Liputan6.com, Jakarta - Menjelang pelaksanaan ibadah haji 2023 umat Muslim di seluruh dunia yang menjadi calon jemaah haji tengah mempersiapkan diri.
Pada tahap persiapan ini, sangat dianjurkan untuk menjaga kesehatan dengan baik agar bisa mendapatkan kondisi fisik yang sehat dan bugar selama ibadah haji.
Hal lain yang tak kalah penting dan perlu dipahami adalah bagaimana etika yang perlu diperhatikan oleh para calon jemaah haji sesuai dengan ajaran Islam. Dalam hal ini, terdapat beberapa etika calon jemaah haji menurut Imam Al-Ghazali.
Etika calon jemaah haji yang perlu dipraktikkan mulai dari meluruskan niat dalam berhaji, mempersiapkan bekal secukupnya, menjaga lisan, menunaikan ibadah haji dengan berjalan kaki, hingga menjaga penampilan dengan bijak dan tidak berlebihan.
Beberapa etika ini penting diperhatikan untuk menunjukkan kesungguhan hati untuk datang dan beribadah kepada Allah di Tanah Suci. Dikutip dari laman merdeka.com, berikut beberapa etika calon jemaah haji menurut Imam Al-Ghazali yang perlu diketahui.
Baca Juga
Advertisement
Saksikan Video Pilihan ini:
Etika Calon Jamaah Haji
1. Meluruskan Niat
Etika calon jemaah haji yang perlu diperhatikan pertama adalah meluruskan niat. Penting bagi calon jemaah haji untuk memurnikan niat haji untuk fokus beribadah kepada Allah. Dengan niat yang tulus dan bersih, maka segala rangkaian ibadah yang dilakukan akan lebih bermakna.
Berbeda, jika menunaikan ibadah haji dengan niat agar bisa mendapatkan gelar haji. Ini timbul dari tujuan yang tidak mulia, yaitu hanya ingin mendapatkan pengakuan dari manusia. Tidak berhaji karena murni ingin menyembah Allah dan memohon ampunan-Nya. Dengan begitu, penting untuk kembali meluruskan niat masing-masing sebelum melaksanakan rangkaian ibadah haji.
2. Mempersiapkan Bekal
Etika calon jemaah haji menurut Imam Al-Ghazali berikutnya, yaitu mempersiapkan bekal secukupnya. Bekal yang dimaksud adalah segala hal yang dibutuhkan untuk menunjang pelaksanaan ibadah haji. Mulai dari pakaian, persediaan uang selama berada di Mekkah, dan lain sebagainya.
Persiapkan segala sesuatu dengan porsi yang cukup dan tidak berlebihan. Hindari pula perilaku bersenang-senang dan penuh dengan perasaan duniawi selama menjalankan ibadah haji, seperti makan makanan enak, belanja mewah, dan lain sebagainya. Ingat kembali niat awal haji, yaitu mendedikasikan waktu serta tenaga untuk menyembah Allah.
3. Menjaga Lisan
Etika calon jemaah haji menurut Imam Al-Ghazali selanjutnya, yaitu menjaga lisan. Penting bagi calon jemaah haji untuk meninggalkan al-rafats, yaitu segala perkataan yang sia-sia, keji, dan kotor. Dilarang bagi calon jemaah haji untuk mengumpat, termasuk membicarakan segala sesuatu yang tidak pantas dan kotor, seperti membicarakan hubungan suami-istri.
Dianjurkan pula bagi calon jemaah haji untuk menghindari kata al-fusuq, yaitu kata umum yang mengarah pada keadaan keluar dari ketaatan Allah. Serta dianjurkan untuk menjaga lisan dari kata al-jadal, yaitu suatu hal yang berlebihan dalam permusuhan, pertengkaran, dan hal-hal yang menyebabkan dengki serta perpecahan.
Advertisement
Etika Calon Jamaah Haji
4. Ibadah Haji dengan Berjalan Kaki
Etika calon jemaah haji lainnya juga termasuk anjuran untuk melakukan rangkaian ibadah haji dengan berjalan kaki. Seperti diketahui, segala rukun yang dilakukan dalam ibadah haji sebaiknya dilaksanakan dengan berjalan kaki. Mulai dari ihram, wukuf, thawaf, sa’i hingga tahallul.
Dalam hal ini, berjalan kaki menunjukkan suatu kesungguhan seorang hamba dalam menyembah Allah. Terlihat usaha yang dilakukan dari dalam hati dengan menggerakkan tubuhnya dari satu rukun ke rukun lainnya. Namun, bagi jemaah haji lansia atau yang memiliki keterbatasan fisik, diperbolehkan untuk melakukan rangkaian ibadah dengan alat bantu seperti kursi roda, skuter listrik, dan lain sebagainya, selama memenuhi uzur.
5. Menjaga Penampilan
Etika calon jamaah haji yang terakhir namun tak kalah penting, yaitu menjaga penampilan. Dianjurkan bagi calon jemaah haji untuk menjaga penampilan dengan bijak dan tidak berlebihan. Hindari mengenakan perhiasan yang berlebihan, baju yang mewah, dan berbagai pernak-pernik yang memperlihatkan kekayaan atau status sosial.
Saat datang ke Baitullah, seluruh umat muslim di dunia dalam keadaan sama, setara, tidak ada yang lebih tinggi dan lebih rendah. Tidak ada lagi golongan kaum miskin, kaya, lemah, kuat, dan sebagainya. Dengan begitu, dianjurkan untuk menjaga penampilan tetap sederhana selama beribadah haji untuk mendukung kemurnian niat untuk menghadap dan beribadah kepada Allah.