Mengintip Peluang Usaha SPKLU, Mana Skema yang Lebih Menguntungkan?

PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) telah menyediakan tiga model kerja sama bagi investor yang tertarik di bisnis SPKLU untuk kendaraan listrik.

oleh Liputan6.com diperbarui 16 Jun 2023, 17:41 WIB
PLN memastikan SPKLU siap melayani dan memudahkan untuk masyarakat menggunakan mobil listrik selama periode mudik Lebaran 2023. (Dok PLN)

Liputan6.com, Surabaya - Investasi Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) walaupun tergolong hal baru, dapat menjadi pilihan bisnis alternatif yang menguntungkan  para investor.  PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) telah menyediakan tiga model kerja sama bagi investor yang tertarik di bisnis baru ini. 

Dikutip dari dari laman resmi PLN, tedapat tiga model kerja sama yang dapat dipilih investor terkait penyediaan SPKLU yakni model skema RPOO (Retail, Privately Owned and Operated), ROPO (Retail, Owned, Privately Operated) serta RLPO (Retail, Lease, Privately Operated).

Pada skema RPOO pihak PLN menyediakan dan menjual tenaga listrik serta menyediakan platform teknologi informasi dan komunikasi. Pada model ini, partner bertanggung jawab menyediakan, mengoperasikan, dan atau memelihara fasilitas pengisian ulang serta menyediakan lahan baru.

Sedangkan pada skema ROPO, pihak PLN menyediakan dan menjual tenaga listrik dan menyediakan platform teknologi informasi dan komunikasi serta lahan baru. Pada skema ini, partner menyediakan, mengoperasikan, dan atau memelihara fasilitas pengisian ulang. 

Sementara untuk skema RLPO, PLN menyediakan dan menjual tenaga listrik, menyediakan platform teknologi informasi dan komunikasi. Sedangkan partner menyediakan, mengoperasikan, dan / atau memelihara fasilitas pengisian ulang yang ditempatkan di lahan milik PLN yang telah tersedia.

 


Kekurangan dan Kelebihan

Menurut pemerhati perencanaan kota, Endro Elmanuah investor harus memahami kekurangan dan kelebihan setiap skema model kerja sama yang ditawarkan dalam bisnis SPKLU.

Menurut analisa yang dilakukan Endro, skema RPOO lebih cocok bagi investor yang bersedia menyediakan biaya awal yang besar dan menginginkan kontrol penuh dan keuntungan maksimal.

"Skema pertama ini memberikan investor kendali penuh atas operasi dan strategi. Peluang keuntungan bisa maksimal. Namun, ini membutuhkan investasi awal yang besar dan tanggung jawab penuh terhadap risiko operasional dan kepemilikan," papar Endro yang juga Mahasiswa Pascasarjana Perencanaan Wilayah dan Kota Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya.

Sedangkan skema ROPO  bisa menjadi pilihan bagi investor dengan keuntungan  dan risiko yang seimbang.  Investasi awal pada skema ini rendah karena lahan telah disediakan oleh PLN

"Namun, ini membuat investor bergantung pada PLN dan dapat membatasi langkah strategis. Kemitraan terus terjalin dengan PLN dan mendapat prioritas kerjasama lain, bahwa PLN dapat mengubah kebijakan dan ketentuan sebagai penyediaan lahan," ungkapnya.

Sementara itu, skema RLPO menurut Endro mungkin menjadi pilihan terbaik bagi investor ingin berinvestasi dengan biaya awal lebih rendah, meski keuntungan tidak sebesar dua skema sebelumnya.

"Kelemahannya ada ketergantungan pada PLN sebagai pemilik lahan dan bangunan. Keuntungannya, kemitraan terus terjalin dengan PLN dan mendapat prioritas kerjasama lain. Namun risikonya ada kemungkinan biaya sewa yang lebih tinggi dan kebijakan sewa oleh PLN," ujarnya.

Endro menyarankan setiap investor guna mempertimbangkan dengan matang kelebihan dan kekurangan dari setiap skema yang ditawarlam.  "Kembali lagi tergantung dari ketersedian jenis model kerjasama ditawarkan PLN. Sebagai seorang investor, penting untuk menganalisa ulang setiap model kerjasama  sebelum menentukan opsi kerjasama yang diinginkan," tandasnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya