PPIH Siapkan Skema Masyair 'Jalur Cepat' untuk Jemaah Haji Lansia

Pelaksanaan puncak ibadah haji semakin dekat. Ritual penting ibadah haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna) ini tengah menjadi fokus pemerintah Indonesia terutama untuk jemaah lanjut usia (lansia).

oleh Nafiysul Qodar diperbarui 20 Jun 2023, 21:19 WIB
Petugas mendorong kursi roda jemaah haji lansia yang baru tiba di Kota Makkah setelah sebelumnya tinggal sembilan hari di Madinah. Tahun ini ada sekitar 67 ribu jemaah haji lansia yang diberangkatkan ke tanah suci. (FOTO: MCH PPIH ARAB SAUDI 2023)

Liputan6.com, Jakarta Pelaksanaan puncak ibadah haji semakin dekat. Ritual penting ibadah haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna) ini tengah menjadi fokus pemerintah Indonesia terutama untuk jemaah lanjut usia (lansia).

Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi pun menyiapkan inovasi baru untuk membantu jemaah lansia saat melaksanakan masyair atau prosesi di Armuzna.

Ketua PPIH Arab Saudi Subhan Cholid mengungkapkan, dalam skema baru ini, jemaah haji lansia akan diberangkatkan dengan bus dari Arafah langsung menuju Mina. Jemaah haji tetap akan melewati Muzdalifah, tetapi tidak akan mabit atau bermalam.

Sesampainya di Mina, jemaah lansia juga tidak ikut melaksanakan ritual melempar jumrah, tetapi akan diwakilkan (dibadalkan) oleh petugas atau jemaah lain yang lebih kuat. Setelah jumrahnya dibadalkan, jemaah bisa bercukur atau tahalul dan melepas pakaian ihram.

Dalam skema yang selama ini berlaku, jemaah haji diberangkatkan dengan bus dari Arafah ke Muzdalifah terlebih dulu bukan langsung ke Mina. Pemberangkatan dilakukan secara taraddudi, artinya setelah bus menurunkan jemaah di Muzdalifah, bus akan berputar kembali menjemput jemaah di Arafah.

Namun dalam skema baru "masyair jalur cepat atau masyair fast track" untuk jemaah lansia, bus akan langsung menuju Mina, meski masih melewati Muzdalifah namun tidak berhenti.

Inovasi kebijakan itu baru akan mulai diterapkan pada tahun ini. Subhan menyatakan, skema tersebut juga tidak akan berlaku untuk semua jemaah haji lansia.

"Jemaah haji yang sehat dan kuat akan tetap mengikuti proses masyair seperti biasa. Ini untuk jemaah lansia yang mengalami kesulitan untuk mengikuti proses di Armuzna," kata Subhan di Jeddah, Senin (19/6/2023).

Kebijakan baru ini diyakini tidak bertentangan dengan fiqih atau syariat Islam. Dalam riwayat, Nabi Muhammad SAW memang meninggalkan Muzdalifah setelah salat subuh saat puncak haji.

Namun Rasulullah mengizinkan istri beliau, Saudah binti Zam'ah untuk langsung bertolak ke Mina setelah sampai Muzdalifah. Beliau juga mengizinkan para sahabat yang lemah untuk langsung berangkat ke Mina di malam hari.

Karena itu, Mazhab Syafi'i dan Hanafi berpendapat bahwa hukum mabit di Muzdalifah adalah sunnah alias tidak wajib.

Walau begitu, PPIH masih menunggu persetujuan dari otoritas Arab Saudi untuk menerapkan terobosan skema tersebut. Menurut Subhan, hal ini lantaran jalur jalan raya dari Arafah menuju Mina terbagi dalam dua ruas, yakni ruas Arafah-Muzdalifah dan ruas Muzdalifah-Mina.

"Untuk menerus di dua ruas ini membutuhkan persetujuan pemerintah Kerajaan Saudi," katanya.


Usung Tema "Haji Ramah Lansia" karena 30 Persen Lebih Jemaah Tahun Ini Lansia

Jemaah haji lanjut usia atau jemaah haji lansia asal Indonesia menjadi perhatian serius para Petugas Penyelenggaraan Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi. (Liputan6.com/Nafiysul Qodar)

Sebagai informasi, pemerintah Indonesia mengusung tema 'Haji Ramah Lansia' dalam penyelenggaraan haji tahun ini. Sebab lebih dari 30 persen jemaah yang diberangkatkan ke Tanah Suci tahun ini adalah lansia.

Hal ini merupakan imbas dari tidak adanya pemberangkatan haji pada 2020 dan 2021, serta pembatasan usia pada 2022 akibat pandemi Covid-19. Sehingga jumlah jemaah haji lansia membengkak.

Persentase jemaah lansia yang jauh lebih besar dari tahun-tahun sebelumnya ini menghadirkan tantangan dalam pelaksanaan ibadah haji. Momok terbesar terjadi pada pelaksanaan puncak haji di Armuzna, ketika jemaah harus berjalan sejauh 7 hingga 14 kilometer bolak-balik. Ditambah kurang tidur lantaran berjaga di sebagian malam, dan tinggal di alam terbuka. Kalau dipaksakan, dikhawatirkan banyak jemaah haji lansia akan mengalami problem kesehatan yang serius.

Berdasarkan jadwal masyair, jemaah akan diberangkatkan secara bertahap dari hotel mereka di Makkah ke Arafah pada 8 Zulhijah 1444 H mulai pukul 07.00 pagi sampai 24.00 tengah malam Waktu Arab Saudi. Jemaah kemudian akan menjalani wukuf di Arafah pada 9 Zulhijah (27 Juni 2023).

Malamnya, mulai pukul 19.00 hingga 01.00 dini hari jemaah secara bertahap digeser dan mabit atau bermalam di Muzdalifah. Secara paralel, jemaah juga diberangkat secara bertahap dari Muzdalifah ke Mina mulai pukul 23.40 malam hingga 09.00 pagi.

Di Mina, jemaah haji akan tinggal di tenda-tenda yang telah disediakan selama 3-4 hari atau tanggal 10-12 Zulhijah untuk nafar awal dan 10-13 Zulhijah untuk nafar tsani. Selama itu, jemaah akan bolak-balik perjalanan Mina - Jamarat untuk ritual lempar jumrah.

Infografis Sebaran Wilayah Hotel Jemaah Haji Indonesia di Makkah. (Infografis: Kemenag)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya