Liputan6.com, Jakarta - Mungkin banyak dari kita yang setuju bahwa wanita memiliki kecenderungan untuk menampilkan emosi mereka secara lebih terbuka daripada pria. Tentu saja, setiap orang berbeda dan beberapa pria bisa sangat emosional dan dengan mudah mengatakan apa yang mereka rasakan. Namun, para peneliti mencoba menyelidiki mengapa pria tidak mengekspresikan apa yang mereka rasakan semudah wanita.
Tahukah Anda bahwa lebih dari 30% pria akan mengalami depresi pada suatu saat dalam hidup mereka? Dan, sekitar 9% pria melaporkan mengalami perasaan depresi atau kecemasan setiap hari. Terlepas dari harapan masyarakat bagi pria untuk menyembunyikan emosinya, penting untuk menyadari pentingnya mengatasi masalah kesehatan mental pada pria. Lantas mengapa kebanyakan pria lebih memilih untuk menyembunyikan emosinya dan tak mudah mengekspresikan perasaannya seperti wanita?
Advertisement
Tekanan sosial bisa jadi penyebab utama
Dilansir dari Brightside, penelitian yang dilakukan oleh badan amal kesehatan pria Movember mengungkapkan bahwa hampir sepertiga pria merasakan tekanan untuk tampil jantan atau maskulin, dengan pria yang lebih muda, berusia 18-34 tahun, mengalami hal ini pada tingkat yang lebih tinggi (47%). Memahami pengaruh masyarakat ini dapat membantu kita mengatasi hambatan kesehatan mental dan kesejahteraan pria.
Pria sering menunjukkan lebih sedikit tanda-tanda masalah kesehatan mental dan cenderung tidak membicarakannya secara terbuka. Laporan tersebut mengatakan bahwa ketika wanita mengalami depresi, mereka sering menunjukkan kesedihan atau menyuarakan perasaan mereka, sedangkan pria biasanya menunjukkan tanda-tanda kemarahan, lekas marah, atau agresi.
Dengan memahami perbedaan spesifik gender ini dalam mengungkapkan tantangan kesehatan mental, kita dapat mengidentifikasi dan mengatasinya dengan lebih baik.
Mereka tidak tahu bagaimana mengekspresikan diri
Tidak ada yang menjelaskan kepada pria bagaimana mengekspresikan diri. Harapan masyarakat dan kondisi masa kanak-kanak sering mengajarkan pria untuk menjadi tangguh dan tidak emosional, membuat mereka tidak yakin bagaimana mengungkapkan perasaan mereka.
Sementara wanita mungkin secara terbuka mengungkapkan patah hati mereka, pria cenderung menyembunyikan rasa sakit mereka dan tampak tabah. Tekanan masyarakat ini dapat menyulitkan laki-laki untuk menjadi rentan, karena hal itu dianggap tabu.
Akibatnya, kesejahteraan emosional pria mungkin menderita. Dengan mempromosikan percakapan terbuka tentang kesehatan mental dan mendobrak stereotip, kami dapat membantu pria merasa nyaman dan berdaya untuk mengekspresikan emosi mereka.
Advertisement
Disebabkan oleh masalah neurologis
Corpus Callosum, bagian otak yang menghubungkan belahan kiri dan kanan, lebih besar pada wanita daripada pria, yang mengarah ke kemampuan yang lebih tinggi untuk merasakan dan berpikir secara bersamaan. Wanita dapat merasakan dan berpikir pada saat yang bersamaan.
Pria, di sisi lain, cenderung memisahkan emosi mereka dari pikiran mereka, mengakibatkan keragu-raguan untuk membicarakan topik-topik emosional. Meskipun hal ini dapat menyebabkan kesulitan berkomunikasi tentang isu-isu sensitif, penting untuk mengenali dan memahami perbedaan berbasis gender ini.
Pria dan wanita sama dalam beberapa hal, tetapi tetap berbeda. Bahkan cara mereka mengatasi stres dapat bervariasi tergantung pada ekspektasi sosial, fisiologi, dan psikologi.
Pria Harus Tahu! Didahulukan Mana, Nafkah Istri atau Ibu Kandung?
Seorang pria beristri terkadang mengalami dilema di saat harus mengutamakan dua orang yang dicintai, yaitu ibu kandung dan istrinya. Cukup sulit memang. Apabila ibu tidak bekerja atau tidak ada pendapatan lain, maka anak lelaki wajib memberi nafkah.
Lalu, bagaimana pandangan Islam mengenai hal ini? Pada kolom Kiai NU Menjawab, di laman jateng.nu.or.id muncul pembahasan amanah untuk memperlakukan ibu atau orangtua dan istri yang dapat diamalkan sekaligus tanpa mengabaikan salah satunya.
Advertisement