Ramalan Ekonomi AS Terbaru, Rentan Benturan Keras hingga Terasa Mirip Resesi

CEO Goldman Sachs David Solomon memprediksi ekonomi AS masih terancam benturan keras hingga menyerupai resesi.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 13 Jun 2023, 15:45 WIB
Pejalan kaki melewati papan nama yang menawarkan uang tunai untuk barang berharga di luar toko gadai di Los Angeles, Jumat (11/3/2022). Laju inflasi AS pada Februari 2022 melonjak ke level tertinggi dalam 40 tahun didorong naiknya harga bensin, makanan dan perumahan. (Patrick T. FALLON/AFP)

Liputan6.com, Jakarta Ekonomi Amerika Serikat mengejutkan bertahan dengan tangguh tahun ini. Namun, CEO Goldman Sachs David Solomon mengungkapkan negara itu masih berisiko menghadapi benturan yang keras pada ekonominya di masa mendatang hingga menyerupai resesi.

"Saya pikir kita berada pada saat yang tidak pasti," kata Solomon tentang prospek ekonomi AS, dikutip dari CNN Business, Selasa (13/6/2023).

"Saya pikir ini adalah periode untuk sedikit berhati-hati," sambungnya.

Solomon meramalkan bahwa ekonomi AS dapat berada lingkungan "yang mungkin bukan resesi, tetapi pasti akan terasa seperti resesi."

Hal itu menandai pentingnya untuk mengupayakan soft landing ketika AS masih dihadapi pertumbuhan yang lamban dan inflasi yang lengket.

Laporan terbaru menunjukkan bahwa upah pekerja di AS telah meningkat hampir dua kali lipat dari rata-rata kenaikan bulanan dalam 10 tahun sebelum pandemi, sementara ukuran inflasi Federal Reserve melambung lebih tinggi pada bulan April. 

Dalam ekonomi baik-buruk ini, lapangan kerja yang kuat dan upah yang lebih tinggi berarti inflasi yang lebih tinggi karena perusahaan meneruskan kenaikan biaya tenaga kerja dengan menaikkan harga barang.

dalam sebuah wawancara dengan CNBC, Solomon mengatakan dia tidak melihat peredaman inflasi sebagai tujuan pembuat kebijakan The Fed untuk menaikkan suku bunga dalam pertemuan mereka akhir pekan ini, dia berpikir bahwa indikator ekonomi yang kuat dan inflasi yang membandel dapat berarti lebih banyak kenaikan di masa depan.

"Mungkin (kenaikan suku bunga) akan membuat lingkungan ekonomi sedikit lebih menantang," pungkasnya.

Jika Amerika Serikat benar-benar jatuh ke dalam resesi ekonomi, Solomon memprediksi, kemungkinan kemerosotan itu tidak akan terjadi hingga akhir tahun ini atau awal 2024.


Krisis Perbankan

(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)

Runtuhnya Silicon Valley Bank dan Signature bank pada bulan Maret lalu dan penjualan First Republic Bank yang gagal pada bulan Mei ke JPMorgan Chase telah secara drastis mengubah prospek bank-bank regional di Amerikan Serikat.

Hal ini membuat Solomon berpikir lebih banyak konsolidasi diperlukan untuk menjaga keamanan sektor perbankan.

“Maksud saya, saya sangat percaya bahwa perlu ada lebih banyak konsolidasi di sektor perbankan," katanya.

Tetapi di juga mengungkapkan, batasan bagi Goldman untuk "melakukan akuisisi bank akan sangat tinggi," tambahnya.


Ancaman PHK Masih Menghantui

Pedagang bekerja di New York Stock Exchange, New York, 10 Agustus 2022. (AP Photo/Seth Wenig, file)

Seperti pesaingnya di Wall Street, Goldman Sachs telah dilanda kemerosotan dalam pembuatan kesepakatan dan aktivitas.

Goldman sekarang sedang mempersiapkan putaran ketiga PHK selama setahun terakhir karena bank investasi itu menghadapi perlambatan, ungkap Solomon.

"Kami selalu mencari peluang bisnis yang tepat," katanya. "Sepanjang tahun ini kami telah mempersempit jumlah karyawan kami sedikit untuk menyeimbangkan kembali," bebernya.

Kurang dari 250 pekerja Goldman Sachs diperkirakan akan terpengaruh oleh pemotongan biaya putaran terakhir, yang akan berdampak pada berbagai karyawan termasuk direktur pelaksana dan eksekutif senior lainnya, menurut sumber yang mengetahui masalah tersebut.

Pada Januari 2023, Goldman Sachs melakukan PHK yang jauh lebih dalam yang diperkirakan akan berdampak pada 3.200 karyawan. September lalu, Goldman juga dikabarkan melepas mereka yang berkinerja buruk sebagai bagian dari proses normal di bank.

Infografis Peringatan IMF dan Antisipasi Indonesia Hadapi Resesi Global. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya