Jarang Terjadi, Militer Israel Akui Tidak Sengaja Bunuh Balita Palestina

Saat mengumumkan hasil penyelidikan awal pada Selasa (13/6), militer Israel menggambarkan suasana kebingungan yang melatarbelakangi pembunuhan balita Palestina Mohammed al-Tamimi.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 15 Jun 2023, 12:03 WIB
Ilustrasi Duka Cita (Freepik/Photoangel)

Liputan6.com, Tel Aviv - Militer Israel pada Rabu (14/6/2023), mengakui bahwa mereka telah menembak mati seorang balita Palestina di Tepi Barat yang diduduki secara tidak sengaja pada awal bulan ini. Pengakuan semacam ini jarang terjadi.

Setelah penyelidikan awal atas pembunuhan tersebut, militer Israel mengaku menegur salah satu petugasnya yang terlibat pembunuhan. Mereka mengaku belum memutuskan apakah akan melanjutkan ke penyelidikan kriminal atas kematian balita Palestina usia dua tahun, Mohammed al-Tamimi.

Kelompok-kelompok HAM berpendapat bahwa militer Israel telah menciptakan pola impunitas terhadap pasukannya dalam kasus pembunuhan warga Palestina.

Kematian Mohammed al-Tamimi, yang ditembak pasukan Israel di dekat desanya di Nebi Saleh, memicu kesedihan dan kemarahan.

"Tentu saja kami tidak mengharapkan keadilan, namun laporan ini bagi kami terasa seperti kejahatan yang menutupi kejahatan aslinya," kata ayah dari bocah malang itu, Haitham al-Tamimi (44), seperti dilansir AP, Kamis (15/6/2023).

"Hanya itu saja yang mereka sampaikan ketika putra saya dibunuh dengan keji, ketika hidupnya terputus sebelum saya dapat membayangkan akan menjadi seperti apa dia nantinya."

Saat mengumumkan hasil penyelidikan awal pada Selasa (13/6), militer Israel menggambarkan suasana kebingungan menyusul dugaan serangan penembakan warga Palestina di dekat pemukiman Yahudi.

Militer Israel mengklaim bahwa pasukannya yang ditempatkan di lokasi pengintaian di dekat desa Palestina, Nebi Saleh, mendengar suara tembakan. Namun, mereka tidak tahu dari mana asalnya. Kemudian saat melihat mobil "mencurigakan", seorang komandan yang membantu mencari sumber suara tembakan melepas tembakan beberapa kali ke udara, tindakan yang jelas melanggar perintah militer.

Suara tembakan terdengar ke pos jaga terdekat, klaim militer Israel, mengejutkan seorang tentara yang mengaku mengira tembakan dilepaskan oleh dua orang yang masuk ke mobil di ujung jalan. Percaya mobil itu menjadi sumber tembakan dan penumpang itu adalah militan yang melarikan diri, tentara itu mengikuti perintah dan melepaskan tembakan ke arah kendaraan yang di dalamnya terdapat Mohammed al-Tamimi dan ayahnya.

Haitham al-Tamimi, seorang koki di Ramallah, Palestina, mengatakan bahwa dia baru saja mengikatkan sabuk pengaman pada putranya sebelum mereka berangkat mengunjungi pamannya ketika peluru menghantam. Dia sendiri juga ditembak dan dirawat di rumah sakit Palestina karena menderita luka sedang. Adapun buah hatinya meninggal di rumah sakit Israel empat hari pasca pembunuhan.

"Keluarga masih shock," kata Haitham al-Tamimi.

Putranya yang lain, Osama (7), terbangun dengan mimpi buruk tentang pembunuhan adik laki-lakinya hampir setiap malam.


Komandan Israel Hanya Ditegur

Ilustrasi Israel (iStockPhoto)

Militer Israel mengaku telah menegur komandan yang awalnya memicu kebingungan dengan menembak ke udara. Perwira itu tidak diturunkan pangkatnya, tetapi teguran tetap ada pada catatan pribadi prajurit dan dapat memengaruhi peluang promosi. Konsekuensi lebih lanjut bagi tentara yang terlibat dalam penembakan itu dapat terjadi jika militer Israel memutuskan untuk membuka penyelidikan kriminal.

Investigasi baru-baru ini oleh militer Israel -termasuk kematian profil tinggi koresponden Al Jazeera keturunan Palestina-Amerika Serikat Shireen Abu Akleh dan warga Palestina-Amerika Serikat Omar Assad- tidak menghasilkan tuntutan pidana. Meski demikian, Israel bersikeras mengatakan bahwa pihaknya menyelidiki secara menyeluruh semua klaim kesalahan dan melakukan yang terbaik untuk mencegah kematian warga sipil.

"Saya menyatakan kesedihan saya atas kerugian yang ditimbulkan terhadap warga sipil dan kematian balita tersebut," kata Mayor Jenderal Yehuda Fox, komandan yang mengawasi wilayah Tepi Barat. "Kami akan terus belajar dan memperbaiki diri."

Data AP menunjukkan, meningkatnya pertempuran Israel-Palestina di Tepi Barat yang diduduki tahun ini telah menewaskan 123 warga Palestina pada tahun 2023 saja. Hampir setengah dari mereka berafiliasi dengan kelompok militan, meski militer Israel mengatakan jumlahnya jauh lebih tinggi. Serangan Palestina terhadap Israel selama periode yang sama telah menewaskan 21 orang.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya