Liputan6.com, Jakarta - Tangan-tangan terampil para koki sibuk mengolah makanan. Di ruangan berukuran sekitar 15x5 meter tersebut, para koki dan pekerja katering berpacu dengan waktu menyiapkan makanan untuk jemaah haji Indonesia yang tiba di Tanah Suci melalui Bandara Internasional King Abdul Aziz, Jeddah, Arab Saudi.
Mereka berjibaku menyajikan masakan bercita rasa nusantara di ruangan terbatas dan di antara tumpukan bahan-bahan makanan. Maklum, masakan tersebut harus dibuat di dapur area Terminal Haji Bandara Jeddah. Sementara tempat yang disediakan oleh otoritas bandara tidak terlalu besar.
Advertisement
Seluruh jemaah Indonesia gelombang dua yang mendarat di Jeddah akan mendapatkan pelayanan satu kali makan untuk bekal perjalanan ke Makkah. Makanan akan didistribusikan kepada jemaah setelah mereka masuk bus.
Sesuai kontrak dengan Kementerian Agama (Kemenag) RI, menu yang disajikan harus bercitarasa nusantara. Penyedia katering menyiapkan satu menu yang sama untuk seluruh jemaah Indonesia yang mendarat di Jeddah.
Menu yang diberikan cukup lengkap mulai dari nasi putih, ayam goreng, dan tumis sayur yang dikemas dalam wadah kotak dengan kondisi hangat. Sebagai pelengkap, ada buah, puding, dan air mineral.
"Salah satu syarat penyedia katering jemaah haji Indonesia harus punya dapur di bandara, sehingga mutu makanan terjaga. Dilihat sendiri bagaimana proses memasak tadi dilakukan," kata Kepala Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Daerah Kerja (Daker) Bandara, Haryanto saat meninjau dapur katering di Bandara Jeddah, Minggu (18/6/2023).
Keberadaan dapur di dalam bandara ini bertujuan agar makanan yang disajikan selalu fresh.
Selain punya dapur sendiri, Kemenag juga mensyaratkan cita rasa Indonesia dalam masakan yang disajikan. Tujuannya agar jemaah menjadi lahap saat menyantapnya selepas perjalanan panjang dari Tanah Air sekaligus penambah energi untuk melanjutkan perjalanan dari Jeddah menuju Makkah.
Perusahaan peyedia katering tersebut adalah Golden Guest milik Fahad Bobsait. Warga Arab Saudi yang memiliki darah keturunan Indonesia dari ibunya ini mengaku, sudah lima tahun menyediakan layanan katering untuk jemaah Indonesia.
"Dapur ini beroperasi terus selama 24 jam nonstop, mengikuti jadwal kedatangan jemaah haji Indonesia," katanya.
Dalam sehari, jemaah haji Indonesia yang mendarat di Bandara Jeddah berjumlah 18 hingga 20 kelompok terbang (Kloter). Setiap kloter berisi antara 300 hingga 400 jemaah. Sehingga dapur ini harus menyajikan sekitar 5.000 lebih paket makanan untuk jemaah.
Datangkan Koki dari Indonesia
Manager Operasional Golden Guest, Noor Ibrahim Khairullah mengatakan, demi menjaga cita rasa masakan nusantara, perusahaan mendatangkan koki atau juru masak dari Indonesia. Total ada 10 koki yang bekerja secara bergantian.
"Mereka koki yang bersertifikat. Ada yang punya pengalaman di hotel, kapal, tambang, dan harus lolos seleksi masak dan rasa," tambah Ibrahim.
Dikatakan Ibrahim, masakan Indonesia memiliki spesifikasi yang berbeda dengan masakan Asia Tenggara lainnya. Ada bumbu-bumbu yang harus ditumbuk dengan tangan atau juga diblender hingga halus.
Anang, salah satu koki yang bergabung dengan Golden Guest menyebutkan ada sekitar 10 orang Indonesia yang bekerja sebagai koki. Empat orang merupakan koki tetap dan enam lainnya pekerja musiman.
"Ini tahun kelima saya. Tahun lalu sempat off karena pandemi. Tapi nanti setelah musim haji selesai balik Indonesia," ujar warga Magelang, Jawa Tengah ini.
Pada awalnya dia harus mengirim CV dan menjalani seleksi langsung. Di luar musim haji, Anang mengaku bekerja sebagai koki di hotel. Dia sebenarnya tidak spesialis bandara, namun pernah bekerja untuk dapur katering di Madinah dan Makkah.
Advertisement