Liputan6.com, Jakarta - Penyakit jantung menjadi salah satu yang banyak diderita jemaah haji Indonesia. Bahkan menjadi penyebab kematian terbanyak jemaah Indonesia di Tanah Suci pada penyelenggaraan haji tahun ini.
Hingga hari ke-25 operasional haji atau Sabtu, 17 Juni 2023, terdapat 42 dari total 78 jemaah meninggal di Arab Saudi disebabkan penyakit jantung.
Advertisement
Penanggung jawab Medis Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah dr Muhaimin Munizu mengatakan, penyakit jantung dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko seperti usia dan penyakit komorbid. Seseorang yang memiliki usia di atas 45 tahun pada laki-laki dan di atas 55 tahun pada wanita berisiko terkena penyakit jantung.
Apalagi tahun ini terjadi peningkatan jumlah jemaah haji lanjut usia (Lansia) yang diberangkatkan ke Tanah Suci. Tentu ancaman penyakit jantung ini menjadi perhatian serius petugas kesehatan haji.
Dokter Muhaimin pun berbagi tips agar jemaah yang menderita penyakit jantung atau yang memiliki faktor risiko penyakit jantung bisa menjalankan ibadah haji dengan lancar.
Pertama, bagi jemaah haji yang sudah dalam terapi penyakit jantung koroner atau gagal jantung harus rutin dan tepat waktu mengkonsumsi obat yang telah diberikan oleh dokternya.
Jika dalam pelaksanaan ibadah haji ini jemaah kehabisan obat rutin dari dokter spesialis jantung, dapat lapor kepada tenaga kesehatan di kloternya. Tim Kesehatan Haji (TKH) kloter dapat meminta obat rutin tersebut ke depo obat atau berkonsultasi dengan dokter spesialis di KKHI supaya jemaah bisa melanjutkan terapinya.
Jemaah Haji Diminta Hindari Aktivitas Fisik yang Berat dan Sering Minum
Kedua, hindari aktivitas fisik yang berat dan sesuaikan dengan kemampuan masing-masing. Upayakan jemaah haji tidak kelelahan yang dapat memicu timbulnya serangan jantung. Salah satu cara yang disarankan yaitu penggunaan kursi roda terutama pada jemaah haji yang memiliki gangguan jantung.
"Parameter kita jika jemaah haji di Indonesia sudah dilakukan pemeriksanaan EKG dan terdeteksi memiliki penyakit jantung berat atau penyakit jantung koroner, maka aktivitasnya jangan sampai menimbulkan kelelahan yang mengakibatkan keluhan jantung yang sifatnya akut atau serangan jantung," ujar Muhaimin.
Ketiga, jemaah haji diimbau sering minum air tanpa menunggu haus. Sementara untuk jemaah haji dengan gangguan jantung berat harus mematuhi takaran air yang dapat dikonsumsi sesuai anjuran dokter.
Keempat, seluruh jemaah haji harus dapat mengatur ritme atau pola aktivitas harian selama ibadah di Tanah Suci. Hal ini bertujuan agar jemaah tidak kelelahan dan bisa mempersiapkan diri lebih baik menjelang puncak ibadah haji atau prosesi Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna).
"Sekali lagi saya mengimbau para jemaah haji agar mengatur ritme aktivitas sehari-hari agar tidak kelelahan dan dapat mempersiapkan diri lebih baik menjelang armuzna," kata Muhaimin menandaskan.
Advertisement