Ekonomi India Mulai Terlihat Cerah, Ini Sektor yang jadi Pendorong

Destination Wealth Management memproyeksi pertumbuhan ekonomi India akan menembus 5 hingga 6 persen dalam lima tahun ke depan.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 14 Jun 2023, 18:00 WIB
Ekonomi dunia ilustrasi (foto: pixabay)

Liputan6.com, Jakarta - Pertumbuhan ekonomi India disebut sebut memasuki "posisi terang" karena sektor outsourcing negara itu tetap kuat di atas tren peningkatan perusahaan teknologi yang memindahkan lini manufaktur mereka. 

"India terlihat seperti titik terang khususnya karena Anda melihat perusahaan teknologi mulai bergerak maju dalam hal manufaktur di India" kata CEO Destination Wealth Management, Michael Yoshikami, dikutip dari CNBC International, Rabu (14/6/2023). 

Destination Wealth Management memproyeksi pertumbuhan ekonomi India akan menembus 5 hingga 6 persen dalam lima tahun ke depan.

Dana Moneter Internasional baru-baru ini juga merilis perkiraannya untuk ekonomi India yang diramal tumbuh sebesar 5,9 persen pada tahun 2023.

Menurut Yoshikami, sebagian besar dari kemajuan ini didorong oleh sektor outsourcing India yang sedang dalam kecepatan untuk menjaga momentumnya.

Selain itu, ada banyak perusahaan yang memilih untuk mengalihdayakan proyek pengembangan perangkat lunak merekadi India untuk kualitas dengan biaya yang masuk akal, menurut Krina Mehta, salah satu pendiri perusahaan pengembangan perangkat lunak Fortune Infosys yang berbasis di AS.

"Fenomena outsourcing" negara itu akan berlanjut, kata Yoshikami, menghubungkannya dengan perakitan sekolah teknologi dan perusahaan yang menerapkan pengendalian biaya sebagai prioritas.

Biaya tenaga kerja di India juga jauh di bawah banyak negara lain, terutama jika dibandingkan dengan kenaikan upah di China.

"China dulunya adalah outsourcing yang murah. Itu bukan outsourcing yang murah lagi," ujar Yoshikami.

"Saya pikir Anda akan terus melihat outsourcing dari China dan negara lain, mungkin Filipina dan Vietnam ... ke India," bebernya.


Sektor Perbankan jadi Rekomendasi

Turis mengunjungi Taj Mahal di Agra, India pada Senin (21/9/2020). Taj Mahal kembali dibuka untuk umum hari ini, Senin (21/9), dalam gerakan simbolis seperti biasa, bahkan ketika India tampaknya akan mengambil alih AS sebagai pemimpin global dalam infeksi Virus Corona COVID-19. (Sajjad HUSSAIN/AFP)

Untuk memanfaatkan pertumbuhan India yang sedang berkembang, Yoshikami memilih perbankan sebagai salah satu sektor bagi investor internasional.

"Saya pikir mungkin nilai terbaik saat ini ada di bank (India) jika Anda melihat ke seluruh dunia, bank pada umumnya, telah berjuang di Amerika Serikat," ujarnya.

Seperti diketahui, krisis perbankan di AS pada bulan Maret yang dipicu oleh runtuhnya Silicon Valley Bank, terus membebani sentimen.

Namun, Yoshikami mencatat bahwa sektor teknologi telah membuat beberapa terobosan, dan tidak serta merta memberikan keunggulan kepada bank.

"Saya pikir mereka berdua menjanjikan ... saya pikir mereka semacam pendekatan barbel," ucapnya.

Sebagai informasi, pendekatan barbel adalah strategi investasi yang berupaya menyeimbangkan aset berisiko tinggi dan tanpa risiko dengan berinvestasi di kedua ekstrem, sambil menghindari opsi risiko menengah.

"Saya tidak akan menaruh semua uang Anda di bank atau semua uang Anda di teknologi ... Saya pikir itu terlalu berisiko," jelas  Yoshikami. 


Hore! Indonesia, India, dan China Bakal Naik Kelas Jadi Negara Maju

Suasana gedung perkantoran di Jakarta, Sabtu (17/10/2020). International Monetary Fund (IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2020 menjadi minus 1,5 persen pada Oktober, lebih rendah dari proyeksi sebelumnya pada Juni sebesar minus 0,3 persen. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Tiga negara berkembang, Indonesia, India dan China berpotensi naik kelas menjadi negara maju karena memiliki pertumbuhan ekonomi yang baik dalam 10 tahun terakhir. Perekonomian ketiga negara tersebut terbilang berdaya tahan ditengah krisis global akibat pandemi dan konflik geopolitik. 

"Tiga ekonomi emerging country dan dunia, Indonesia, Tiongkok, dan India memiliki kinerja pertumbuhan ekonomi yang sangat baik," kata  Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam  Rapat Kerja Pemerintah dengan Badan Anggaran DPR RI, Jakarta, Selasa (30/5). 

Sri Mulyani membeberkan pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam 10 tahun terakhir rata-rata 5,4 persen. Kemudian dalam periode yang sama India rata-rata pertumbuhan ekonominya 7 persen dan China mampu tumbuh 7,7 persen. 

Sementara itu, rata-rata pertumbuhan ekonomi dunia dalam satu dekade hanya 3,7 persen. Begitu juga dengan ekonomi negara-negara maju yang pertumbuhannya relatif melandai. 

"Pertumbuhan rata-rata ekonomi dunia selama 10 tahun di 3,7 persen. Artinya negara-negara maju dalam hal ini tumbuh selalu relatif lebih rendah dan negara developing yang lain juga lebih rendah," kata dia. 

Indonesia Bisa Naik Kelas

Sri Mulyani mengatakan, jika Indonesia bisa mempertahankan pertumbuhan ekonomi di atas rata-rata dunia, bukan tidak mungkin RI bisa naik kelas. 

"Kalau Indonesia terus mempertahankan pertumbuhan di atas pertumbuhan ekonomi dunia, tentu kita akan mencapai konvergensi menuju negara maju," imbuhnya.

Sebagai informasi, pada tahun 2024, Pemerintah memprediksikan ekonomi Indonesia tumbuh mencapai 5,3 hingga 5,7 persen di 2024. Target tersebut juga dipatok dalam rangka mempercepat transformasi ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Mengingat sudah berakhirnya pandemi COVID-19.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya