Erick Thohir Soal IPO PHE dan PalmCo: Kalau Bisa Tahun Ini Kenapa Tidak

Erick Thohir belum bisa memastikan mana yang akan melantai di bursa atau IPO lebih dulu. Apakah PHE atau PalmCo di tahun ini.

oleh Arief Rahman H diperbarui 15 Jun 2023, 20:54 WIB
Erick Thohir belum bisa memastikan mana yang akan melantai di bursa atau IPO lebih dulu. Apakah PHE atau PalmCo di tahun ini. (Liputan6.com/M.Iqbal)
Liputan6.com, Jakarta Menteri BUMN Erick Thohir memberikan kabar terbaru mengenai rencana Pertamina Hulu Energi (PHE) dan PalmCo akan melantai perdana di bursa saham atau Initial Public Offering (IPO). Terbuka peluang keduanya melantai di bursa pada tahun ini.
 
Diketahui, PHE yang merupakan anak usaha PT Pertamina (Persero) ini berencana untuk mengikuti langkah Pertamina Geotherman Energy (PGE) yang lebih dulu melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sementara, subholding PT Perkebunan Nusantara (PTPN), PalmCo juga disebut akan melakukan hal yang sama.
 
"(Anak usaha) PTPN dan Pertamina kalau bisa tahun ini kenapa tidak?," ujarnya saat ditemui di Gedung DPR RI, Jakarta, Kamis (15/6/2023).
 
Menurutnya, langkah ini menjadi satu momentum untuk menjaga ketahanan energi Indonesia. Terkait rencana IPO PHE, dia menilai itu bisa jadi salah satu upaya untuk meningkatkan produksi minyak san gas bumi (migas) dalam negeri.
 
"Karena ini momentum kita fokus meningkatkan energi ketahanan yang kita harus pastikan dan tentu rencana ini tidak lain untuk meningkatkan dari produksi minyak kita, kalau bisa ya 5 persen naik setiap ininya, gas juga harus kita tingkatkan prpduktivitasnya," urainya.
 
Sama halnya dengan sektor perkebunan. Erick menilai bisa jadi bagian membidik pemanfaatan sumber energi bersih. Seperti halnya gula yang tak hanya diamanfaatkan untuk sektor pangan.
 
"Kalau kita lihat PTPN yang namanya gula itu bagian dari energi juga sekarang, tidak hanya untuk pangan, dan ini jadi tren kalo kita liat banyak perusahaan-perusahaan minyak juga mengakuisisi perkebunan sekarang di dunia, itu sebuah tren baru ini saya rasa dunia mengharapkan ada green energy dan kebetulan kita banyak sekali potensi," paparnya.
 
Kendati begitu, dia belum bisa memastikan mana yang akan melantai lebih dulu. Apakah PHE atau PalmCo dalam sisa waktu hingga akhir tahun ini. "Belum tahu nanti proses dari bursanya sendiri," pungkas Erick Thohir.
 
 

Bagian dari Kejutan

PT Pertamina Hulu Energi (PHE) mencatatkan pertumbuhan produksi migas sebesar 7 persen berbanding tahun lalu serta laba bersih sebesar USD 4,67 miliar sepanjang 2022. Dok Pertamina
Diberitakan sebelumnya, Pertamina Hulu Energi (PHE) dikabarkan akan segera melantai perdana di bursa saham. Menyusul, anak usaha Pertamina lainnya yang lebih dulu Initial Public Offering (IPO) yakni Pertamina Geothermal Emergy (PGE).
 
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati belum berbicara banyak mengenai waktu pasti kapan PHE akan melantai di bursa saham. Menurutnya, itu jadi kejutan yang tengah disiapkan perseroan.
 
"IPO PHE juga itu bagian dari kejutan, jadi, tunggu tanggal mainnya, nanti gak kejutan lagi dong," ujarnya dalam Media Briefing Capaian Kinerja Pertamina di Grha Pertamina, Jakarta, Selasa (6/6/2023).
 
PHE sendiri menjadi salah satu yang ditarget bisa melantai di bursa dalam waktu dekat. Mengingat sejumlah kebutuhan untuk ekspansi bisnis di sektor hulu migas nasional.

