Ekspor Mobil dan Motor Indonesia Melonjak 60 Persen di Mei 2023

Komoditas yang mengalami lonjakan ekspor paling tinggi pada Mei 2023 adalah ekspor kendaraan yang naik 60,20 persen atau mencapai USD 373,2 juta.

oleh Tira Santia diperbarui 15 Jun 2023, 13:10 WIB
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terdapat lima komoditas ekspor Indonesia yang mengalami kenaikan tinggi pada Mei 2023 dibanding April 2023. Salah satunya adalah ekspor kendaraan bermotor. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terdapat lima komoditas ekspor Indonesia yang mengalami kenaikan tinggi pada Mei 2023 dibanding April 2023. BPS mencatat nilai ekspor Indonesia pada Mei 2023 mencapai USD 21,72 miliar.

Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Moh. Edy Mahmud mengatakan, komoditas yang mengalami lonjakan ekspor paling tinggi pada Mei 2023 adalah ekspor kendaraan yang naik 60,20 persen atau mencapai USD 373,2 juta.

"Kemudian, mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya sebesar USD 20,16 juta atau naik 53,77 persen, mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya sebesar USD 197,5 atau naik 19,11 persen, lemak dan minyak hewani atau nabati sebesar USD 158,5 atau naik 9,04 persen, dan alas kaki sebesar USD 157,9 atau 35,66 persen," kata Eddy dalam rilis ekspor dan impor Mei 2023, Kamis (15/6/2023).

Lebih lanjut, jika dilihat secara tahunan terdapat dua sektor yang mengalami kenaikan, terutama di sektor pertanian, kehutanan dan perikanan yang naik sebesar 32,38 persen dibandingkan Mei tahun 2022.

Sektor kedua, yakni berasal dari produk industri pengolahan yang naik 10,34 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

"Sementara Migas justru turun sebesar minus 12,10 persen serta tambang dan lainnya juga turun sebesar 20,97 persen," ujarnya.

Rincian Ekspor Indonesia

Lebih lanjut, BPS mencatat nilai ekspor Indonesia Mei 2023 mencapai USD 21,72 miliar atau naik 12,61 persen dibanding ekspor April 2023 sebesar USD 19,28 miliar.

"Secara month to month, ekspor kita pada Mei 2023 mencapai USD 21,72 miliar atau naik sekitar 12,61 persen dibandingkan bulan sebelumnya," ujar Edy.

Jika dirinci, ekspor migas mengalami kenaikan USD 1,32 miliar atau 4,48 persen dibanding April 2023 sebesar USD 1,26 miliar.

Kemudian, ekspor non-migas pada Mei 2023 juga mengalami kenaikan 13,18 persen yaitu menjadi USD 20,40 miliar, dibanding bulan sebelumnya USD 18,03 miliar.

Disisi lain, BPS mencatat ekspor nonmigas terbesar terjadi ke Tiongkok sebesar USD 4,78 miliar atau pangsa pasarnya secara persentase sebesar 23,42 persen. Kedua terbesar ke Amerika Serikat yakni USD 2,05 miliar atau sekitar 10,05 persen. Terakhir, ekspor nonmigas terbesar ketiga adalah ke Jepang sebesar USD 1,77 miliar atau sekitar 8,65 persen.

"Ketiga negara itu kalau kita hitung pangsa pasarnya lebih dari 40% dari komoditas kita dibawa ke tiga negara besar ini. Kalau ke negara ASEAN kita mencatat besarannya sekitar US$ 3,97 miliar atau pangsa pasarnya sekitar 19,48," pungkasnya.


Neraca Perdagangan Indonesia Suprlus 37 Bulan Berturut-turut, Mei 2023 Tembus USD 0,44 Miliar

Mobil siap ekspor terparkir di PT Indonesia Kendaraan Terminal, Jakarta, Rabu (27/3). Pemerintah berencana memacu ekspor industri otomotif dengan harmonisasi skema PPnBM, yaitu tidak lagi dihitung dari kapasitas mesin, tapi pada emisi yang dikeluarkan kendaraan bermotor. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Neraca perdagangan Indonesia Mei 2023 kembali mencatatkan surplus sebesar USD 0,44 miliar. Surplus tersebut terbilang kecil dibanding bulan April yang surplus USD 3,94 miliar.

Deputi Bidang Neraca dan analisi Statistik Moh Edy Mahmud, mengatakan capaian neraca perdagangan ini menandakan neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus selama 37 bulan atau 3 tahun berturut-turut.

"Pada Mei 2023 Neraca perdagangan barang kembali tercatat surplus, meskipun dengan nilai yang relatif kecil yaitu USD 0,44 miliar. Kami mencatat neraca perdagangan ini telah surplus selama 37 bulan berturut-turut sejak bulan Mei 2020," kata Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Moh Edy Mahmud, dalam rilis ekspor dan impor Mei 2023, Kamis (15/6/2023).

Meski demikian, Edy menyebut, surplus perdagangan Mei 2023 tercatat lebih rendah juga jika dibandingkan dengan Mei 2022.

Neraca perdagangan Indonesia Mei 2023 mengalami surplus USD 0,44 miliar utamanya berasal dari sektor nonmigas sebesar USD 2,26 miliar, dengan komoditas penyumbangnya yakni bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan/nabati, serta besi dan baja.

Sementara, neraca perdagangan migas mengalami defisit sebesar USD 1,82 miliar, dengan komoditas punyambang defisit adalah minyak mentah dan hasil minyak.


Negara Penyumbang Surplus Neraca Perdagangan

Adapun terdapat tiga negara penyumbang surplus terbesar bagi neraca perdagangan Indonesia, yakni pertama, Amerika Serikat surplus USD 1.062 juta. Terbesar disumbang oleh komoditas mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya USD 255,2 juta, pakaian dan aksesorisnya USD 195,5 juta, pakaian dan aksesorisnya (bukan rajutan) USD 174,8 juta.

Kedua, negara Filipina USD 839,1 juta. Komoditas penyumbang surplus terbesar yakni bahan bakar mineral USD 299,3 juta, kendaraan dan bagiannya USD 249,2 juta, dan bijih logam, terak, dan abu USD 62,4 juta.

Negara ketiga penyumbang surplus terbesar ke Indonesia yakni India, surplusnya USD 818,7 juta, yang disumbang oleh komoditas Bahan Bakar mineral USD 596,2 juta, lemak dan minyak hewani/nabati USD 273,3 juta, dan bijih logam, terak dan abu USD 91,1 juta.  

Infografis Dampak Larangan Ekspor CPO dan Produk Turunannya. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya