13.000 Orang Mengungsi Akibat Erupsi Gunung Berapi Mayon di Filipina

Mayon merupakan gunung berapi paling aktif di Filipina.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 13 Jun 2023, 15:09 WIB
Gunung berapi Mayon menyemburkan lava ke lerengnya seperti yang terlihat dari Legaspi, provinsi Albay, Filipina timur laut, Minggu (11/6/2023). (AP Photo/Aaron Favila)

Liputan6.com, Manila - Lava mengucur dari kawah gunung berapi paling aktif di Filipina pada Senin (12/6/2023), mendorong para pejabat memperingatkan puluhan ribu penduduk desa untuk bersiap mengungsi jika letusan kecil berubah menjadi ledakan dahsyat dan mengancam jiwa.

Lebih dari 13.000 orang telah meninggalkan area dalam radius enam kilometer dari kawah Gunung Mayon sejak aktivitas vulkanik meningkat pekan lalu.

"Dengan gunung berapi mulai mengeluarkan lahar pada Minggu (11/6) malam, zona berisiko tinggi di sekitar Mayon dapat diperluas jika letusan berubah menjadi dahsyat," ungkap Direktur Institut Vulkanologi dan Seismologi Filipina Teresito Bacolcol seperti dilansir AP, Selasa (13/6).

Jika itu terjadi, orang-orang di zona bahaya yang diperluas harus bersiap untuk mengungsi ke tempat penampungan darurat.

Salah seorang warga, Marilyn Miranda. mengatakan dia, putrinya, dan ibunya yang berusia 75 tahun, yang baru-baru ini menderita stroke, meninggalkan rumah mereka di sebuah desa di zona bahaya di Kota Guinobatan pada Kamis (8/6) dan mencari perlindungan di sekolah menengah yang terik yang diubah menjadi pusat evakuasi. Keponakannya kembali ke rumah mereka setiap hari, seperti halnya pria lain di lingkungan pedesaan yang miskin untuk menjaga rumah dan hewan ternak mereka.

Dari pusat evakuasi yang penuh sesak, mereka ketakutan melihat semburan lava merah-oranye cerah mengalir menuruni lereng Mayon pada Minggu (11/6) malam.

"Kami seperti merasa bahwa akhir kami sudah dekat," kata Miranda.

Letusan baru Gunung Mayon adalah salah satu tragedi beruntun yang menimpa Amelia Morales dan keluarganya dalam beberapa hari terakhir. Suaminya meninggal karena aneurisme dan penyakit lain pada Jumat (9/6) dan dia harus mengadakan acara pemakamannya di tempat penampungan darurat yang padat di Guinobatan karena dia dan tetangganya telah diperintahkan untuk menjauh dari komunitas mereka di dekat Mayon.

"Saya butuh bantuan untuk menguburkan suami saya karena kami tidak punya uang lagi," kata Morales sambil duduk di dekat peti mati kayu putih suaminya di bawah tenda terbuka tipis di sudut pusat evakuasi. "Saya tidak bisa berbuat apa-apa selain menangis."

Dengan puncaknya yang sering diselimuti gumpalan awan yang melintas, gunung berapi setinggi 2.462 meter itu tampak tenang pada Senin. Bacolcol mengatakan bahwa lahar panas terus mengalir menuruni lerengnya tetapi tidak dapat dengan mudah dilihat oleh orang-orang di bawah terik matahari.


Siaga Tiga

Lebih dari 12.800 orang telah dipindahkan ke pusat-pusat evakuasi, kata Kantor Pertahanan Sipil Filipina. Kebanyakan warga berasal dari desa pertanian di atau dekat kaki gunung berapi tersebut. (AP Photo/Aaron Favila)

Gunung berapi Mayon telah dinaikkan ke tingkat siaga tiga pada sistem peringatan lima langkah pada Kamis, yang berarti gunung berapi itu dalam keadaan tidak tenang dan letusan berbahaya mungkin terjadi dalam beberapa minggu atau beberapa hari.

Bacolcol mengatakan tingkat siaga akan tetap di tiga tetapi bisa naik lebih tinggi jika letusan tiba-tiba menjadi berbahaya. Kewaspadaan tertinggi, level lima, akan berarti letusan dahsyat dan mengancam jiwa.

Mayon adalah salah satu dari 24 gunung berapi aktif di Filipina. Terakhir, Gunung Mayon meletus hebat pada tahun 2018, menggusur puluhan ribu penduduk desa. Pada tahun 1814, letusan Mayon mengubur seluruh desa dan dilaporkan menyebabkan lebih dari 1.000 orang tewas.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya