Liputan6.com, Jakarta - Pelaksanaan puncak ibadah haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna) kurang dari dua pekan lagi. Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi saat ini tengah fokus menyiapkan skema penyelenggaraan inti ibadah haji tersebut.
Sementara jemaah haji Indonesia terus berdatangan ke Kota Makkah Al-Mukarramah, baik dari Madinah maupun Jeddah. Tercatat sampai hari ini, Rabu (14/6/2023) siang waktu Arab Saudi, sudah ada 323 kelompok terbang (kloter) dengan 122.787 jemaah yang sudah tiba di Makkah untuk melaksanakan umrah dan menanti puncak haji.
Advertisement
“Kami telah membentuk sebuah struktur yang kita sebut Satops (Satuan Operasional) Armuzna. Kita akan bentuk tiga Satgas (Satuan Tugas), yaitu Satgas Arafah untuk Daker Bandara, Satgas Muzdalifah untuk Daker Makkah, dan Satgas Mina untuk Daker Madinah,” ucap kata Ketua PPIH Arab Saudi, M Subhan Cholid di Jeddah.
Dia merinci bahwa di setiap Satgas akan dibentuk masing-masing 11 tim adhoc. Setiap tim adhoc bertugas memberikan layanan kepada seluruh jemaah haji Indonesia selama di Arafah, Muzdalifah, dan Mina.
Tim adhoc ini, kata Subhan, beranggotakan petugas pelindungan jemaah (Linjam), tim Penanganan Krisis dan Pertolongan Pertama Pada Jemaah Haji (PKP3JH), petugas kesehatan, petugas layanan Lansia, serta tim Bimbingan Ibadah (Bimbad).
“InsyaAllah kebutuhan layanan kepada jemaah akan kita berikan melalui titik-titik adhoc,” ujar Subhan.
Selain itu, PPIH juga akan menempatkan sejumlah personel pada 70 maktab yang ditempati jemaah haji Indonesia. Mereka bertugas mengawasi Maktab dalam memberikan layanan akomodasi jemaah. Personel-personel ini juga akan mengawasi layanan katering.
“Jemaah akan mendapat layanan katering sebanyak 16 kali makan selama di Arafah, Muzdalifah, dan Mina. Layanan ini disiapkan oleh maktab. Kita siapkan tim yang melekat untuk melakukan pengawasan,” kata Subhan menjelaskan.
11 Titik Area Tenda Jemaah
Khusus di Mina, selain tim adhoc yang ditempatkan pada 11 titik area tenda jemaah, juga disiapkan tim Jamarat. Tim ini akan disiagakan di 10 titik dengan rincian lima titik pada rute jamarat bagian atas dan lima titik pada rute jamarat bagian bawah.
“Kita siapkan jalur pengamanan di atas dan bawah. Sebab, rute pergerakan jemaah haji Indonesia dari tenda Mina ke Jamarat yang disiapkan Saudi, bisa melalui jalur atas dan ada potensi juga jemaah melalui jalur bawah. Sehingga di atas lima titik dan bawah lima titik untuk pengamanan,” papar Subhan.
“Dari Jamarat menuju tenda di Mina, disiapkan delapan pos petugas. Di setiap pos ditempatkan sejumlah personel untuk mengawal jemaah selama dalam perjalanan menuju dan pulang dari Jamarat,” lanjutnya.
Advertisement
Jemaah Lansia Diimbau Tetap di Tenda Mina
Sementara petugas layanan lansia akan ditempatkan di setiap titik. Mereka akan dibekali dengan dengan sejumlah perangkat pendukung, seperti kursi roda.
“InsyaAllah kita akan siapkan lebih 100 kursi roda untuk layanan Armina, utamanya pada fase Mina. Pihak Masyarik juga menginformasikan bahwa mereka akan menyiapkan 15 mobil golf di Mina untuk layanan lansia,” beber Subhan.
Selama di Mina nanti, jemaah lansia diimbau untuk tetap berada di tenda. Proses lempar jumrahnya bisa diwakilkan kepada jemaah lainnya yang memiliki fisik lebih kuat, dan itu sah. Sebab, untuk sampai ke jamarat, seluruh jemaah harus jalan kaki berkilo-kilo meter dan itu butuh energi luar biasa.
Jarak terdekat antara tenda yang ditempati jemaah Indonesia ke jamarat yakni sekitar 3 km, sehingga kalau pergi pulang berarti harus menempuh jarak sejauh 6 km. Sementara jarak terjauh mencapai 7 km, sehingga kalau pergi pulang berarti harus menempuh jarak 14 km.
“Ini tentu bagi jemaah lansia sangat berat. Karenanya bisa diwakilkan karena secara syar’i memang diizinkan untuk diwakilkan. Jemaah lansia tetap berada di tenda untuk berdoa dan berzikir, sementara lontar jumrahnya diwakilkan,” jelas Subhan.
Pergerakan Jemaah
Subhan menjelaskan, PPIH bersama Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi, serta pihak Masyarik, telah menyusun rencana pergerakan jemaah haji pada fase Armina. Jemaah haji Indonesia akan mulai diberangkatkan ke Arafah pada 8 Zulhijjah atau diprediksi jatuh pada 26 Juni 2023.
Para jemaah ini akan diberangkatkan dalam tiga fase pemberangkatan. Fase pertama mulai pukul 07.00 – 11.00 waktu Arab Saudi (WAS), fase kedua mulai pukul 11.00 – 15.00 WAS, dan fase ketiga mulai ukul 15.00 WAS sampai selesai.
“Jadi ada tiga trip pemberangkatan jemaah. Setiap Maktab akan mengalokasikan 21 bus. Jumlah jemaah per maktab sekitar 2.900 orang. Satu bus akan membawa 45 jemaah. Jadi insyaAllah setiap maktab bisa diselesaikan dalam tiga setengah kali putaran penjemputan,” kata Subhan.
Pergerakan selanjutnya adalah dari Arafah menuju Muzdalifah setelah jemaah menjalani ibadah wukuf. Pada fase ini, sarana transportasi yang digunakan setiap maktab dikurangi menjadi hanya 9 bus. Sehingga proses penjemputan jemaah diperkirakan akan berlangsung sampai tujuh hingga delapan putaran.
Dari Muzdalifah, jemaah selanjutnya akan diberangkatkan menuju Mina. Jarak antara Muzdalifah ke Mina hanya sekitar 2 km. Karenanya untuk menghindari kemacetan, armada yang digunakan kembali dikurangi menjadi hanya 5 bus per maktab. Ini berakibat pada proses perputaran bus yang menjadi lebih banyak.
“Untuk pergerakan dari Mina ke Makkah, armada yang digunakan akan kembali menjadi 21 bus per maktab. Jemaah yang mengambil nafar awal akan diberangkatkan pada 12 Zulhijjah sebelum terbenamnya matahari, sedang yang mengambil nafar tsani diberangkatkan dari Mina pada 13 Zulhijjah,” jelas Subhan.
Skema persiapan puncak haji ini, kata Subhan, akan mulai disosialisasikan ke petugas dan jemaah. Petugas diharapkan bisa memahami tugas dan pos layanannya masing-masing. Jemaah memahami bahwa ada banyak petugas yang akan melayani mereka di setiap tahapan puncak haji.
“Masing-masing maktab sudah melakukan koordinasi terkait pembagian jadwal keberangkatan. Jadwal itu akan diinformasikan ke petugas dan jemaah agar dipahami dan dipedomani,” ucap Subhan menandaskan.
Advertisement