Liputan6.com, Jakarta - Batuk pilek merupakan gejala flu yang kerap menjangkiti anak. Penyebab batuk dan pilek pun beragam, salah satunya adalah polusi udara.
Seperti diketahui, baru-baru ini polusi udara di beberapa daerah memburuk, terutama di ibukota Jakarta dan sekitarnya.
Advertisement
Oleh sebab itu, tentunya penting untuk mencegah batuk pilek anak, meski di tengah kualitas udara yang bisa bahaya untuk kesehatan.
Menyadari hal ini, dokter spesialis anak di RS Pondok Indah Jakarta, Cynthia Rindang Kusumaningtyas, mengungkap cara pencegahan batuk pilek anak yang bisa dilakukan oleh orangtua dengan mudah. Apa saja?
Meningkatkan Daya Tahan Tubuh Anak
Cynthia mengungkap, mencegah batuk dan pilek sama juga dengan mencegah penularan infeksi saluran napas.
Secara umum, batuk pilek dapat dicegah dengan meningkatkan daya tahan tubuh anak.
“Hal ini dapat dicapai dengan pola makan yang optimal dan bergizi, istirahat yang cukup, serta berolahraga rutin,” katanya seperti mengutip keterangan resmi RS Pondok Indah pada Minggu, 18 Juni 2023.
Sementara itu, Cynthia juga menyarankan untuk anak di bawah usia 5 tahun dapat menghindari kontak dengan orang sakit.
“Anak berusia di bawah 5 tahun imunitas tubuhnya belum berkembang secara optimal. Sebaiknya, menghindari kontak dengan orang yang sedang sakit,” tuturnya.
Tak hanya itu, menurut Cynthia, mengajarkan anak pentingnya kebersihan sejak dini juga menjadi langkah pencegahan paling mudah.
“Ajari dan biasakan anak juga untuk rutin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir demi menjaga higienitas diri,” lanjutnya.
2. Vaksinasi Influenza Setiap Tahun
Vaksin influenza bisa didapatkan oleh anak sebanyak satu kali dalam setahun. Oleh karena itu, Cynthia mengungkap, vaksinasi influenza tak boleh terlewatkan.
“Vaksinasi merupakan salah satu cara terbaik untuk mencegah dan mengurangi risiko sering tertular penyakit influenza,” tuturnya.
Selain itu, Cynthia juga menerangkan berbagai manfaat vaksinasi influenza untuk anak.
“Vaksinasi juga telah terbukti menurunkan angka kesakitan, meringankan gejala, serta risiko terjadinya komplikasi serius akibat flu,” ungkap wanita lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tersebut.
Apalagi, tidak dibutuhkan waktu lama untuk kekebalan tubuh bisa terbentuk pada anak setelah vaksinasi.
“Sekitar 2 sampai 4 minggu setelah imunisasi, biasanya kekebalan tubuh sudah terbentuk,” lanjut Cynthia.
Advertisement
3. Hindari Asap Rokok dan Minimalkan Paparan Polusi Udara
Menghindari atau meminimalkan paparan asap rokok dan polusi udara juga penting untuk dilakukan.
“Paparan asap rokok dapat mengganggu fungsi pembersihan lendir dari saluran pernapasan,” kata Cynthia.
Lebih lanjut, Cynthia juga menyarankan untuk memakaikan masker kepada anak meskipun pandemi sudah mereda. Tujuannya, agar anak tidak secara langsung menghirup polusi.
“Atur waktu dan tempat bermain anak agar tidak secara langsung menghirup polusi. Jika memang harus bepergian ke luar rumah, gunakanlah masker anak dengan benar,” katanya.
Cynthia juga menyarankan orangtua untuk menjaga kebersihan rumah.
“Orangtua juga sebaiknya rutin membersihkan lingkungan rumah agar tidak ada debu, tungau, bulu hewan peliharaan, dan lainnya yang dapat mengganggu pernapasan anak,” dia menegaskan.
Dampak Batuk Pilek Anak yang Tidak Ditangani
Kemudian, Cynthia juga mengungkap dampak lanjutan yang dapat terjadi jika batuk pilek anak tidak ditangani.
“Beberapa gejala yang mungkin dirasakan oleh anak antara lain demam, pilek dengan cairan lendir di hidung, hidung mampet, bersin, batuk, napas grok-grok, hingga nyeri tenggorok,” katanya.
Mengingat batuk dan pilek merupakan respons tubuh untuk melawan penyakit, sebenarnya kondisi ini dapat sembuh dengan sendirinya.
Namun, tidak dapat dimungkiri, gejala tersebut bukan kondisi yang nyaman dalam aktivitas sehari-hari.
“Sebaiknya berbagai gejala yang dirasakan tidak dianggap remeh, terutama jika terjadi pada kelompok rentan seperti anak, karena dapat menyebabkan komplikasi,” tutur Cynthia.
“Komplikasi yang dapat terjadi akibat paparan virus influenza umumnya lebih berat dibandingkan dengan batuk biasa, yaitu radang paru-paru, infeksi telinga tengah, sinusitis, atau perburukan penyakit kronis,” ujarnya.
Advertisement