Liputan6.com, Jakarta Kurs Dolar ke Rupiah masih berada di kisaran yang sama sejak pekan lalu. Menurut informasi dari laman resmi Bank Indonesia, pada Kamis (15/6/2023) kurs jual USD berada di Rp 14.969,48 juga kurs belinya sebesar Rp 14.820,52.
Sementara kurs jual Poundsterling Inggris hari ini ada di Rp 18.889,99 dan kurs beli Rp 18.696,09. Mata uang Euro hari ini memiliki kurs jual Rp 16.152,07 dengan kurs beli Rp 15.985,41.
Advertisement
Kurs jual dolar Australia sebesar Rp 10.155,30 dan kurs beli Rp 10.051,28.
Beralih ke mata uang negara kawasan ekonomi besar di Asia, kurs jual Yen Jepang hari ini berada di Rp 10.694,78 per 100 Yen dan kurs beli Rp 10.587,60 per 100 Yen. Di sisi lain, Kurs jual Yuan China sebesar Rp 2.090,62 diikuti kurs beli Rp 2.069,62.
Kurs jual Won Korea Selatan hari ini Rp 11,71 dengan kurs beli Rp 11,59 per Won yang keduanya terus berubah naik dan turun sejak hari sebelumnya. Kurs jual dolar Hong Kong hari ini dipatok Rp 1.911,62 serta kurs beli sebesar Rp 1.892,45.
Sementara di negara kawasan Asia Tenggara hari ini, untuk dolar Singapura (SGD) memiliki kurs jual Rp 11.158,76 dan kurs beli Rp 11.043,61 juga Ringgit Malaysia dengan kurs jual Rp 3.241,55 dan kurs beli Rp 3.205,82.
Kurs jual Peso Filipina hari ini berada di Rp 267,55 dan kurs beli Rp 264,72 juga Thailand dengan kurs jualnya Rp 432,14 dan kurs belinya Rp 427,60 per Baht.
The Fed Tahan Suku Bunga, Rupiah Hari Ini Langsung Melemah Dekati 15.000 per Dolar AS
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada pembukaan perdagangan Kamis ini. Pelemahan rupiah terhadap dolar AS ini terjadi usai Bank Sentral AS atau the Fed memutuskan menahan suku bunga acuan.
Pada Kamis (15/6/2023), nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta melemah 0,29 persen atau 43 poin menjadi 14.906 per dolar AS dari sebelumnya 14.863 per dolar AS.
Analis Pasar Mata Uang Lukman Leong menjelaskan, rupiah mengalami pelemahan setelah The Fed rapat Federal Open Market Committee (FOMC) memberikan sinyal adanya dua kali kenaikan 25 bps hingga akhir tahun.
"Rupiah melemah cukup besar," ujar dia di Jakarta, Kamis.
Menurut dia, sikap yang sangat hawkish dari The Fed berpotensi membawa dolar AS untuk menguat dalam beberapa waktu ke depan.
Untuk keadaan domestik, investor disebut akan mencermati data perdagangan Indonesia yang diperkirakan masih akan surplus cukup besar dengan nominal USD 3 miliar.
"Dalam beberapa kali kesempatan, surplus perdagangan sering lebih besar dari perkiraan, hal ini bisa menahan pelemahan yang lebih dalam pada rupiah," ucapnya.
Advertisement
Tidak Seperti yang Diekspektasikan
Senada, Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra menerangkan bahwa Bank Sentral AS telah memberikan sinyal bahwa tidak ada pemangkasan suku bunga tahun ini. Target suku bunga acuan yang berada di angka 5,6 persen dikatakan akan mengalami 1-2 kali kenaikan.
"Ini tidak seperti yang diekspektasikan sebagian pelaku pasar yang mengharapkan sinyal pemangkasan dari the Fed," ungkap Aris.
Meskipun data inflasi menurun, Bank Sentral melihat inflasi intinya masih mendatar, yang berarti risiko inflasi naik kembali masih terbuka.
Chair of the Federal Reserve of the United States Jerome Powell dinyatakan memberikan penegasan bahwa inflasi yang rendah dan stabil sangat penting bagi perekonomian AS.
"Oleh karena itu, dolar AS berpeluang menguat lagi terhadap nilai tukar lainnya termasuk rupiah hari ini," kata dia.