Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengungkap banyak UMKM yang keberatan dengan syarat agunan ketika mengajukan pinjaman ke perbankan. Padahal, pinjaman modal dinilai menjadi salah satu pendorong UMKM bisa naik kelas.
Menyikapi fenomena itu, dia meminta perbankan utamanya bank BUMN dan Himpunan Bank Negara (Himbara) untuk mempermudah syarat pinjaman bagi UMKM.
Advertisement
"Himbara harus proaktif memberikan bantuan pembiayaan. Tapi jangan lagi dengan pendekatan agunan. Cara ini sudah tidak lagi dipakai di luar negeri. Mereka sudah menggunakan skema credit scoring untuk menilai UMKM layak atau tidak untuk mendapatkan pembiayaan. UMKM itu tidak punya aset, tapi pinjam uang ke bank harus punya agunan," kata Teten Masduki dalam Sinergi dan Kolaborasi Program Percepatan Penanganan Kemiskinan Ekstrem Bidang Koperasi dan UMKM di Klaten, Jawa Tengah, dikutip dari keterangan resmi, Rabu (21/6/2023).
Dia menyebut, Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah membidik porsi kredit perbankan terhadsp UMKM harus 30 persen di 2024 mendatang. Dia menilai, target ini bisa jadi terhambat jika skema agunan masih jadi syarat UMKM mengakses pembiayaan.
"Pada 2024 kredit perbankan dipatok 30 persen. Ini sulit tercapai karena harus ada perubahan besar. Saya sampaikan ini terus-menerus supaya ada perubahan, karena kalau seperti ini terus hanya sedikit (UMKM) yang naik kelas. Naik kelas itu butuh modal kerja untuk mengembangkan usahanya, kalau hanya mengandalkan modal sendiri itu sulit," kata Menkop Teten.
Hao ini pula yang disebut Menkop Teten menjadi alasan bagi Pemerintah untuk terus menambah plafon Kredit Usaha Rakyat (KUR). Tujuannya agar semakin banyak usaha mikro yang terbantu untuk menambah modal usahanya.
"Mau bagaimanapun tak sedikit UMKM yang selama ini menggunakan uang secara mandiri karena sulit pinjam ke bank," katanya.
Integrasi ke Koperasi
Menkop Teten mengambil sejumlah upaya dalam mengatasi persoalan ini. Termasuk mengintegrasikan koperasi dengan kelompok pengusaha dengan skala kecil.
Sebagai contoh, integrasi dari petani-petani dengan lahan yang kecil dengan koperasi sebagai offtaker. Pada saat yang sama, akses pembiayaan juga dibantu oleh koperasi tersebut.
"Kami melakukan piloting untuk petani sawit yang diintegrasikan dalam sebuah koperasi dan terhubung sebagai offtaker. Di mana offtaker ini yang menghubungkan para petani ke sektor pembiayaan seperti perbankan," kata dia.
Termasuk yang ada di Ciwidey, perbankan sudah masuk untuk memberikan pembiayaan melalui koperasi sebagai offtaker. Karena bagaimanapun bank pasti akan mau masuk kalau potensi rasio kredit macet atau Non Performing Loan (NPL)-nya kecil," ucap Menteri Teten.
Ia menegaskan, dengan kemudahan akses pembiayaan dari perbankan ke UMKM, semakin mendukung UMKM maju dan berkembang. Sekaligus menciptakan semakin banyaknya lapangan kerja dan menuntaskan kemiskinan di daerah.
"Struktur ekonomi sebesar 96 persen dikuasai oleh sektor mikro. Sementara ekonomi menengah hanya sedikit karena usaha mikro yang naik kelas juga sedikit. Ini tidak ideal. Sebab sebanyak 70 persen lapangan pekerjaan disediakan oleh sektor usaha mikro sementara kredit yang disediakan oleh bank baru sekitar 21 persen," pungkasnya.
Advertisement
UMKM Dipermudah Melantai di Bursa Saham
Diberitakan sebelumnya, Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menggandeng Bursa Efek Indonesia (BEI) guna meningkatkan kelas UMKM. Kedepannya, UMKM bisa naik kelas untuk melantai di bursa saham dan menawarkan saham ke publik.
Menkop Teten melihat, langkah ini bisa jadi upaya agar UMKM semakin naik kelas. Termasuk memanfaatkan sumber dana modal diluar perbankan.
"Kerja sama ini untuk mempercepat semakin banyaknya pelaku UMKM yang Go Public, memanfaatkan alternatif permodalan di luar pembiayaan perbankan," kata Menkop Teten di Jakarta, mengutip keterangan resmi, Rabu (7/6/2023).
Tak hanya itu, dia pun mengapresiasi adanya Papan Akselerasi sebagai kebijakan yang inovatif dari BEI untuk memberikan kemudahan bagi pelaku UMKM agar bisa melantai di bursa saham. "Alternatif pendanaan yang tepat bagi usaha skala menengah adalah skema investasi melalui pasar modal," ucap Teten.
Dia mencontohkan UMKM yang berhasil berkembang menjadi perusahaan besar dan mampu mencatatkan sahamnya di pasar modal, yaitu PT Sari Kreasi Boga Tbk (Kebab Baba Rafi), PT Tourindo Guide Indonesia (PGJO), dan lainnya. Teten melihat ini bisa menjadi inspirasi bagi UMKM lainnya untuk masuk ke pasar modal.
Perlu Dibantu
Kendati begitu, Menteri Teten mengakui, jika menunggu usaha kecil tumbuh secara organik, waktunya akan lama. Padahal, banyak sektor usaha sejenis yang bisa diagregasi dan dikonsolidasi agar membuat skala usaha mereka masuk batas minimum sehingga bisa listing di bursa saham.
"Maka, perlu ada keterlibatan dari inkubator untuk meningkatkan skala usaha dan merapikan sistem keuangan pelaku UMKM," kata MenKopUKM.
Oleh karena itu, Menteri Teten optimistis Papan Akselerasi IDX Incubator dapat menjadi akselerator dalam mendukung pertumbuhan dan pengembangan UMKM di sektor pasar modal.
"Harus segera kita buat short list, mana yang bisa kita inkubasi, kemudian kita dorong untuk IPO. Dengan cara seperti itu, saya yakin akan semakin banyak UMKM yang listing," kata MenKopUKM.
Advertisement