Liputan6.com, Jakarta - Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) memutuskan bagikan dividen tahun buku 2022 dan merombak susunan pengurus pada Rabu, (14/6/2023).
"Surya Citra Media bagikan dividen Rp 6,5 per saham," ujar Direktur Utama PT Surya Citra Media Tbk Sutanto Hartono.
Advertisement
Sebelumnya, perseroan mencatat pertumbuhan pendapatan menjadi Rp 7,13 triliun pada 2022 dari periode 2021 sebesar Rp 5,93 triliun. Sementara itu, laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 846,36 miliar pada 2022 dari periode 2021 sebesar Rp 1,3 triliun.
Selain itu, perseroan juga merombak susunan pengurus dengan ada pergantian komisaris. Adi W.Sariaatmadja sebagai Komisaris Utama."Komisaris Utama menjadi Adi Sariaatmadja menggantikan pak Alvin," ujar Sekretaris Perusahaan Surya Citra Media Gilang Iskandar usai RUPST Perseroan.
Dengan demikian susunan pengurus perseroan:
Dewan Komisaris:
Komisaris Utama: Adi W.Sariaatmadja
Wakil Komisaris Utama: Suryani Zaini
Komisaris: Glenn M.Surya Yusuf
Komisaris: Jay Geoffrey Wacher
Dewan Direksi:
Direktur Utama: Sutanto Hartono
Direktur: Harsiwi Achmad
Direktur: Imam Sudjarwo
Direktur: Rusmiyati Djajaseputra
Direktur: David Setiawan Suwarto
Direktur Independen:Mutia Nandika
Saham SCMA
Pada penutupan perdagangan saham Rabu, 14 Juni 2023, saham SCMA naik 2,52 persen ke posisi Rp 163 per saham. Saham SCMA dibuka naik tipis satu poin ke posisi Rp 160 per saham.
Saham SCMA berada di level tertinggi Rp 164 dan terendah Rp 156 per saham. Total frekwensi perdagangan 6.553 kali dengan volume perdagangan 1.162.839 lot saham. Nilai transaksi Rp 18,6 miliar.
Momen Pemilu 2024 Bakal Angkat Kinerja SCMA
Sebelumnya, PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) berharap momen pemilihan umum (Pemilu) 2024 dapat mendorong pertumbuhan belanja iklan di tengah tantangan makro ekonomi.
Direktur Utama PT Surya Citra Media Tbk, Sutanto Hartono menuturkan, saat ini industri televisi hadapi tantangan makro ekonomi setelah pandemi COVID-19. Ini ditunjukkan dari konsumsi masyarakat yang hati-hati sehingga berdampak terhadap belanja iklan industri barang konsumsi. Sutanto mencontohkan, saat momen Ramadhan yang biasanya belanja iklan tinggi, tetapi relatif biasa pada 2023.
"Pascapandemi masyarakat melakukan kegiatan mudik secara full. Travelling jadi mahal dengan tiket pesawat mahal demikian juga hotel, ini menjadi prioritas masyarakat sehingga masyarakat tidak spending lebih di kebutuhan sehari-hari. Ini dinamika tahun ini," ujar dia saat paparan publik perseroan, Rabu (14/6/2023).
Selain itu, bisnis digital seperti e-commerce, edu tech yang melakukan ekspansi agresif dalam delapan tahun dengan kegiatan pemasaran mulai fokus untuk menghasilkan laba. Hal ini seiring permintaan investor untuk pelaku usaha bisnis digital ciptakan laba dan bukan lagi pertumbuhan.
"Ada perubahan animo investor sekarang ini tak lagi tuntut growth tapi profitabilitas sehingga mengubah melakukan ekspansi dan bagaimana mereka lakukan ekspansi salah satunya kurangi spending, kurangi pegawai terjadi pengurangan pegawai di mana-mana dan pengurangan marketing expenses. Biasanya expenses growth dominan kita terkena imbasnya," ujar dia.
Akan tetapi, pada 2023, menurut Sutanto kondisi makro ekonomi lebih dominan pengaruhi industri televisi. Hal ini seiring platform digital global juga alami penurunan pada kuartal I 2023.
"Saat ini digital juga ada saingan dengan influencer, hal dinamika terjadi tahun ini disebabkan kekuatan growth ekonomi kita, tetapi ini bukan pertama kali. Kalau melihat ke belakang momen tahun-tahun tertentu pressure penurunan, tetapi kita optimis siklus. Kita berharap bicara soal pemilu mengharapkan jadi salah satu economy growth terjadi pertukaran di masyarakat," ujar dia.
Advertisement
Jangkauan Media Televisi
Ia berharap pemilu dapat berjalan aman dan sukses sehingga dapat memberikan kepercayaan kepada investor untuk investasi pada 2024. Dengan demikian ekonomi dapat kembali pulih sehingga meningkatkan belanja iklan.
Sutanto mengatakan, pihaknya mengantisipasi belanja pemilu setiap lima tahun sekali. Ia optimistis media televisi masih menjadi pilihan untuk belanja iklan pemilu.
"Media televisi merupakan paling massal jangkau masyarakat untuk partai, caleg, dan capres pasti membutuhkan exposure signifikan," kata dia.
Selain mengandalkan televisi free to air (FTA), perseroan juga mengembangkan model bisnis influencer sebagai salah satu pilihan untuk pemasaran.
"Kami tak hanya fokus ke FTA tapi masuk ke bidang-bidang memerlukan service level berbagai jenis marketing contoh influencer memiliki bisnis yang melakukan influencer management. Investasi di RANS sehingga nanti kita harapkan kegiatan pemilu tak hanya televisi tetapi juga bisnsi unit lain bergerak di bidang jasa," ujar dia.