Liputan6.com, Jakarta Keberhasilan dalam meluncurkan satelit dari markas SpaceX di Florida, Amerika Serikat menjadi bukti era baru bagi Indonesia. Peluncuran satelit Satria-1 akan meningkatkan pemerataan akses internet di pelosok Indonesia.
Seperti diketahui, Presiden Jokowi terus mendorong pembangunan infrastrktur di Indonesia, khususnya daerah terpencil, terluar, dan terdepan (3T). Salah satunya dengan infrastruktur telekomunikasi, yaitu satelit.
Advertisement
"Peluncuran Satria-1 ini menjadi tonggak sejarah. Indonesia memasuki era baru dalam memberikan pemerataan akses konektivitas internet di berbagai wilayah pelosok," kata Komisaris Utama PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN) Sofyan Djalil di Florida, Amerika Serikat, Minggu (19/6/2023).
Anggaran Rp 8 Triliun
Proyek satelit Satria-1 ini merupakan proyek Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) yang mulai direncanakan sejak 2017. Proses pembuatan satelit dilakukan oleh perusahaan manufaktur antariksa Prancis, Thales Alenia Space (TAS). Proses produksi satelit berlangsung dari September 2020 hingga Mei 2023.
Setelah diproduksi, satelit berbobot 4,6 ton dengan tinggi 6,5 meter ini dikirim melalui moda transportasi laut selama 17 hari dari Cannes, Prancis bagian Selatan, menuju Cape Canaveral. Saat ini, satelit telah berada di Payload Processing Facility SpaceX.
Adapun proyek pemerintah ini menelan anggaran Rp 8 triliun.
"Kami yakin peluncuran satelit Satria -1 akan semakin mempererat hubunganantara Indonesia dan negara-negara yang mewakili mitra strategis kami," terang Sofyan Djalil.
Percepatan Ekonomi Digital
Indonesia kini resmi memiliki satelit dengan kapasitas 150 Gbps, namanya satelit Satria-1. Dengan kapasitas yang dimiliki, satelit Satria-1 ini menjadi yang terbesar di Asia dan terbesar nomor lima di dunia.
Peluncuran satelit Satria-1 sendiri dilakukan di markas SpaceX Florida, Amerika Serikat pada 18 Juni 2023 pukul 18.21 waktu setempat. Proyek satelit KPBU yang melibatkan Kominfo dan PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN) ini menjadi kebanggan tersendiri, tak terkecuali Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat Rosan P Roslani.
"Ini menjadi langkah Indonesia dalam menciptakan kesetaraan infrastruktur digital. Oleh karena itu, kami menyambut baik dan bangga dengan diluncurkan Satria-1 ini," kata Rosan di Florida, Amerika Serikat, Minggu (18/6/2023).Diungkapkannya, dari data Temasek dan Google, pada 2022, Indonesia memiliki ekonomi digital senilai USD 77 miliar. Angka ini diprediksi melesat menjadi USD 130 miliar pada 2025. Dengan demikian, Indonesia akan memiliki peran 43 persen ekonomi digital ASEAN.
Advertisement
Harapan Rosan
Rosan berharap, dari data tersebut, peluncuran Satria-1 ini bisa menjadi tahapan pengembangan ekonomi digital Indonesia.
"Satria-1 ini ke depannya diharapkan bisa mempercepat perkembangan ekonomi digital tersebut dan banyak menciptakan lapangan kerja," tambahnya.
Satria-1 ini nantinya diperuntukkan memberikan layanan internet di berbagai wilayah terpencil di Indonesia. Rosan berpesan, dengan sudah masukknya internet ke desa, bisa membantu meningkatkan ekonomi desa itu sendiri.
"Bisa membantu UMKM naik kelas serta meningkatkan SDM warga di daerah 3T," pungkasnya.