Skor Asesmen

PT Pertamina Hulu Energi (PHE) sebagai Subholding Upstream Pertamina mendapatkan score 85,05 atau kategori sangat baik, dalam Assesment Good Corporate Governance (GCG) Tahun buku 2022. Hal ini diumumkan dalam Exit Meeting Assesment GCG di Jakarta.
 
Assesment GCG Merupakan salah satu usaha Pertamina Hulu Energi dalam mengevaluasi, melakukan, penilaian terhadap seberapa besar implementasi tata kelola perusahaan yang baik dalam proses bisnis di perusahaan, dan juga usaha dalam mencari aspek maupun proses mana yang memerlukan perbaikan demi meningkatkan dan mempertahankan tata kelola perusahaan yang baik.
 
Hadir dalam kegiatan tersebut Komisaris Utama Pertamina Hulu Energi, Rinaldi Firmansyah, Direktur SDM dan Penunjang Bisnis PHE, Oto Gurnita, dan Direktur Pengawasan Badan Usaha Energi dan Pertambangan BPKP selaku auditor, Susilo Widhyantoro.
 
 

PalmCo Incar Dana Rp 10 Triliun

Holding Perkebunan Nusantara yang akan segera membentuk Sub Holding PalmCo dan SupportingCo, menyusul suksesnya pembentukan SugarCo, diyakini akan memainkan peranan besar dalam mengakselerasi dekarbonisasi di industri perkebunan sawit Indonesia bahkan dunia.
 
Sebelumnya, PT Perkebunan Nusantara (PTPN) III sedang menyelesaikan penggabungan empat anak perusahaan perkebunan menjadi unit PalmCo yang baru didirikan bulan ini. Selain itu, PalmCo ditargetkan bakal melantai di pasar modal pada akhir 2023 dengan mengincar dana hingga Rp 10 triliun.
 
Direktur Utama Perkebunan Nusantara Mohammad Abdul Ghani mengatakan, pihaknya sedang menunggu persetujuan resmi dari kreditur bulan ini yang akan membuka jalan bagi proses penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) untuk segera dimulai.
 
Dalam IPO tersebut, Mandiri Sekuritas, DBS, BNP Paribas, CIMB telah ditunjuk sebagai penjamin emisi. Meski demikian, Ghani belum bisa menjabarkan secara rinci terkait target IPO.
 
Ghani mengatakan, pada tahun lalu perusahaan berharap dapat mengumpulkan antara Rp 5 triliun - Rp 10 triliun dari penawaran 20 persen saham.
 
"Dana tersebut akan kami gunakan untuk investasi proyek industri hilir, termasuk produksi energi terbarukan," kata Ghani, dikutip dari Financial Post, Senin (12/6/2023).
 
 
 

Pabrik Biodiesel

Di samping itu, PTPN III akan memulai pembangunan pabrik biodiesel di kawasan ekonomi Sei Mangke, Sumatera Utara, tahun ini, dengan target mulai berproduksi pada Januari 2024.

PTPN III juga berencana meningkatkan produksi minyak goreng tahunan menjadi 1,8 juta ton pada 2026 dari 460.000 ton.

Kedua proyek tersebut akan membutuhkan pengeluaran sekitar USD 270 juta, termasuk biaya untuk memperluas perkebunan menjadi 650.000 hektar selama lima tahun ke depan.

Grup juga berencana mengembangkan pabrik gula untuk mendukung program swasembada pangan dan energi nasional. Indonesia adalah pembeli gula mentah terbesar di dunia, menurut laporan Dinas Pertanian Luar Negeri Departemen Pertanian AS.

Entitas baru lainnya bernama SugarCo akan didirikan dalam upaya untuk meningkatkan produksi tahunan menjadi 2,1 juta ton pada 2026 dari 768.000 ton saat ini.

Perusahaan menggandakan perkebunan tebu menjadi 100.000 hektar dengan mengkonversi beberapa perkebunan karet, kopi atau kakao dan mengimpor varietas tebu baru dari Australia dan Brazil. Perkiraan lain Rp 16 triliun akan dibutuhkan untuk rencana tersebut.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya