tulangnya sendiri.
Mereka mulai dengan bagian vena sepanjang sembilan cm yang diambil dari selangkangan donor dan diambil dari selnya, meninggalkan rangka protein berbentuk tabung.
Percobaan besar ini diunggulkan dengan sel induk gadis tersebut dan vena yang dihasilkan ditransplantasikan ke gadis itu.
Pasien Tunjukkan Perkembangan yang Baik
Prosedur tersebut kemudian berhasil mengembalikan aliran darah dari limpa dan usus keluar dari hati pasien dengan segera.
"Tinggi pasien bertambah dari 137 cm menjadi 143 cm dan berat badan bertambah dari 30 kg menjadi 35 kg dalam satu tahun sejak operasi pertama," ungkap para ilmuwan.
Meskipun kami tidak melakukan tes neurokognitif, orang tua melaporkan bahwa pasien telah meningkatkan aktivitas fisik."
Peningkatan jarak jauh jalan kaki 2-3 km juga senam ringan tercatat pada sang gadis. "Dan peningkatan kemampuan bicara dan konsentrasi yang diartikulasikan dalam aktivitas sekolah," tambah para ilmuwan?
Sembilan bulan setelah operasi dilaporkan bahwa ukuran vena sedikit menyempit dan ini diperbaiki dalam prosedur lanjutan. Yang paling signifikan, para ilmuwan tidak menemukan antibodi untuk vena donor dalam darah gadis itu.
Tubuhnya disebut tidak menolak transplantasi karena dianggap terbuat dari selnya sendiri.
Prosedur ini juga disebut menghindarkan pasien dari prosedur lainnya yang lebih menyakitkan.
Advertisement
Perlu Uji Coba Klinis Lanjutan
Martin Birchall dan George Hamilton dari University College London menulis di The Lancet bahwa prosedur ini mengurangi rasa sakit dan trauma yang mungkin diterima pasien.
"Gadis muda dalam laporan ini terhindar dari trauma pengambilan pembuluh darah dari leher atau kaki bagian dalam dengan risiko terkait gangguan ekstremitas bawah, dan terhindar dari kebutuhan transplantasi hati atau multivisceral," tulisnya.
"Meskipun cangkok harus diperpanjang dengan cangkok berbasis sel punca kedua dalam satu tahun."
Keduanya bersyukur pasien memperlihatkan perkembangan latihan fisik dan bukti kognisi yang baik.
Dijelaskan pula bahwa dari segi ekonomi jangka panjang, "Harga yang substansial untuk satu kali," ucapnya.
Birchall dan Hamilton mengatakan prosedur tersebut mungkin bisa menjadi lebih murah.
Ini disebabkan oleh perusahaan medis sudah mulai memproduksi perancah protein dari sumber manusia dan hewan dengan lebih efisien.
Keduanya menyimpulkan bahwa karya Prof Sumitran-Holdgersson memang menjanjikan, tetapi perlu diuji dengan benar dalam uji klinis penuh, untuk buktikan prosedur dapat digunakan dan diterima secara luas.
Pria Pertama Penerima Transplantasi Jantung Babi Meninggal 2 Bulan Usai Operasi
Tidak semua percobaan transplantasi pertama dilaporkan berhasil seperti gadis 10 tahun tersebut. Seorang pria penerima transplantasi jantung babi pertama dikabarkan meninggal dunia.
"Seorang laki-laki yang menerima transplantasi jantung pertama dari babi dua bulan lalu telah meninggal," kata Pusat Medis Universitas Maryland, Rabu 9 Maret 2022 seperti dikutip dari VOA Indonesia.
Dokter tidak mengatakan alasan spesifik David Bennett, 57 tahun, yang meninggal hari Selasa (8/3), tetapi hanya mengatakan kondisinya memburuk selama beberapa hari terakhir.
"Kami berterima kasih atas setiap momen inovatif, setiap mimpi gila, setiap malam tanpa tidur dalam upaya bersejarah ini," kata putra Bennett, David Bennett, Jr., dalam sebuah pernyataan yang dirilis oleh Fakultas Kedokteran Universitas Maryland. "Kami berharap kisah ini bisa menjadi awal dari harapan dan bukan akhir."
Sebelum transplantasi jantung babi dilakukan pada 7 Januari, kesehatan Bennett buruk dan tidak memenuhi syarat untuk mendapatkan jantung manusia.
Advertisement